Bab 15 : Gilang itu Ganteng?

30 4 0
                                    

Luka itu bagaikan palu yang ditancap dengan sengaja lalu dilepas hingga meninggalkan bekas berupa lubang kecil yang tidak dapat hilang.

X X X

Keesokan paginya, mereka melakukan rapat kembali di jam pelajaran kedua. Lagi lagi mereka harus membolos hingga jam pelajaran berakhir. Saat ini markas osis terlalu hening. Padahal rapat telah selesai sejak tadi tapi, entah kenapa para anggota di sana enggan untuk melontarkan guyonan seperti biasanya. Yang ada justru mereka fokus kepada dua manusia yang duduk di kursi tapi saling menjaga jarak dan enggan untuk saling menatap.

Siapa lagi jika bukan Gilang dan Ara. Duo human itu masih menyimpan dendam masing masing ternyata. Wida yang juga menyaksikan interaksi semacam itu mendengus.

Bagaimana tidak? Mereka berinteraksi menjaga jarak dan enggan bersentuhan seinci pun bahkan kursi mereka saja berjarak satu meter. Seolah jika mereka berdekatan akan tertular virus.

Astaga! Sebenarnya mereka itu umur berapa sih? Ayolah mereka bukan lagi anak TK yang musuhan lalu saling menjauh kemudian pilih pilih teman. Menjengkelkan jika dilihat.

Tak tahan dengan situasi. Wida dengan mulut blak blakannya itu berkata, "Kalian ini tidak bisakah saling meminta maaf dan mengutamakan keprofessionalan."

"Tidak"

"Tidak"

Ara dan Gilang sama sama mendelik setelah mereka menjawab dengan bersamaan.

Menghela nafas kasar. Dua orang ini sama sama keras kepala. Wida pasrah. "Terserah kalian lah."

Kedua orang itu kembali saling melirik. Entah apa maksudnya itu hanya mereka berdua saja yang tau makna tatapan mereka. Sudahlah akan sangat lelah jika terus terusan memperhatikan mereka.

"Ra, Ara tunggu!"

Ara mengabaikan teriakan menggema dari Gilang. Hatinya masih tak terima karena kejadian tempo hari. Benar benar menyebalkan si Gilangpreet itu. Langkah Ara terhenti saat Gilang mencegat jalannya. Untung tidak ada drama saling tabrak menabrak.

Ara berdesis. "Apa?" geram Ara. Perutnya sudah keroncongan sejak tadi dan berkeinginan untuk memborong banyak makanan di kantin. Tapi sepertinya keinginan itu meluap begitu saja saat Gilang kembali mengganggunya.

Gilang menggaruk tengkuk tak gatal. "Anu lo mau ke kantin kan?" tanya Gilang pelan pelan.

"Gak jadi!" ketus Ara enggan untuk menatap wajah Gilang.

"Ha? Kenapa?" tanya Gilang heran.

"Gak mood sekarang"

"Uhm... Temeni aku mau?"

"Pake nanya! Ya jelaslah enggak"

"Aku maksa!"

Ara melepaskan dekapan tangannya dan melirik Gilang sinis. "Dih emang lu siapa? Bisa maksa gue?" jawabnya marah.

Gilang tak menjawab. Tapi, justru malah menarik tangan Ara dengan paksa menuju kantin. Benar benar menambah kadar kebencian Ara.

Saat di kantin Gilang mendudukkan paksa Ara yang hampir kabur itu. "Diem lu disini! Kalo gak diem gue cium," Ancam Gilang.

MANTAN SHIT!!  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang