Furqon membuka matanya. Cahaya matahari yang lewat dari jendela ruangan serba putih ini menyilaukan matanya. Kepalanya terasa masih pusing. Setelah kesadaran bemar-benar pulih, ia mulai melihat sekelilingnya. Furqon akhirnya sadar kalau ia telah berada di salah satu kamar di Rumah Sakit. Ia dapat merasakan tangan kananya diimpus.
Ingatannya kembali pada saat pertarungan melawan Altar. Bagaimana Altar menghajarnya seakan tanpa ampun. Sampai sekarang ia masih tak percaya kalau Altar akan menjadi musuhnya.
Saat menggerakan tangan kirinya, ia tak sengaja menyenggol sesuatu. Saat Furqon menolehkan kepalanya, terlihat oleh Nihayah yang duduk di kursi di sampingnya tengah tertidur, kepalnya ia rebahkan ke kasur Furqon. Furqon terkejut melihat kalau Nihayah yang menjaganya.
Tak lama, terlihat Nihayah mulai terbangun. Wajahnya langsung menunjukan raut kesenangan saat melihat kalau Furqon telah sadar.
"Akhirnya kamu sadar juga, aku senang sekali, " ungkap Nihayah berbinar-binar.
Furqon tersenyum pada Nihayah.
"Terima kasih ya, kamu sudah jagain aku, " kata Furqon.
"Sebenarnya bukan hanya aku yang menjaga kamu, Ibu dan adik-adik kamu juga menjaga kamu, sekarang mereka keluar sebentar mau makan, jadi tinggal aku di sini, " jelas Nihayah.
"Sudah pastinya mereka menjagaku juga, " kata Furqon sambil tersenyum pada Nihayah.
Nihayah balas tersenyum. Tapi tiba-tiba Furqon mengalihkan pandangan ke arah luar jendela, melihat awan-awan yang bergerak perlahan di dorong angin. Ia mendadak jadi murung. Nihayah yang melihat hal itu menjadi kaget.
"Ada apa, Furqon? " tanya Nihayah.
"Kak Altar...kenapa dia melakukan itu? " ucap Furqon yang masih menatap keluar jendela.
Nihayah menundukan kepalanya, ia sydah tau Furqon pasti akan sangat terpukul. Tapi ia juga tak bisa berbuat apa-apa sekarang.
"Aku juga tidak tau, " jawab Nihayah.
"Apa kita bisa membawanya kembali? " tanya Furqon lagi walau ia tau tak akan mendapat jawaban pasti.
Nihayah terdiam, ia tak tau harus mengatakan apa. Ia ingin menghibur Furqon tapi ia bingung harus bagaimana. Nihayah diam cukup lama.
"Pasti bisa, aku yakin kamu pasti bisa membawanya kembali. " akhirnya Nihayah kembali bersuara.
Tapi Furqon masih nampak murung walau telah disemangati oleh Nihayah. Pandangannya yang nampak kosong itu masih mengarah pada langit di luar sana.
"Semoga, semoga... " gumamnya.
***
Setelah seminggu dirawat, akhirnya Furqon di bolehkan pulang. Keluarga dan semua temannya sangat senang. Semua temannya datang ke rumah sakit untuk menjemputnya dan sebagian lagi menyambut di rumah. Seperti sudah pesta penyambutan tamu besar saja. Tapi walau nampak bahagia, jelas sekali Furqon menyembunyikan kesedihan terdalamnya.
Tak lama setelah pulang, tepatnya setelah 3 hari, Furqon pergi ke rumah Datuk Rajo Mukhti. Ia merasa sangat yakin kalau Datuk mengetahui sesuatu tentang hal yang terjadi belakangan ini. Saat tiba di rumahnya, Furqon sangat terkejut karena Datuk Rajo Mukhti ternyata telah menunggunya. Furqon langsung diajak ke ruang kerjanya.
"Kelihatannya Datuk sudah tau kalau saya akan kesini, " tebak Furqon.
"Ya, pastinya kau akan menanyakan semua yang terjadi padaku, " kata Datuk.
"Benar, Datuk pasti tau tentang semua ini, tentang Asatnang, tentang kenapa mereka mengincar Nihayah, dan... kenapa Kak Altar bergabung dengan mereka, " kata Datuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Furqon : Sword Expert
RandomMenyelematkan temannya dari ancaman bahaya, membuat Furqon harus masuk ke dalam sebuah permasalahan besar. Ia harus berurusan dengan kelompok kriminal besar. Berbagai misteri yang menyelimuti kelompok itu membuat Furqon tak bisa mundur begitu saja...