Jejak 03 : Temu Lupa

133 35 8
                                    

Jakarta, 2020.

Time flies, dunia berubah begitu juga penghuninya. Kini jarang yang memiliki telepon rumah atau televisi tebal dikarenakan ponsel pintar atau gawai mampu mengatasi hampir sebagian besar kebutuhan manusia, mulai dari urusan pendidikan hingga kesehatan. Patut disyukuri karena memudahkan kehidupan, namun sepertinya tetap ada kekurangannya contohnya seperti sekarang ....

 Patut disyukuri karena memudahkan kehidupan, namun sepertinya tetap ada kekurangannya contohnya seperti sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Ayolah, Taar. Please bantuin gue ya? Sekali iniii aja!” Anak manusia yang barusan memohon-mohon pada Tara adalah teman dekatnya sejak kecil, namanya Gema. “Gue gak enak kalo gak bawa temen, udah janji sama si Sunny ....”

“Itu salah lo, siapa suruh janjiin hal yang belum pasti.” Tara di tahun 2020 berbeda dengan Tara di tahun 2005. Dia sudah dewasa, usianya 22 tahun dan berada di tingkat akhir jenjang kuliah. “Gue gak mau, sampai kapanpun, lo tawarin apapun.”

“Yaelah, Tar! Sekali doang, abis itu kalo lo gak suka ditinggal juga gapape!” Gema kekeh membujuk sobatnya itu. “Gak bakal bikin hidup lo berkurang sepuluh tahun juga elah.”

Sungguh, Tara sebal sekali jika Gema berubah annoying seperti ini. Gema Jakarta adalah pribadi yang mengaplikasikan kutipan live it up your name. Ramai, berisik, punya kawan di seluruh penjuru ibu kota dari berbagai kalangan. Sayang, sikap menyebalkan seorang Gema cukup ditampung Tara saja.

“Emang enggak,” sahut Tara mencoba sabar. Dia menatap Gema tepat di manik mata. “Tapi jelas bikin hidup gue sia-sia beberapa waktu dan gue gak suka wasting time buat hal gak penting kaya permintaan lo, Gema.”

“Tar, kita temenan udah lama banget buset ....”

“Iya, bagus kalo lo inget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Iya, bagus kalo lo inget.” Tara kembali berbalik, memunggungi Gema yang berjalan mengekorinya dengan lunglai. “Artinya lo tau betul dan gak lupa gue ini orangnya kaya apa. Sekali enggak tetep enggak.”

“Ya masa bantuin gue sekali ini aja gak mau sih??? Blind date doang, Tar? Hellaw!”

Salah satu tangan Tara mengusap telinganya, berdenging akibat lengkingan teriakan Gema. “Berisik.”

S U R A L A Y A | Ryujin - Lino (on going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang