Wandi, Toni dan Edo, remaja yang baru masuk jenjang SLTA itu, seringkali keluar malam hingga pulang larut akhir-akhir ini. Ingin mencoba bergaul katanya. Namun, sayangnya mereka belum terlalu mengerti akan batas-batas pergaulan. Yang ada di pikiran mereka hanyalah tentang menikmati masa muda. Nyatanya, menikmati dengan cara yang mereka maksud ini adalah menghancurkannya.
"Eh, lo pada punya duit kagak, buat minum malam ini?" tanya Wandi
"Ada sih gua," kata Toni
"Gua lagi gak punya," ucap Wandi
"Gua juga cuma ada dikit," kata Edo
"Gua punya rencana." ucap Wandi
"Jangan bilang lu mau ngelakuin hal gila?" jawab ToniWandi menyeringai, lalu berbisik membicarakan rencananya pada Edo dan juga Toni.
"Gila! Gimana kalo kita ketahuan, mampus nanti," ucap Toni
"Gue juga gak mau! jauh banget rencana lo kali ini, kalo kagak ada duit mending kagak usah jadi minum dah kita," ucap Edo
"Waaah ... yakin lu pada kagak mau?" jawab Wandi, "biar aman pake trik dong, kita bagi-bagi tugas," lanjutnyaHening, satu sama lain saling melirik. Hingga Toni dan Edo memutuskan pergi.
"Sorry, gua mending balik aja, kagak berani ngelakuin kayak gitu," ucap Toni
"Gua juga, cabut gua," kata Edo
"Waaah ... kagak setia kawan lu, awas lu berdua ya," ucap Wandi
"Bodo, ah," jawab Toni sembari pergi
"Eh, orang yang ninggalin temen lagi kesusahan, apa namanya? Mikir dong lu pada, gua bisa aja bocorin ke orang tua lu pada kalau kita suka minum," ucap Wandi, mengancam.Toni yang kukuh dengan pendiriannya tak menggubris, ia malah tancap gas melaju dengan sepeda motornya. Sedangkan, Edo mau tak mau akhirnya setuju karena ia tahu bagaimana Wandi setelah mengancam, buakn main, pasti dia mengadu pada orang tuanya.
"Jangan bilang ke Bokap Nyokap, Gue," kata Edo
"Haha! Lu emang bener-bener temen gue, Do," ucap Wandi pada Edo.Mereka mengatur stategi, dan akhirnya melesat dengan motor berboncengan, melakukan aksi yang mereka rencanakan.
"Gila! Lu yang rencanain, gua yang masuk ke dalem? Lu enak-enakan jaga di luar, kalo gua ketangkep basah gimana?"
"Lu mau gue ngadu ke Bokap lu? Mau, kayak Toni jadi temen yang penghianat kayak gitu?" ancam Wandi lagiEdo pun menaiki pagar rumah bercat abu kuning itu, mengendap-ngendap. Sedangkan, Wandi mengawasi di tepi jalan.
Edo berhasil membobol jendela, lalu masuk ke dalam rumah itu, saat hendak melaksanakan aksinya, tiba-tiba ....
"Woy! Mau maling ya?" ucap pemilik rumah yang ternyata tengah menonton bola Televisi.
"Maling ... maling ...." teriak pemilik rumah.Mendengar kegaduhan di dalam rumah, Wandi pun kabur menggunakan sepeda motor Edo, ia tak peduli kawannya itu sedang dalam situasi mencekam.
Di dalam rumah, Edo panik, ia bingung dan hendak kembali melompati jendela, tapi pemilik rumah memegang tangannya dan berteriak. Para warga sekitaran rumah berkumpul di TKP, menghakimi pemuda malang itu hingga babak belur, sampai aparatur setempat bertindak mengamankannya.
Pemuda itu mengerang kesakitan, dengan lebam di wajah dan hampir di seluruh badan. Ia menyesali perbuatannya, menuruti kata temannya itu. Miris! Ia yang tadinya tak ingin dicap tak setia kawan, malah dikhiananti dan dijerumuskan. Tak mendapat apapun, hanya luka dan air mata orang tuanya ketika melihatnya semengenaskan itu.
*** cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat dan nama, mohon dimaklumkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Y. F. Nuraini
Short StoryBerbagai rasa dalam kehidupan ini, alangkah lebih indah dan berarti, bila diekspresikan melalui tulisan. Bukan hanya tentang mendapat kelegaan setelah menuangkannya, tapi juga tentang sebuah karya, yang dapat dibaca untuk menjadi pelajaran.