Bab 16 : Es Dawet

34 4 0
                                    

Shit! Ara stop! Jangan baper terlalu tinggi nanti jatuh kasihan enggak ada kasur empuk di bawah.

X X X

Ara mengerjap saat matanya menangkap sesosok yang sangat di kenalnya. Sosok itu berada di pinggir lapangan paling ujung sehingga tidak ada yang menyadarinya kecuali Ara tentunya. Benaknya berpikir pikir sekarang. Menimbulkan kernyitan di dahinya.

Gilang?

Sejak kapan Gilang suka basket?

Ara tak tau saja jika Gilang sangat menyukai basket sejak kecil. Ah, sudahlah lagipula Gilang tak bercerita ataukah---belum.

"Ra itu Gilang kan?" tanya Wida menunjuk nunjuk pinggir lapangan tengah.

Ara hanya mengangguk angguk membenarkan. Matanya mengikuti gerak gerik Gilang yang mulai memasuki lapangan menggantikan pemain sebelumnya yang sempat cedera.

Oke, Ara akui Gilang cukup gesit dalam bermain bola basket. Seolah dirinya sudah terlatih padahal setau Ara Gilang tidak mengikuti ekskul apa apa kecuali organisasi osis. Tapi, walau hanya ikut organisasi nama Gilang cukup terkenal di sekolah karena parasnya yang tampan dan otak ecernya.

Ah sudahlah kenapa malah membahas Gilang lagi?

"Ra, gak nyangka aing Gilang ternyata jago basket ya," celetuk Wida.

Ara memejamkan mata ingin rasanya berteriak, 'berhentilah membahas Gilang!' Karena Ara enggan mengakui jika di dalam sana berdetak kencang sangat kencang hingga membuat kepala Ara pening rasanya.

Iya Ara akui Gilang cukup jago. Padahal baru pertama kalinya bermain basket. Selama mereka menjalin hubungan dulu tidak terlihat tuh Gilang bermain basket tapi, justru malah bermain billyard. Apa apaan stop bahas masa lalu Ara! Ingat kamu sudah move on.

"YEAYY!"

Suara pekikan nyaring tepat di telinga Ara menyadarkannya atas halu yang hinggap di kepalanya.

Mengusap usap kupingnya. "Gak usah teriak di dekat kuping gue," ujar Ara sebal.

Wida tertawa cekikikan. "Hihihi maap maap abisnya Gilang menang tuh."

"Ha?" beo Ara tak percaya

Kepalanya menoleh ke lapangan. Dilihatnya tim Gilang tengah asik berpelukan ria merayakan kemenangan mereka. Dilihatnya papan poin di atas, tim Gilang lebih banyak mencetak poin daripada tim lawan.

Secepat itukah? Perasaan tadi baru mulai deh.

"Ra, Ara ayo keluar"

"Ha?" Tampaknya Ara masih belum sadar. Wida berdecak gemas ingin rasanya mencekik Ara. "Lo mau disini sampai kapan? Pertandingan sudah selesai Gor mulai sepi."

Ara mengitari Gor. Benar juga mulai sepi hanya tinggal mereka berdua. Cepat banget mereka keluarnya.

Ara dan Wida beranjak dari bangku Gor dan mulai keluar lewat pintu yang lain karena pintu satunya masih penuh berdesakan.

"Ra!"

Spontan Ara menengok ke arah suara yang memanggil namanya. Ternyata Gilang yang sedang duduk di kursi depan Gor sambil mengipasi wajah penuh peluhnya.

MANTAN SHIT!!  [ On Going ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang