Chapter 7 - Acting

19 4 1
                                    

Quenna

Siapa lelaki itu? Bagaimana dia bisa masuk kesini? Apa dia juga ingin mengambil cincin itu?

Tidak! Aku harus mendapatkannya lebih dulu. Aku yang berhasil masuk kesini dengan susah payah. Dia seenaknya mau mengambil cincin itu.

"Victorian Ruby Red Ring ada di laci nomor 157" Suara system canggih itu yang terdengar seperti suara asisten google.

Secepat mungkin aku berlari ke laci sebelah kiri dari ruangan ini. Namun sialnya laci ini banyak sekali dan semuanya saling berdekatan.

155, 156, 157… Gotcha!

Aku membuka laci itu tapi tidak terbuka. Terkunci! Aku merogoh saku celana dan mengambil sebuah kawat kecil. Kemudian melipat kawat itu menjadi dua sehingga terdapat lengkungan kecil diujungnya.

Saat aku akan memasukkan kawat itu ke lubang kunci, aku sedikit melirik lelaki itu. 

Dia masih di tempat yang sama dan hanya melihatku yang sedang sibuk membuka laci.

"Jangan harap aku akan membiarkanmu mengambil cincin ini." Celetukku yang fokus memutar slot yang ada di dalam lubang kunci.

"Tidak ada yang bisa menghalangiku, Nona. Aku selalu mendapatkan apa yang aku inginkan." Jawabnya.

Click. Terbuka! 

Aku segera mengambil kotak hitam itu dan memasukkannya ke dalam saku jasku. 

"Aku sudah mendapatkan cincinnya." Bisikku kepada Thomas melalui earphone. Saat ini aku berjalan cepat ke arah pintu keluar. Namun lelaki itu memblock jalanku. 

Dia menengadahkan tangannya bermaksud meminta cincin itu. Hah! Enak saja. 

Aku berjalan melewatinya dan memegang gagang pintu besi bersiap keluar. Tiba-tiba tangan lelaki itu menarik lenganku dan menjauhkan tanganku dari gagang pintu.

Dengan cepat aku menepis tangannya dan memutar badan untuk menghindar. Dia mencoba meraih lenganku lagi, kali ini aku memutar lenganku dan menyikut perutnya.  

Aku berhasil lepas! Tanpa membuang waktu aku membuka pintu dan segera berlari menjauh. Suara langkah kaki terdengar ikut berlari mengikutiku. 

Setelah turun tangga aku berbelok ke arah pintu keluar samping. Membuka pintu besi itu dengan keras dan menuju ke parkiran.

Bruk! Shit!

Tiba-tiba lelaki itu menubrukkan tubuhnya kepadaku dari belakang. Dia berusaha melepas jasku.

Kamu mulai membuatku kesal! 

Aku berputar dan menendang tulang keringnya lalu melemparkan tinju ke rahangnya. Tidak sampai disitu, aku pun mengambil pisau dari saku celanaku. 

"Kamu cukup gesit juga." Ujarnya. Dan dalam sekejap dia maju dan mencoba mengambil pisau dari tanganku.

Dia kira aku bodoh?

Tepat saat dia memajukan kaki kanannya, aku sedikit mundur untuk menjauhkan pisauku. Detik kemudian aku mencoba menggoreskan pisauku di kaki kanannya. Dia menghindar tepat sebelum pisau itu menyentuh kakinya. 

Dan tanpa sadar aku membuat celah, dia menendang perutku dengan sangat keras. 

Fuck you, dude!

Adrenalinku semakin memuncak. Aku membalasnya dengan gerakan cepat mengarahkan pisau ke kaki, lengan dan lehernya.

Set. Set. Set. Set.

Damn. Dia cukup lihai menghindari semua seranganku dan hanya tergores sedikit di lengannya.

Dia bergerak mendekat dan mencoba meraih jasku. Kali ini aku mengarahkan pisauku ke kakinya dan berhasil. 

The Beautiful Thief (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang