Sejak kejadian Dirga pingsan di pinggir jalan, sampai sekarang pun Nara masih gak tau apa sebabnya. Dan kenapa Dirga ngejar Narapun, alasannya gak bisa di cerna.
" Nara saya masih gak kuat jalan."
"Ya terus? Gak usah basa basi lah, gue gak suka. Kecuali lo mau bilang kenapa lo ngikutin gue ampe ke sini."
Orang ini, Nara masih gak ngerti. Imagenya gampang berubah, kadang sok kadang juga keliatan bodoh.
Seinget Nara, pertemuan mereka bahkan bisa di itung pake jari, paling dua apa tiga kali? Lagian ya kok bisa gitu anak teknik main-main ke gedung seni. Mana masuk ke pojok literasi bahkan sampe ngebantuin anak-anak di klub baca nyusunin buku sana-sini.
"ka—lo. Lo anak fib? Jurusan apa?"
Nara mendengus kesal "hubungannya sama lo?"
Yang di tanya malah gak jawab. Sibuk natapin Nara dari atas sampe ke bawah.
"Lo siapa sih? Ni almet apaan? Himpunan doang kan lo? Ngerecokin maba tau ga."
Gak tau lah, Nara udah kesel abis. Perasaan selama ospek, nyari masalah juga bukan sama orang ini, tapi kok "kelakuan lo ga kaya maba banget."
berengsek juga.
"Terus lo jauh-jauh ngikutin gue cuma mau ngomentarin itu? Udah bosen kali gue. Ga ada kerjaan lo?" Muka Nara mulai gak suka, masa iya?
"Gak yakin gue lo anak sastra bahasa, tau tata krama juga engga."
Untung aja hari itu emosi Nara masih bisa di tahan, sehingga enggak ada kelanjutan perdebatan di antara mereka. Nara memilih pergi dan nggak ngejawab apa-apa.
Enggak butuh waktu lama, Akhirnya ospek fakultas dan jurusan udah selesai. Beruntungnya, selama itu juga Nara gak ketemu sama orang ber-nametag Dirga lagi, mau di perpus ataupun di klub baca.
Syukurlah, Nara jadi bisa di sana lama-lama.
"Permisi."
Nara mengalihkan tatapannya sebentar dari buku rintiksedu, favoritnya.
"Kenapa?"
"Owh halo, aku Dinda. Kayanya aku sering liat kamu disini udah hampir seminggu? Barangkali kamu niat mau gabung jadi anggota? Ini." Ucap Dinda sembari menyodorkan selembar kertas yang sepertinya untuk mendaftar.
"Oh hahaha, sip. Ni gue langsung isi aja."
Tanpa ba-bi-bu, Nara selesai dengan data dirinya. Dan alasannya pun gak jauh jauh dari
Ya karena gue suka aja.
Welcome, this is Nara. Yang ngisi begini ya paling dia aja.
"oke, mulai rabu depan udah bisa datang ya."
Liat. Nggak pake seleksi, nggak pake susah-susah.
Nara gak mau ikut sesuatu yang ngerepotin, toh dia ikut ini ya karena emang suka. Dari pada abis kelas gak ngapa-ngapain ya lumayan lah.
Sebenernya Nara gak tau menau tentang klub baca ini, bakal ngapain juga dia mikirnya ya paling baca-baca doang.
"Siapa?"
Nara telat hampir 30 menit, emang nggak dimana mana kesan pertama Nara ini gak pernah baik.
Sesaat setelah Nara sampai di ambang pintu, tangannya di cekat tiba-tiba, bikin Nara terperanjat kaget.
"Hah? Lo yang siapa? Minggir!" Ucap Nara sambil menghempas tangan Dirga.
"Berhenti!"
"Lo gak liat gue buru-buru?"
"Telat 30 menit? Niat mau jadi anggota?"
"Ya suka suka gue lah, siapa lo?"
"Oh, hahaha. Kenalin, gue Dirga, ketua."
Nara menyipitkan matanya, gak lama setelah itu ketawanya pun pecah.
"Ketua apa lo? Ga pantes banget muka lo."
Dirga masih gak ngeladenin, smirk-nya bikin Nara bergidik ngeri.
"Sawan lo?"
"lain kali kalau mau daftar jadi anggota, liat-liat dulu ya ada siapa."
"Eh ka Dirga, ini kenalin, namanya Denara anak baru. Denara ini ka Dirga, ketua kita."
Gak tau , cape gue.
——

KAMU SEDANG MEMBACA
AUDIRGA
Подростковая литература"Kalau gue kehilangan Dirga, sama aja gue kehilangan mata dan telinga. Gue gak bisa melihat apapun yang terang, selain gelap gulita. Gue gak bisa mendengar apapun yang indah kecuali cuman dengungan. Semuanya mati, dunia gue mati. Gak ada lagi yang n...