4) Sebuah Jalan

31 23 1
                                    

Percikan api bertebaran saat Furqon menempa besi panas yang memerah itu. Sudah sejak kemarin ia menempa besi di sebuah gudang yang berada di tepi sungai. Tujuannya adalah membuat sebuah pedang untuk senjata. Ia sadar apapun yang ia katakan tak akan ada warga yang percaya, jadi ia akan melakukannya sendiri.

Furqon menggunakan sebuah batang besi untuk diubah menjadi pedang. Furqon memang memiliki keahlian dalam hal ini. Ini dikarenakan kakek Furqon adalah seorang pandai besi handal di desa semasa hidupnya. Sehingga ia sudah sangat ahli dalam hal ini walau isianya masih kecil.

Pedang dipilihnya karena dalam buku silat kuno peninggalan kakeknya terdapat bagian yang mengajari teknik-teknik berpedang.

Selain menyiapkan senjata, Furqon juga terus meningkatkan kemampuan  bela dirinya. Furqon menguasai 2 jenis beladiri, yaitu Silat dan Ninjutsu. Bekal Ninjutsu didapatnya saat ia terdampar di sebuah desa terpencil di Jepang. Jika membayangkan itu ia akan tersenyum-senyum sendiri, ia banyak memiliki kenangan di desa itu.

Selain pedang Furqon juga membuat senjata tambahan lain, yaitu berupa karambit, kunai, dan shuriken.

Saat tengah fokus menempa pedangnya, Furqon dikejutkan dengan kedatangan Miqdad.

"Ada apa? Kenapa kau kesini? " tanya Furqon.

"Tidak ada, aku hanya penasaran saja apa yang kau lakukan setiap hari disini, akhir-akhir ini kau sering sibuk sendiri disini, " kata Miqdad.

"Ada sesuatu yang harus aku lakukan, " jawab Furqon.

Miqdad terbelalak saat melihat Furqon tengah menempa bilah pedang yang bentuknya telah terlihat itu.

"Kau membuat pedang? " tanya Miqdad.

"Ya, " jawab Furqon singkat.

"Kau memang mewarisi bakat kakek, ya, " puji Miqdad.

"Kelihatannya seperti itu, " ucap Furqon.

"Tapi, untuk apa ini? " tanya Miqdad.

"Harus ada yang ku lindungi, " jawab Furqon.

"Apa kau masih membicarakan yang kau dengar di hutan itu? " kata Miqdad.

"Tidak masalah jika kalian tidak percaya, aku sendiri sudah cukup," kata Furqon sambil memasukan bilah besi membara itu kedalam sebuah cairan yang membuatnya berapi.

"Terserah kau saja, tapi kurasa tidak ada yang akan terjadi, ya sudah, aku pulang dulu, aku hanya ingin memastikan kondisimu saja, " kata Miqdad yang lalu pergi dari tempat itu.

Furqon termenung melihat kepergian Miqdad.

"Bahkan Miqdad tidak mempercayaiku juga, " kata Furqon mendengus.

Pandangannya lalu beralih ke arah hamparan langit biru yang cerah.

"Apa Kak Altar juga tidak mempercayaiku jika aku mengatakan padanya? Lagipula, kemana dia akhir-alhir ini? Kenapa sulit sekali bertemu dengannya, " batin Furqon sedikit gelisah.

Furqon segera menyingkirkan segala kegelisahannya. Sekarang bukanlah saatnya untuk gelisah. Ia harus fokus dengan tujuannya. Furqon kembali melanjutkan pekerjaannya.

***

Setiap hari Furqon jalani dengan rutinitas ini. Membuat senjata dan berlatih bela diri. Ia terus melatih kemampuan berpedangnya dan juga kemampuan melempar shurikennya atau yang dikenal dengan shuriken jutsu. Furqon juga meningkatkan jurus-jurus tenaga dalam yang terdapat di buku kuno itu. Ia terus menyempurnakan semua kemampuannya.

Furqon : Sword ExpertTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang