Jeep Renegade Sunghoon melaju dengan kecepatan rata-rata di antara kendaraan lainnya. Sebagai pemilik mobil, Sunghoon menyuruh Jake yang mengemudi sementara ia duduk di kursi samping kemudi.Di kursi penumpang, Jay menempelkan balok es yang telah dibalut plastik untuk menghentikan pendarahan kecil di bagian pipi akibat bogeman dari Haruto, sesekali meringis perih.
Pukulan Haruto bukan main.
"Gila tuh bocah." Jay bersungut, masih menempelkan es pada pipinya.
"Gue rasa dia bukan manusia." Sunghoon berujar, menarik atensi kedua temannya.
"Maksud lo?" tanya Jay bingung.
"Baunya, tadi gue lempar bola dengan sengaja karena gue pengen liat reaksi dia," kata Sunghoon. "Sesaat gue ngerasa dia hunter pas liat dia jalan di koridor, tapi untuk sesaat juga gue liat aura ghoul darinya pas nyerang lo."
"Jangan-jangan hunter setengah ghoul?" tebak Jay. "Tapi gak mungkin sih, jarang ada hunter yang jadi ghoul, palingan hunter-nya dibunuh kalo udah di tangan ghoul."
Tiba-tiba Jake tersenyum lebar.
"Kalo gitu, ayo kita selidiki!" seru Jake girang. "Kalo dia beneran ghoul, bakal gue hajar abis-abisan sampe mampus!"
"Tapi kalo ternyata dia hunter gimana?" tanya Sunghoon sedikit was-was. "Itu sama aja nyerang sebangsa kita."
"Gue ada ide," tutur Jay. "Gimana kalo kita bawa dia ke basement? Buat mastiin."
"Gue setuju!" kata Jake.
Sunghoon menghela napas. "Agak beresiko."
"Bukan hunter namanya kalo gak berani ambil resiko," kata Jake yang disetujui oleh Jay dengan cara mengacungkan jempol.
Sunghoon hanya tersenyum tipis.
"Oh iya, lo belum cerita, Hoon," kata Jake. "Kaki lo kenapa bisa pincang gitu?"
Mendapat pertanyaan tiba-tiba itu, Sunghoon terdiam kaku.
Dia harus menjawab apa ketika yang menyerangnya malam itu adalah hunter?
"Kasus kematian temanmu ini benar-benar aneh," gumam Jaehyun, petugas forensik yang menangani mayat Doyoung sekaligus kakak sepupu Junghwan.
Laki-laki itu masih sibuk melakukan autopsi pada mayat Doyoung, ditemani oleh Junghwan dan Yoshi yang memutuskan tidak masuk sekolah hari ini karena ingin mengetahui kasus kematian apa yang dialami Doyoung.
Meskipun sebuah persepsi sebenarnya telah terbesit di kepala Yoshi, namun ia tetap ingin memastikannya.
Kemarin, Doyoung sempat ditangani di Rumah Sakit oleh petugas forensik di sana, namun mereka kesulitan menentukan kasusnya. Melihat hal itu, Jaehyun meminta pada pihak Rumah Sakit untuk membawa mayat Doyoung ke rumahnya untuk ia tangani.
Dan sore itu juga Jaehyun membawa mayat Doyoung ke basement rumahnya, tempat di mana dia sering melakukan autopsi pada mayat-mayat yang sulit ditangani oleh petugas forensik di RS tempat dia bekerja.
"Jika dihimpun, maka kasus kematiannya akan masuk dalam banyak kasus ," tutur Jaehyun. "Kasus pembunuhan tidak disengaja, kasus bunuh diri, kasus pembunuhan berencana, kasus penyerangan, dan yang paling tidak masuk akal, kasus diserang binatang buas juga bisa masuk melihat beberapa luka serangan di bagian cakaran."
"Yang terakhir maksa banget sih, Kak," ujar Junghwan. "Mungkin bakal masuk akal kalo Kak Doyoung diserang binatang buas kalo mayatnya ditemuin di dalam hutan atau rawa-rawa, tapi ini mayatnya Kak Doyoung ditemuin di dekat jalan tol."
"Makanya itu," kata Jaehyun.
"Tapi bisa jadi sih," tutur Yoshi. "Siapa tau ada binatang yang lepas, kan? Atau masuk ke perkotaan?"
Jaehyun terkekeh. Kemudian laki-laki itu menunjuk bagian lengan, bahu dan kaki Doyoung.
Yoshi dan Junghwan ikut memperhatikan.
"Dari garis, luas dan kedalaman cakarannya, sepertinya bukan manusia yang mencakar," jelas Jaehyun. "Kalo kemungkinan terakhir benar, berarti Doyoung diserang binatang buas yang punya cakar besar, atau kemungkinan besar Doyoung diserang menggunakan cakar buatan jadi seolah-olah Doyoung diserang binatang buas."
Jaehyun kemudian menunjuk luka memar di bagian leher Doyoung.
"Atau mungkin pake garpu taman, Kak?" tebak Junghwan.
Jaehyun mengangguk setuju.
"Kalo ini udah jelas luka cekikan, dan udah pasti manusia yang mencekiknya dilihat dari ukuran memarnya yang masing-masing selebar jari tangan," jelas Jaehyun.
"Tapi permasalahan besarnya di sini, dan yang bikin para petugas forensik bingung, di bagian ini"--Jaehyun menunjuk bagian perut Doyoung yang menganga lebar tanpa organ di dalamnya--"organ dalamnya sudah diambil, tapi jantungnya masih ada."
"Jadi maksudnya, Kak?"
"Bisa dikatakan ada yang ingin mengambil organ Doyoung untuk dijadikan donor, entah ada yang buru-buru mencari donor karena udah gak ada yang bisa ngasi donor makanya nyari pendonor lewat ilegal, yaitu dengan cara membunuh seperti ini," jelas Jaehyun. "Organ yang diambil di sini adalah paru-paru dan ginjalnya."
"Tapi eksekusinya itu pasti makan banyak waktu, Kak, dan keburu ada yang lihat tindakannya," kata Yoshi.
"Tepat sekali," kata Jaehyun seraya mengangkat setengah badan Doyoung ke samping. "Ada memar lebar di bagian punggung, dan tulang punggungnya kaku seperti patah dalam."
Sedikit demi sedikit Yoshi mulai mengerti, dan sedikit-sedikit sebuah asumsi mulai terbentuk di kepalanya.
"Junghwan tebak, tubuh Kak Doyoung dieksekusi di tempat lain setelah itu mayatnya dibuang dari atas?"
Ibu jari Jaehyun teracung membentuk jempol pada Junghwan, membenarkan tebakan sepupunya.
"Gak ada sidik jari, Kak?" tanya Yoshi.
Jaehyun menggeleng. "Udah banyak yang nyentuh mayatnya jadi jejak jari pelakunya udah terlanjur pudar."
"Kak Jaehyun udah mutusin kasus apa yang dialami Kak Doyoung?" tanya Junghwan.
Jaehyun mengangguk sambil melepas sapu tangan karetnya, lalu berjalan ke meja kerjanya untuk mengambil notebook beserta pulpen.
Memberi tanda silang pada beberapa kasus yang sempat dia tulis sebelumnya.
- Kasus pembunuhan tidak disengaja ❌
- Kasus bunuh diri ❌
- Kasus pembunuhan berencana ❌
- Kasus penyerangan + pengambilan organ dalam secara ilegal ✔Lalu Jaehyun mulai menulis detail-detail penyerangannya dengan mengandalkan intuisi.
Yoshi keluar dari basement, kemudian mengeluarkan ponsel dari saku jaket untuk mengetik pesan pada seseorang.
Anda:
Gw udah tau apa yang bunuh Doyoung.***
Makasih banyak buat kalian semua, berkat doa-doa yang kalian panjatkan, keadaanku lebih baik sekarang 💕