Namanya Gema Jakarta. Hobi melepas penat di arena olahraga dan menaklukkan gunung nusantara. Sesuai namanya, di mana ada Gema di situ ada keramaian. Lalu bagaimana Tara bisa berteman dengannya?
Di semester 2 waktu survey untuk salah satu MPK (Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian), Tara gak sengaja sekelompok dengan Gema serta tiga mahasiswi lain. Sebagai lelaki tampan, jelas Tara adalah mangsa empuk untuk dijadikan bahan cuci mata teman sekelompoknya. Namun, Tara yang ogah menerima perhatian aneh kerap bolos kerja kelompok supaya gak temeu mereka.
Gema yang sadar tergerak hatinya untuk membantu. Niatnya memang baik, hanua caranya cukup ekstrim.
"Gue pacaran sama Tara, dia cowok gue. Jangan lo gangguin lagi. Dia risih soalnya."
Setelah itu, para mahasiswi yang caper (cari perhatian) ke Tara tidak lagi berlaku demikian. Sialnya, atensi yang didapatnya jadi lebih besar dan negatif akibat ucapan penuh kebohongan Gema. Keduanya bahkan sampai dipanggil Dekan Jurusan demi mengkonfirmasi kebenaran berita hoax yang beredar luas.
Usai peristiwa tersebut Tara sempat berniat pindah kampus. Bodo amat beasiswa, dia lebih malu punya skandal hombreng dengan manusia aneh ketimbang nekat mempertahankan beasiswanya. Sedangkan Gema santai saja. Toh itu semua kebohongan putih yang dia terpaksa lakukan demi menolong Tara.
"Jangan deket-deket. Gak cukup digosipin satu Ibukota karena skandal palsu buatan lo?" Tara sedingin Kutub Selatan waktu Gema datangi. Matanya, suaranya, gesture, dan bahkan napasnya. Kalau ada yang bilang Tara cocok jadi Edward Cullen, Gema setuju banget.
"Buat apa lo pikirin? Itu kan palsu. Dekan udah pada tau, keluarga lo tau, cewek gue juga gak masalah. Orang lain bukan tolak ukur hidup lo, Rekata." Gema menyuarakan pendapat bijaknya dengan santai sembari menyeruput es cekek stroberi kesukaannya beberapa kali. Tidak ada seriusnya sama sekali. "Lagian, gue bilang gitu karena males liat lo bolos kerkom terus. Gue tau lo risih dicaperin mulu sama cewek-cewek yang sekelompok sama kita kemaren. Sekarang masalahnya udah beres dan bagusnya lo gak harus sekelompok sama mereka lagi."
"Tapi lo bikin harga diri dan imej gue rusak! Untung aja beasiswa gue gak dicabut!"
"Lo gak bakal kenapa-kenapa. Rumor kaya gini paling lama juga tiga bulan, terus orang-orang bakal lupa. Sebelum lebih luas, keluarga lo pasti udah keburu bungkam mulut mereka." Tatapan Gema masih santai, berbeda jauh dengan Tara yang terkejut bukan main. "Jumantara. Old money Ibukota, jarang yang tau nama itu tapi buat pemerhati kalangan atas sejak lama gak mungkin berani macem-macem."
Lalu, setelahnya langsung berteman? Oh tentu saja tidak. Tara dan kejaimannya, Gema dan keramaiannya. Menurut pribahasa anak Gen Z, Gema adalah definisi dari akan kuraih kau dengan ugal-ugalan. Lewat 6 bulan dari peristiwa itu keduanya akhirnya akrab.
Gak ada yang mengerti Tara selain keluarganya lebih dari Gema. Begitupun Gema. Temannya banyak, tapi sahabatnya hanya Tara.
"Terus payungnya masih sama lo?"
Mata almond milik Tara memicing gemas melihat temannya itu makan somay dengan brutal sembari berbicara. Bumbu kacangnya hampir berhamburan ke segala sisi kalau saja tidak ditutup tisu oleh Tara. Malu-maluin. Kok bisa Sunny yang manis dan anggun itu mau sama Gema?
"Makasih loh tisunya, Beb."
"Najis."
Cekikikan Gema terdengar, "Hehe, gak usah malu gitu lah."
"Besok-besok gue sumpel batako aja ke mulut lo, tisu ternyata terlalu lembut buat lo."
"Tega banget, Bang Tara." Perlahan diubahnya posisi duduk agar lebih tegak. "Balikin lah payungnya, Sob. Kasian, gimana kalo dia cuma punya satu payung? Mana lagi musim hujan gini."
![](https://img.wattpad.com/cover/252816649-288-k237787.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
S U R A L A Y A | Ryujin - Lino (on going)
FantasíaSelamat datang di Suralaya! Sebuah negeri yang penuh rahasia dan kekayaan. Selamat datang di Suralaya! Di mana kamu bisa menemukan apa yang kamu cari namun belum tentu bisa dibawa. This is Suralaya, a tale of the untold and full of secret land. Tara...