Siapakah orang yang paling kalian percaya untuk bercerita? Untuk mencurahkan segala isi hati? Sahabat kalian? Dulu aku juga begitu, mempunyai seorang sahabat yang sangat aku percaya. Tapi, semua kepercayaan itu musnah saat kami sama-sama mencintai orang yang sama.
Seperri biasanya, setiap berangkat dan pulang sekolah waktu itu, aku selalu menceritakan seorang pria yang aku idolakan pada Sandra, sahabatku. Ia selalu hanya diam saat aku bercerita, sesekali terlihat menyimak serius sambil mengangguk-anggukan kepala.
"Tadi, pas ulangan aku kan duduk di belakang dia, terus pensil aku jatuh ke bawah, nggak nyangka, kayak di film-film, pensil Adit jatuh juga, sehingga aku dan adit bertatapan sekilas. Aku langsung kikuk, lalu Adit kembali ke atas kursi lebih dulu." kataku saat itu.
.
Sandra, memang orangnya pendiam, cenderung jarang bicara, tapi dia cukup banyak dikagumi di sekolah, dia cantik. Kulitnya putih merah dengan rambut panjang digerai dan bergelombang, ditambah tubuhnya yang agak gemuk tapi pantas.Aku seringkali bercerita padanya, sebab ia yang tak banyak bicara, itulah yang membuatku percaya bahwa dia takkan membocorkan semua curahan hatiku. Memang dia tak membocorkannya, terutama soal saat aku bercerita tentang Adit dan kuminta supaya dia tidak bilang pada siapapun karena malu. Tapi, dia yang tak banyak bicara itu, mempunyai sebuah perasaan yang dipendam dalam dirinya, yang ia tak ceritakan pada siapapun, termasuk aku.
***
Pagi itu, adalah hari dimana kami naik ke kelas 11. Biasanya, tempat duduk pun berpindah. Benar saja, saat masuk kelas, Bu Guru meminta kami berpindah tempat duduk supaya busa lebih akrab dengan teman yang lain. Aku duduk di barisan paling kiri, sedangkan Sandra duduk di barisan tengah. Kau tahu? Apa yang membuatku kaget? Sandra pindah duduk di belakang bangku Adit. Entah, karena aku percaya pada Sandra, kurasa aku tak perly khawatir, toh, Sandra tak seperti teman sekelas wanita lainnya yang menggoda Adit secara terang-tetangan.Makin hari, aku merasa kurang tenang, apalagi Adit seringkali menengok ke belakang dan bertanya soal ketidakmengertiannya akan materi kelas pada Sandra, mereka terlihat ... semakin akrab.
Jam istirahat tiba, aku tak tahan lagi untuk bertanya pada Sandra.
"Hm ... San, boleh aku tanya sesuatu?" tanyaku
"Boleh, Yol. Mau tanya apa?" jawabnya
"Adit ... suka nanya apa aja sih, sama kamu?" tanyaku lagi
"Nggak, cuma nanya pelajaran aja," jawabnya
"Oh ... iya, aku ngiranya dia suka sama kamu," ucapku
"Hah? Haha, apaan sih Yol, kalau dia suka sama aku juga, aku pasti jaga perasaan kamu," ucapnya.
Sejak obrolanku dengan Sandra, aku yakin dia pasti bisa menjaga perasaanku, tapi rasa takut juga masih ada di hatiku, Sandra itu cantik juga lumayan pintar, bisa saja Adit menyukainya.Hingga suatu hari Sandra pulang dengan memeluk buku sampul coklat, terdapat tulisan nama Adit disana.
"Hm ... San, itu buku punya Adit?" tanyaku
"Eh, iya Yol, ini punya dia, aku pinjem tadi," jawabnyaKeesokannya, ada pembagian tugas kelompok, Adit dan Sandra ternyata satu kelompok, saat presentasi, entah perasaanku saja atau memang iya, kulihat mereka tak jarang bertatapan.
Makin hari mereka makin akrab, bahkan sekarang aku enggan membicarakan Adit pada Sandra, karena ia selalu tetsenyum sendiri jika aku membahas Adit. Hingga siang itu, hal yang kutakutkan terjadi.
"Yol? Maaf ya," ucap Sandra
"Maaf kenapa, Sandra?" jawabku
"Aku ... kayaknya suka Adit, Adit juga kayaknya suka aku,"
"Apa? Tapi kamu, kamu udah janji mau jaga perasaanku," ucapku
"Tapi perasaanku juga gak bisa dibohongi, ia datang gitu aja, selama ini aku selalu ngerti aku, kumohon kamu juga ngerti, Yol." ucap Sandra
"Aku gatau lagi harus ngomong apa sama kamu, Sandra!" ucapku sambil berlari pergi.***
Esoknya, aku dan Sandra saling diam. Hingga aku menangis sendiri karena kesepian, haruskah mengalah demi persahabatan kami? Mungkin benar juga, Sandra merasa suka ke Adit wajar, aku juga terpesona. Kamj sama-sama wanita.Di jam pelajaran, aku seringkali melirik Sandra, dia juga sama. Oke, jam istirahat nanti aku akan menemuinya.
Tibalah saat istirahat .... aku pergi ke belakang sekolah, itu tempat favorit kami. Kuyakin Sandra sudah disini. Benar. Saat aku hendak bicara, Sandra tengah menangis juga.
"Sandra," ucapku, "Aku mau minta maaf, aku egois, sekarang tergantung Adit, jika dia suka padamu, aku bisa apa." lanjutku
"Benar kamu, Yol? Aku juga minta maaf, rasa itu timbul sendirinya, mungkin karena kami duduk berdekatan, juga katena aku sering mendengar ceritamu tentang dia." ucapnyaAku tak bisa membendung aur mataku, begitu juva Sandra, sekarang terserah cinta yang menentukan, meskipun mungkin aku akan sakit jika memang Adit menyukai Sandra, tapi tak apa, aku hanya tak ingin persahabatanku dengan Sandra hancur karena ego kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Y. F. Nuraini
Short StoryBerbagai rasa dalam kehidupan ini, alangkah lebih indah dan berarti, bila diekspresikan melalui tulisan. Bukan hanya tentang mendapat kelegaan setelah menuangkannya, tapi juga tentang sebuah karya, yang dapat dibaca untuk menjadi pelajaran.