Jejak 05 : Selamat Datang

62 18 34
                                    

"MAYA!"

Jejak Maya betul-betul hilang bersama dengan perkamen pemberian Prof. Sutopo. Entah ke mana, Tara tidak bisa menerka. Satu-satunya cara bertemu kembali dengan ayahnya hanya lewat perkamen itu, namun Maya yang terbawa bukan dirinya.

Perhitungannya salah. Harusnya masih dua hari lagi. Kenapa portal penghubung sudah terbuka? Ada yang tidak beres di sini. Variabel yang disusunnya masih ada yang keliru atau ... faktor tambahan.

Maya bisa jadi salah tertarik atau memang dia juga seperti dirinya. Mencari lokasi yang sering dibilang khayalan oleh para peminat sejarah juga pencinta mitos. Pilihan lainnya, mungkin Maya memiliki hubungan dengan tempat itu.

Karena setahunya, hanya keturunan langsung yang dapat memasuki portal penghubung. Jika orang luar memaksa akan ada resiko juga bencana besar menimpanya.

Kepala Tara mencerna segala kejadian dan menghubungkan dengan informasi yang dimilikinya. Teka-teki ini harus dipecahkan bagaimana pun caranya. Kesempatan Tara hanya sekali seumur hidup. Perkamen di tangannya dan Maya hanya untuk pulang-pergi.

"Tara!"

Kepalanya tertoleh waspada. Matanya menyipit ke arah pintu tangga darurat. Gema di sana membawa tasnya juga payung Maya. Wajahnya cemas bukan main, keringat membasahi bagian depan bajunya, jangan lupakan sepatu yang sisa sebelah. Penampilan temannya sangat mengenaskan.

Gema berlari kemudian duduk terburu-buru. Tangannya meraih wajah Tara lalu ditengok ke kanan-kiri. Matanya melotot panik, napasnya berpacu. "Lo gak apa-apa? Gak kesamber petir atau kena beling bawaan angin kencang tadi?"

Tara masih diam.

"Rekata!"

Ditepisnya tangan Gema. Wajahnya tertunduk. "Gue gak apa-apa."

"Astaga, gue panik banget! Tadi gue sempet dikabarin ada angin kemcang deket fakultas lo sama temen gue. Padahal di tempat lain gak ada apa-apa, cerah banget. Terus katanya lo kan mau ketemu Prof. Sutopo. Gue takut lo kena angin atau apa karena semua orang ngungsi ke dalem gedung." Mulut Gema tak bercerita panjang lebar. Tangannya mengusap peluh yang menyebar. "Syukurlah lo gak kenapa-kenapa. Gue takut digibeng sama abang lo kalo sampai lo lecet."

"Oh, jadi perhatian lo ada maunya?"

"Bukan gitu! Eh, tapi lo seneng ya gue perhatiin?"

Menyebalkan. Menyesal Tara menegurnya. Sskarang sikap jahil dan genit Gema kembali. Kelihatannya dia lebih santai karena Tara terbukti aman tanpa luka. "Gue tadi ketemu sama Maya."

"Maya siapa? Maya Estianti atau Luna Maya?"

"Maya, pemilik payung ini." Tatapan nya mengarah ke payung yang dibawa Gema. "Tapi dia hilang, Gema."

"Hilang? Kabur maksud lo?" Gema nyengir meremehkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hilang? Kabur maksud lo?" Gema nyengir meremehkan. "Makanya jadi orang jangan terlalu jutek, Tar. Udah sering gue bilang, senyum sesekali gak bikin lo miskin tujuh turunan."

S U R A L A Y A | Ryujin - Lino (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang