Jejak 02 : Maya dan Gudang Rumah Kakek

98 35 11
                                    

Jakarta, 2010

Permainan mencari barang hilang adalah salah satu permainan favorit anak-anak, tidak terkecuali Maya. Gadis kecil yang baru menginjak usia sembilan tahun itu mahir sekali mencari barang hilang atau barang yang disembunyikan. Sering, orang meminta tolong padanya untuk mencari barang mereka mulai dari barang sepele seperti jarum jahit hingga barang berharga seperti BPKB.

Maya sih oke-oke saja, baginya semua itu permainan dan petualangan menyenangkan.

“Maya, Ibu pergi dulu ya, Nak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Maya, Ibu pergi dulu ya, Nak. Hari Kamis nanti Ibu jemput lagi,” pesan Kenanga, ibu Maya. Hari ini dia ada acara karya wisata ke Yogyakarta selama tiga hari dua malam dari sekolah tempatnya mengajar, jadi Maya harus dititip di rumah ayah Mandala. “Pak, titip Maya ya.”

Belum sempat sang kakek menjawab, Maya lebih dulu menyambar. “Ibu tenang aja, Maya pasti jagain Kakek hehe.”

“Maya, lain kali jangan gitu ya? Itu kurang sopan, Nak.”

“Loh kenapa?”

Mandala—ayah Maya—memandang Kenanga sekilas kemudian berlutut di hadapan putri mereka itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mandala—ayah Maya—memandang Kenanga sekilas kemudian berlutut di hadapan putri mereka itu. Tangan besar dan terlatihnya itu mengelus lembut kepala Maya. “Maya, gak semua orang pengertian, Sayang. Kakek mungkin udah biasa, tapi tetap aja Kakek ‘kan orang tua Maya juga. Maya harus sopan, jangan asal jawab perkataan orang yang gak ditujukan untuk kamu.”

Manik cokelat terang Maya mengedip beberapa kali lalu perlahan meredup. Gadis kecil itu merasa bersalah. Cepat-cepat dipeluknya sang kakek di sampingnya. “Maafin Maya ya, Kakek. Maya janji gak akan gitu lagi!”

“Aduh, Maya, Kakek gak apa-apa kok.”  Benggala—kakek Maya—tertawa kecil menanggapi permintaan maaf dari cucunya itu. “Hati-hati di jalan ya, Kenanga, Mandala. Kalau sudah sampai di tujuan kalian, hubungi Bapak.”

“Iya, Pak. Kami pergi dulu ya, Bapak sama Maya baik-baik di rumah.” Kenanga dan Mandala mencium punggung tangan Benggala yang sudah dimakan usia, berlipat tak erat di segala sisi. “Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
S U R A L A Y A | Ryujin - Lino (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang