CHAPTER 6

15.4K 4.3K 1.3K
                                    


Jihoon seketika jatuh lemas, tubuhnya bergetar dan matanya mulai memanas.

Tepat di bawahnya, tergeletak mayat Doyoung yang mengenaskan. Wajah sudah tak jelas karena penuh cakaran, seluruh badan penuh bercak darah yang telah mengering, perutnya terkoyak seperti diambil organ dalamnya.

Wajah Doyoung tak teridentifikasi, satu-satunya yang menjadi tanda bahwa itu mayat Doyoung adalah outfit-nya. Jihoon masih ingat, semalam Doyoung memakai baju itu sebelum pamit pergi.

Satu lagi, headband merah kesukaan Doyoung masih terpasang di kepalanya.

"Orang jahat mana yang lakuin ini ke Doyoung?" Jihoon berujar lirih.

Teman-temannya ikut murung melihat mayat Doyoung. Tak menyangka Doyoung akan meninggal dalam keadaan seperti itu.

Jaehyuk datang dan mengusap bahu Jihoon, menenangkan.

Tidak ada yang mengatakan "sabar, ya" atau "lo yang kuat, Hoon". Mereka semua tahu bukan itu yang diperlukan Jihoon saat ini.

"Polisi nemu ini." Yoshi menunjukkan ponsel yang telah dimasukkan ke plastik. "Ini hape Doyoung, kan?"

Jihoon mengangguk lemah.

Di depan sana tiga polisi melakukan investigasi, memasang police line di lokasi ditemukannya mayat Doyoung. Sementara Doyoung sendiri kini sudah dimasukkan ke kantong jenazah dan segera dibawa ke Rumah Sakit untuk diautopsi.

"Gue gagal jaga, Doyoung." Jihoon mengguman sedih dalam perjalanan menuju Rumah Sakit.

"Bukan salah lo, Hoon. Lo gak tau apa yang bakal terjadi, seandainya lo tau Doyoung bakal alamin kejadian kayak gitu lo pasti gak bakal biarin Doyoung pergi, kan?" kata Mashiho menenangkan.

"Gue harus bilang apa ke orang tuanya? Mereka pasti bakal marah dan kecewa banget sama gue...."

































"Drama yang bagus."




































"AKH!"

Haruto mengeluh kesakitan, seseorang tiba-tiba mencengkeram pundaknya dengan kuat lalu menghempas keras badannya ke tembok.

"Lo apa-apaan!" seru Haruto marah.

Pasalnya, ia diserang di dalam rumahnya sendiri.

"Jujur sama gue, lo yang ngajak Doyoung ketemuan, kan?"

Haruto berdecak, seluruh badannya terkunci oleh orang itu. Posisinya, kedua tangannya terikat ke belakang, dan sisi wajahnya menempel ke tembok.

"Lepasin woi! Sakit, anjing!" teriaknya, berusaha melepaskan diri.

"Jujur dulu sama gue!" tekan orang itu, semakin mengunci pergerakan Haruto. "Semalam lo keluar rumah karena mau ketemuan sama Doyoung, kan?"

"IYA GUE!" jawab Haruto pada akhirnya.

"Berarti lo yang bunuh Doyoung?"

Haruto memelotot marah, masih berusah melepaskan diri.

"Lo jangan sembarangan nuduh!"

Orang itu terkekeh sinis. "Polisi nemu jejak jari lo di leher Doyoung."

"I-itu, gue cuma nyekik doang buat ngasih pelajaran ke dia, tapi bukan gue yang bunuh dia sampe nyakar mukanya gitu!"

"Bukan lo juga yang makan organ dalamnya?"

"Gue emang half ghoul tapi bukan berarti gue makan teman sendiri!" Haruto berseru kesal. "Dan yang paling penting, sejauh ini gue belum pernah makan daging manusia!"

Mendengar penuturan tersebut, orang itu menghela lega. Dia lalu melepas cekalannya pada Haruto.

"Syukurlah, gue harap lo tetap begitu sampe dia nemu vaksin buat nyembuhin lo."

"Sampe kapan? Gue udah gak tahan hidup kayak gini, gue pengen balik normal."

Alih-alih menjawab pertanyaan Haruto, orang itu justru melangkah pergi.

"Tunggu!"

Haruto berlari menghampiri orang tersebut.

"Lo pasti tau sesuatu, kan?"

"Maksud lo?" Orang itu bertanya bingung.

Haruto terkekeh. "Lo hunter, gak mungkin gak tau sesuatu."

"Iya, ada tiga orang termasuk lo," kata orang itu.

"Lo tau dari mana?"

"Asahi," katanya. "Dia liat sendiri orang itu nyerang lo sampe gak sadarkan diri, terus orang itu bawa pergi Doyoung."






















***

Kedepannya setiap part Ghoul gak akan terlalu panjang. Maksimal 700 kata per chapter.

Edit:
Setelah kupikir-pikir gak jadi deh

Ghoul | TREASURETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang