18# The Things She Says

463 81 3
                                    

Jean harus berbaring dikamarnya selama dua hari, dan selama dua hari itu Draco Malfoy mengundang seorang healer pribadi keluarga Malfoy untuk datang dan memeriksa kondisi Jean secara berkala.

Namun, hari ini, secerah sinar matahari, kondisinya pun juga sudah membaik. Wajah Jean yang tadinya putih pucat, sudah mulai nampak manusiawi.

Dan disinilah Jean berdiri saat ini, didepan pintu kamar seorang Draco Malfoy. Mengetuk pintu itu beberapa kali.

"Draco, aku akan masuk."

Kamar Draco sangat luas, ranjang berukuran kingsize yang dibaluti kelambu dan penutup; seperti kamar seorang raja atau kaisar yang ia lihat dalam komik-komik bergenre fantasi. Sofa panjang, meja belajar, furnitur, semuanya ditata dengan rapih dan berkesan elegan. Ruangan itu didominasi dengan corak seni dan warna hijau gelap.

Draco terduduk di sofa dengan sebuah buku terjepit dijari tangannya, "Ada apa? Kau harusnya berbaring

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Draco terduduk di sofa dengan sebuah buku terjepit dijari tangannya, "Ada apa? Kau harusnya berbaring. Bukan keluar dengan baju tipis seperti itu." Draco bangkit dan mengambil hoodie tebal miliknya dari dalam lemari.

"Pakai ini." perintah Draco. Jean menatap hoodie yang disodorkannya dengan tatapan tak percaya.

"Wah.. ternyata kau pakai pakaian seperti ini juga. Kupikir, kau hanya punya setelan jas formal didalam lemarimu," ucap Jean, memikirkan bagaimana dalam series Harry Potter, seorang Draco Malfoy selalu ditampilkan memakai setelan formal yang rapih.

"Tentu saja aku punya, bodoh. Cepat pakai," jawab Draco dan dengan patuh Jean menurutinya. Benar-benar aroma seorang Draco Malfoy, pikir Jean jetika ia menghirup aroma yang menempel pada hoodie tersebut.

"Apa yang akan kita lakukan hari ini?" tanya Jean antusias. Ia sudah membayangkan akan diajak berkeliling di halaman sekitar kediaman keluarga Malfoy sambil membuat manusia salju dengan Draco. Sepertinya menyenangkan, bukan?

Draco mengangkat kedua bahunya cuek, "Entahlah. Tidak ada hal khusus yang ingin aku lakukan." mendengar jawaban Draco, wajah antusias Jean luntur seketika, dan raut wajah kesal terpapar diwajahnya saat itu juga.

"Ekhm. Apa ada sesuatu yang kau ingin untuk lakukan?" tanya Draco, ia berpura-pura fokus pada koran yang ada dihadapannya padahal dalam hatinya, jantungnya berdegup kencang.

"Keliling rumahmu sambil buat manusia salju?" usul Jean.

"... Tidak mau." balas Draco.

"Rrgh. Lalu apa yang mau kau lakukan, pirang?" Jean berdecak sebal. Draco masih berdiam, dan Jean menjadi kesal dibuatnya.

"Kau ini punya mulut dan mulutmu itu berfungsi dengan baik. Cepat jawab aku!" Jean melempar bantal kecil yang ada di sofa samping ia berdiri saat ini.

"Kkhz." Draco mengerang karena bantal itu benar-benar mendarat didepan mukanya. Draco meringis karena bantal kecil itu memiliki isi yang cukup berat, sedangkan Jean tertawa puas.

"Aha! Aku punya ide! Bagaimana jika kita pergi jalan-jalan ke London? Kau berjanji akan mengajakku ke London, 'kan?!" Jean menghampiri Draco dan mengguncang pundaknya.

"Hei—hei, apa-apaan ini?! Sejak kapan aku berjanji—berhenti mengguncang pundakku!"

"Hei pirang, kau ini ternyata laki-laki yang tidak bisa memegang kalimatnya sendiri ya?! Padahal kau sendiri yang berjanji akan membawaku menginap di penginapan terbaik yang ada di London! Ayolah, kumohon! Aku benar-benar mati kebosanan saat ini! Atau jangan-jangan kau malah senang melihatku mati muda yang konyol hanya karena kebosanan?! Pirang! Ayo kita jalan-jalan!" mendengar rengekan Jean yang memekakkan telinga itu, Draco menarik nafas kesal.

"Oke! Oke! Baiklah! Tapi lepaskan tanganmu sekarang juga! Kepalaku jadi berputar karena kau mengguncang pundakku dengan tenaga dalam!" seru Draco. Jean tersenyum puas, "Nah. Seharusnya kau seperti ini dari awal. Supaya aku tidak perlu repot mengeluarkan tenaga dalamku."

"Berhenti membalas ucapanku!" geram Draco. Jean menjulurkan lidahnya, "Lalu apa yang harus kulakukan jika kau berbicara dan aku juga ingin berbicara?! Apa aku harus mencium bibirmu dan berbicara ditengah-tengah kegiatan itu?"

"DEMI MERLIN, APA YANG BARU SAJA KAU KATAKAN, BELLE?! KAU—BENAR-BENAR! KELUAR DARI KAMARKU DAN BAWA SAJA BARANG YANG PERLU KAU BAWA!" Draco mengeraskan rahangnya dan mendorong Jean untuk segera keluar dari kamarnya.

"Jangan dorong aku!!"

"Maka cepat jalan saja ke kamarmu!" balas Draco. Setelah Jean benar-benar keluar dari kamarnya, Draco mengunci pintu kamarnya dan duduk di sofa dengan sedikit lingkung.

Sial, Belle.

Perkataan yang dengan mudahnya diucapkan gadis itu, justru terputar-putar diotaknya! Apa-apaan ini?! Kenapa dia seperti ini?!

"Sadarlah Draco, kau ini bukan pria mesum! Berhenti memikirkannya dan segera saja kabari Mother!" ia menarik rambutnya lalu menghela nafas. Ia menuju perapian dan segera ber-apparate ke tempat dimana Ibu dan Ayahnya sedang berada.

🐍🐍🐍

Jean membawa mantelnya yang paling tebal, syal, sarung tangan, dan sepatu boots, serta dompet. Ia benar-benar senang kali ini.

"Seharusnya aku belum lahir tahun ini. Boleh juga aku mengunjungi London dimasa aku belum lahir," ia tersenyum geli.

"Ha .. luar biasa. Apakah saat ini aku sedang berencana untuk berpergian dengan sosok karakter fiksi? Lucu sekali hidup ini. Yah, tidak apa-apa. Hitung-hitung sebagai kenang-kenangan sebelum aku mati."





"Pegang tanganku, kita akan ber-apparate ke London."

Jean mengangguk semangat, ia menggenggam tangan Draco dan .. ting! Mereka tiba di salah jalan kecil di London, seperti sebuah gang kecil mungkin? Jean yakin, mereka berapparate kesini karena peraturan dunia sihir yang tidak memperbolehkan sihir diketahui oleh manusia biasa atau muggle.

"Wah .. sudah sore ya. Mau makan dulu? Kita cari restoran disekitar sini. Tunggu— kau bawa mata uang muggle, 'kan?" mata Jean menyipit. Draco memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celananya, dan sebelah tangannya menggenggam erat tangan kiri Jean, "Tentu saja. Aku tidak bodoh."

"Oh, kupikir kau melupakan hal itu karena kita pergi secara tiba-tiba."

"Tenang saja. Aku ini keturunan Malfoy, kau tak akan mati kelaparan selama bersamaku." Draco menunjukkan senyum tengilnya, membuat Jean mati-matian menahan rasa gelinya.

Cih, lelaki ini menyebalkan sekali.

"Oke, kalau begitu aku akan pergi makan malam di restoran paling mewah yang aku temui di jalanan ini! Aku akan menghabiskan uangmu, pirang! Bersiaplah untuk itu!"



🐍🐍🐍

Author's Note :

Apparate : sihir yang bisa memindahkan kita ke tempat yang ingin kita tuju.

Thank you yg udh mau nunggu obshifting update. Aku bakal double up hari ini. Tp nanti jgn lupa baca author note yg di chapt selanjutnya ya krn aku bakal nulis sesuatu disitu.

OBSHIFTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang