Bab 9 : Peduli

50 9 9
                                    

Kamu hanyalah masa laluku tidak seharusnya kamu peduli padaku

~Mantan Shit!!

X X X

Ayah, Bunda Ara takut

Ara meringkuk di sebuah halte memeluk dirinya sendiri. Sungguh baru pertama kalinya Ara takut dengan hujan dan petir biasanya dia menyukai saat hujan dan petir Ara gunakan untuk bergelung di selimut sambil membaca cerita di hp nya.

Tapi, benar orang waras mana yang tidak takut saat berada di posisi Ara. Duduk di halte sendirian, suasana sekitar sepi, dan sekolah yang gelap di tambah kilat petir menyambar. Dan bukan itu saja, biasanya saat malam daerah sini juga akan ada kejahatan entah itu seperti perampokan,penculikan,dan yang paling parah bisa jadi ada pemerkosaan.

Mengetahui fakta itu kepala Ara semakin berdenyut, badannya menggigil matanya sayu berharap ada orang yang berbaik hati memberikan dia tumpangan. Ara saat ini tidak bisa menghubungi siapapun, Hp nya baru saja mati. Sungguh sial nasib Ara.

"Neng sendirian saja?" Siapa yang menduga jika tiba tiba ada seseorang yang tidak di kenal langsung main colek colek dagu. Ara risih dan juga takut. Melihat tampang orang itu yang Ara tebak adalah seumuran ayahnya, membuat perutnya mulas.

"Siapa kalian?"

Susah payah Ara menjaga suaranya agar tidak bergetar bahkan Ara mati matian menahan tangannya yang juga ikutan bergetar agar tidak terlihat bahwa dia tengah ketakutan.

Tapi siapa sangka salah satu dari ketiga pria itu menyadari tangan Ara bergetar dan dengan seenak jidatnya pria itu menggenggam tangan Ara,

"jangan takut neng kita gak buas kok, mungkin buas nantinya," ucap lelaki itu dengan seringaian mesumnys

Lelaki itu semakin gencar menggoda Ara. Buktinya apa? Lihat mereka semakin berani termasuk mengelus rambut Ara dan pria tadi yang menggenggam tangan Ara menarik narik seolah mengajaknya untuk berdiri.

Ara ingin menangis rasanya. Ya tuhan tidak adakah orang yang sekedar lewat walaupun satu saja, kenapa daerah ini sesepi ini. Menyesal Ara, harusnya tadi dia berjalan kaki saja tak apa jauh asal kejadian ini tidak terjadi lagi. Tapi, nasi sudah menjadi bubur yang Ara lakukan adalah menyelamatkan diri.

"Lepaskan!" Ara berusaha menarik tangannya yang di seret itu, tapi genggaman mereka terlalu kuat alhasil pergelangan tangan Ara memerah.

Tidak mempedulikan rasa sakit di pergelangan Ara tetap menarik tangannya tapi lagi lagi berakhir sia sia. Menyerah, secara perlahan air mata meluncur dengan pelan di pipinya. Ara bukanlah gadis lemah yang gampang cengeng bisa saja Ara meninju selangkangan pria itu tapi kakinya sudah bak jelly karena tubuhnya gemetar dingin dan--takut. Yang dilakukan Ara sekarang adalah berdoa kepada Tuhan, agar berbaik hati kepadanya.

Rasanya Tuhan mendengarkan doa Ara, saat dilihatnya sebuah cahaya motor melaju dari kejauhan. Hati Ara senang bukan main. Entah ide darimana Ara tiba tiba menggigit kuat pergelangan tangan yang memegang tangganya.

"Ah!" Pria itu sontak melepaskan tangannya hal itu digunakan Ara untuk berlari ke arah cahaya motor yang masih melesat hampir mendekat.

"Tol--Hmmp hmmp" Seorang pria satunya buru buru membekap mulut Ara. Berontak sungguh sial Ara lupa penculiknya tak hanya satu saja. Ketika motor itu hampir mendekat Ara mencoba berontak dan menjulur tangannya seolah menggapai sesuatu.

MANTAN SHIT!!  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang