19# Late Night Date

518 87 21
                                    

Jam menunjukkan pukul enam sore. Semburat merah kebiruan gelap menghiasi langit London malam ini. Salju bertumpukan dijalanan dan udara semakin dingin.

"Bbrrr. Dingin ya. Makan atau cari penginapan lebih dulu?" Jean bergumam. Draco menatapnya, lalu tanpa sadar ia membuka syal miliknya dan melilitkan syal hijau tersebut di leher Jean.

"Eh—apa ini Draco?!" Jean tampak kaget, pupil matanya membesar dan tatapan matanya mengisyaratkan pandangan "Apa ini—?!"

"Syal."

"Aku tidak buta, ya. Aku tahu ini syal. Tapi kenapa kau memberikannya padaku?! Bagaimana denganmu?" Jean menatap Draco.

"Aku tahan dingin. Pakai saja itu. Jangan berisik." Draco menarik tangan Jean dan membawanya ke salah satu restoran yang berada di pinggir jalan terdekat. Meski berada di pinggir jalan, restoran itu terlihat sangat mewah.

"... Kau yakin mau makan malam disini? Sepertinya mahal," Jean bertanya tak yakin. Draco menghela nafas, "Kau meragukan kekayaanku, Belle?"

"Tidak! Tidak! Tentu saja tidak!" Jean menggeleng. "Ah, sudahlah. Ayo kita masuk."

Mereka menghabiskan makan malam di restoran yang memiliki dua lantai itu. Mereka memilih menu yang sama, steik daging sapi dengan jus apel dan beberapa buah dan makanan penutup.

"Huaaa. Aku kenyang." monolog Jean begitu mereka keluar dari restoran setelah Draco selesai membayar makanan mereka.

"Bagaimana sekarang? Kau mau kemana?" Draco bertanya sambil menatap Jean. Jujur saja, Draco merasa sedikit asing dengan pemandangan kota London yang dipenuhi muggle dan barang-barang muggle. Meskipun jujur, dalam hatinya, ia merasa bus bertingkat dua dengan atap terbuka yang lalu lalang di jalan raya itu cukup menarik.

"Apa lagi? Kita harus menikmati malam ini. Malam natal, Draco." Jean menarik tangan Draco, "Kau belum pernah naik bus ini kan? Ayo, aku akan mengajakmu."

Mereka berkeliling London dengan menaiki bus. Jean banyak bercerita dan Draco hanya mendengarkan, sesekali ia menanggapi dan sesekali ia tersenyum melihat Jean yang begitu semangat melakukan perjalanan kecil ini.

Ia membayangkan, apa suatu hari, mereka bisa berpergian kembali seperti ini? Menjelajahi dunia, bermain di pantai, lalu menghabiskan banyak waktu didekat perapian rumah dengan secangkir kopi atau teh hangat atau susu hangat.

Manik Draco menatap Jean yang kini bersandar di bahunya dengan mata terpejam.

"Belle, apa kau tidur?" Draco bertanya dengan suara pelan, tampak berhati-hati.

Jean masih tetap memejamkan matanya, tetapi gadis itu menggelengkan kepalanya. "Tidak. Apa kau bosan?"

Draco menggeleng, menyelipkan rambut Jean yang berantakan kebelakang telinga gadis itu. "Kupikir kau mengantuk. Ayo kita cari penginapan disekitar sini."

"Selamat datang. Apa ada yang bisa kami bantu?"

"Ya. Kami ingin kamar VIP untuk dua orang." Draco menjawab sapaan ramah sang resepsionis hotel. Sang resepsionis itu tersenyum.

"Maaf, tetapi kamar VIP hanya tersisa satu kamar." jawab sang resepsionis.

"Bagaimana dengan kamar biasa?" Jean menimpali.

"Mohon maaf, dikarenakan sedang musim liburan, kami kedapatan banyak tamu dan semua kamar habis, tersisa satu kamar VIP saja." sang resepsionis itu menjawab. Jean berpikir sebentar.

Mereka sudah berjalan cukup lama untuk mencari penginapan, dan semua kamar dari penginapan yang mereka cari itu habis. Ini adalah keberuntungannya. Jika ia tidak mengambil kamar ini, bisa-bisa ia menghabiskan malamnya dengan duduk di kursi taman.

OBSHIFTINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang