Jejak 01 : Tara dan Peta dari Bapak

172 33 3
                                    

Jakarta, 2005.

"Ampar-ampar pisang, pisangku belum masak. Masak sebiji digulung bale-bale. Mangga lepok mangga lepok, masak sayur bengkok. Bengkok dimakan api, apinya sangsurupan. Bengkok dimakan api, apinya sangsurupaan!"

Riuh rendah nyanyian serta tawa anak kecil mengisi petang menjelang malam sebuah rumah sederhana di pinggir kota. Oh, rupanya seorang bocah laki-laki tengah bermain bersama sang ayah dan kakaknya.

"Tara, kamu curang ih! Kalo lagi nyanyi gak boleh dicepetin tau!" protes tak senang keluar dari kakak perempuan Tara, namanya Jana. Gadis itu baru lulus SD, usianya 11 tahun. "Bapak, lihat tuh kelakuan Tara!"

"Kak Jana sok tau dih!"

"Apa?! Aku sok tau?? Kamu tuh udah curang, ngeyel lagi kalo dikasih tau yang bener!"

Si tengah bernama Rasi hanya menonton penuh minat tanpa berniat memisahkan kakak dan adiknya yang ribut. Dasar, pecinta keributan sejak dini.

"Loh, kok malah ribut sih? Gak baik ribut sama saudara sendiri, Jana, Tara." Adi, ayah tiga anak itu, bersuara. Ditariknya Tara yang berusaha menjambak sang kakak. "Tara, jangan jambak atau pakai serangan fisik begini ke kakak kamu. Kak Jana itu perempuan, sama kaya Bunda jadi harus dijaga bukan dipukul."

"Tuh dengerin apa kata Bapak!"

"Kak Jana diem!" seru Tara emosi. "Aku gak mau ngomong sama Kak Jana lagi!"

"Aku juga gak mau ngomong sama kamu lagi!"

"Ya ampun, pusing deh kepala Rasi."

"DIEM!" Jana dan Tara berseru kesal sama-sama.

"Hei, hei, udah dong. Masa mau berantem terus? Tuh udah mau malam, yuk masuk. Kita bicarain lagi di dalam ya?" Adi membujuk kedua anaknya yang masih kukuh bersitegang.

Biasa, anak sulung sana pembontot memang langganan adu rusuh. Si bungsu Rasi? Oho, dia boleh suka keributan. Tapi paling anti terlibat ke dalamnya. Sebelum bapaknya menyuruh masuk, Rasi terlebih dulu meninggalkan kedua saudaranya ke dalam.

"Eeh, anak Bunda udahan mainnya?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eeh, anak Bunda udahan mainnya?"

Seorang perempuan cantik dengan taburan tepung di sekujur tubuhnya menyapa riang dua anaknya. Iya, perempuan itu bernama Melati. Beliau adalah ibu dari Jana, Rasi, dan Tara. Seharian Melati membuat kue nastar untuk ketiga buah hatinya sehingga meminta suaminya menjaga anak-anak mereka.

"Bunda udah selesai bikin kue buat Taranya?" Tara berlari riang, melupakan sejenak aksi ribut dengan sang kakak. "Iih, muka Bunda cemong!"

"Iya nih, muka Bunda cemong," keluh Melati pura-pura agar bisa dielus oleh sang putra. "Tolong bersihin dong, Tara."

"Sini," tutur bocah lelaki berusia tujuh tahun itu. Diusapnya wajah sang bunda dengan beberapa helai tisu. "Bunda, emang tepung kue bisa terbang ya ke muka Bunda? Kok muka Bunda belepotan gini?"

S U R A L A Y A | Ryujin - Lino (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang