"Gema, mau sampai kapan lo mangap kaya onta begitu?" Tara menggeleng pelan, heran akan kelakuan teman baiknya itu. "Udah lewat setengah jam kita di tempat yang sama."
"... Tolong, bentar lagi. Gue tuh masih syok. Orang waras mana ... gak kaget liat paus di atas awan?"
Sebenarnya Tara juga kaget dan kagum seperti yang Gema alami. Namun, ia cepat berlanjut. Fenomena ajaib barusan hanya 1 dari ratusan momen aneh lain yang akan ditemuinya. Tara mencoba memahami karena Gema belum pernah mendengar soal Suralaya.
"Yaudah bingungnya dilanjut sambil jalan aja." Disampirkannya tas kecil Gema ke bahu bersama ransel besarnya. Dia menyodorkam tangan pada Gema. "Ayo."
Gema menatap tangan itu makin gak percaya. "Lo nawarin pegangan tangan, Tar?"
"Buat bantu lo bangun. Kayaknya kaki lo kelewat letoy sampai gak bisa berdiri sendiri."
"Enak aje!" Merasa diledek begitu, Gema bangkit tanpa aba. Wajahnya super pede dan gak terima. "Sini tas gue."
"Gak usah." Tara menolak pelan. "Lo coba cek tanaman sekitar sini, Gem. Siapa tau ada yang bisa kita konsumsi atau jadiin obat. Feeling gue, kita bakal lumayan lama di hutan ini."
"Bentar, apaan tuh maksudnya? Lumayan lama? Lo berniat pindah kemari apa gimane?"
"Jalan keluar ke tempat tujuan gue belum pasti ada di mana, makanya gue bilang gitu."
Gema mengangguk. Soal perencanaan dan taktik dia gak perlu meragukan kemampuan Tara. Beberapa bulan lalu mereka pernah naik gunung bareng dan sialnya Tara tersesat di hutan. Hal itu disebabkan kenekatannya membantu seekor rusa yang terluka. Butuh dua hari mencarinya, namun bukannya kasihan justru Tara kembali dengan kondisi super segar dan sehat tanpa kekurangan apa pun.
Ia sempat bertanya bagaimana orang itu bisa menemukan posko sementara itu kali pertamanya naik gunung yang cukup liar? Jawabannya sangat singkat. Tara hanya mengikuti arah bintang dan matahari sembari membuat persinggahan sementara di gubuk tua di hutan. Seolah tak takut sergapan binatang liar atau gangguan supranatural padanya.
"Kompas yang kita pegang gak berfungsi di sini. Gak ada peta juga. Satu-satunya yang bisa diandalkan cuma arah matahari aja." Tara berujar lagi, "Posisi kita belum terlalu tinggi. Menurut lo masih di kaki gunung atau gimana?"
Gema melirik sekitar. Benar kata Tara. Posisi mereka belum tinggi. Pohon sekitar tumbuh lumayan lebat dengan belukar di sana-sini. Beberapa satwa juga terlihat menggelantung dan mondar-mandir tanpa takut.
"Kayaknya lebih dari itu, Tar. Jalanan sekitar sini gak rapi, kemungkinan jarang dilaluin orang. Kaya yang lo bilang, kita ikutin aja arah matahari." Dilepasnya jaket yang sedari tadi dipakai. Matanya menatap nanar jaket pemberian kekasihnya itu. Kondisinya robek di sana-sini. Kalau Sunny tau pasti digibeng dia. "Ya Tuhan, jaket gue ...."
"Nanti gue ganti."
"Gak usah."
Tara meliriknya heran. Tumben banget. "Kenapa?"
"Ini cuma ada satu di dunia."
"Gak usah bohong."
Dituduh sedikit, Gema melotot kesal. "Beneran ye! Sunny begadang berhari-hari sampe tangannya pada luka buat bikinin jaket ini! Makanya gue bilang cuma ada satu di dunia."
Oh, begitu rupanya. Urusan perbucinan Sunny dan Gema memang di luar akal manusia normal seperti Tara. Kadang mereka sangat mesra seperti pengantin baru, kadang juga super galak seperti pengantin lama. Yah, Tara gak ambil pusing kalau keduanya gak menyeretnya dalam hubungan mereka. Selama Gema senang dan gak menyakiti Sunny.

KAMU SEDANG MEMBACA
S U R A L A Y A | Ryujin - Lino (on going)
FantasySelamat datang di Suralaya! Sebuah negeri yang penuh rahasia dan kekayaan. Selamat datang di Suralaya! Di mana kamu bisa menemukan apa yang kamu cari namun belum tentu bisa dibawa. This is Suralaya, a tale of the untold and full of secret land. Tara...