Chapter 8 - Secret room

15 2 0
                                    

Setelah sampai di rumah, Quenna segera menyimpan cincinnya di tempat rahasia yang berada di kamarnya.

Tempat rahasia itu ada di belakang dinding kamarnya. Untuk membukanya cukup menekan tombol yang ada di sebuah lampu yang menempel di dinding itu.

Click.

Dinding itu bergeser 90⁰ dan membuat jalan masuk untuknya. Di dalamnya hanya ruangan seperti brangkas dengan tingkat keamanan yang tinggi. Pemeriksaan retina, sidik jari, dan wajah yang hanya diatur untuk mengenali dirinya. Selain dirinya tidak ada yang bisa masuk.

Di dalamnya terdapat laci dari besi dengan ukuran beragam dan masing-masing memiliki kode unik untuk bisa membukanya.

Selagi dia mengurus penyimpanan barang-barang yang dia ambil, Thomas mendapat bagian mencari calon pembeli yang pas dengan target mereka.

Seseorang yang mampu membelinya dengan harga fantastis dan pastinya bukan orang dari kalangan biasa. Mungkin kolektor barang-barang tertentu atau pengusaha besar.

Lalu bagaimana jika ada yang melaporkan mereka telah mencuri barang?

Memang pernah ada beberapa calon pembeli yang melaporkan mereka. Tapi semuanya dapat mereka atasi dengan mudah. Karena para pihak berwenang tidak dapat menemukan buktinya.

Quenna dan Thomas sebisa mungkin tidak meninggalkan jejak dan berperilaku normal seperti orang biasa. Yah, karena mereka sudah terlatih dengan pekerjaan mereka.

Tok. Tok. Tok.

Terdengar suara seseorang mengetuk pintu kamarnya. Quenna segera menyimpan cincinnya dengan aman di sebuah laci dengan kode unik. Setelah itu dia keluar dari tempat rahasia itu.

"Ughh.. " Erangan keluar dari mulut Quenna. Tubuhnya terasa sakit-sakit karena dampak dari perkelahian tadi.

Dia berjalan sambil meregangkan tubuhnya lalu membuka pintu.

"Lama sekali kamu membuka pintu." Ujar Thomas dengan kesal.

"Ada apa? Kalau tidak penting, aku mau mandi lalu tidur sekarang. Tubuhku terasa remuk." Jawab Quenna dengan tidak sabar.

"Ck. Lemah! Aku gak merasakan apa-apa tuh." Ujar Thomas dengan santai.

"Yang lemah itu kamu harusnya. Ingat! Kamu tadi kalah bertarung dengan lelaki itu, dasar bodoh! Sudah aku bilang pergi saja, kamu malah turun. Untung saja aku cepat memindah cincinnya dari kotak ke saku celanaku. Kalau tidak, malam ini kita kembali dengan tangan kosong! "

"Okay. Aku memang tidak terlalu bisa berkelahi. Tapi kalau pun kita pergi waktu itu, dia akan mengikuti kita sampai rumah. Lalu dia bisa tahu rumah kita dan membawa teman-temannya, kalau sudah seperti itu bagaimana? "

Benar juga yang dia katakan. Pikir Quenna.

Tapi wanita itu tetap saja kesal. Dia bergerak ingin menutup pintu, namun Thomas mencegahnya.

"Kamu sudah menyimpannya dengan baik, kan?" Tanya Thomas.

"Ya. Ada lagi yang ingin kamu katakan?"

"Okay. Okay. Silahkan istirahat, Quenn."

Wanita itu tidak menjawab dan hanya memutar mata. Dia menutup pintu dengan keras tepat di depan wajah Thomas.

•••

Kriiinnggggg

Suara jam alarm berdering dengann kencang. Wanita yang masih terlelap di dalam selimut merasa terganggu dengan suaranya.

Tangannya meraba-raba meja di samping tempat tidurnya, dan menemukan jam alarm yang berdering itu.

Tanpa berpikir, dia melepar jam itu kedinding hingga hancur berkeping-keping. Suara deringan dari jam pun tidak terdengar lagi. Wanita itu kembali menarik selimutnya dan mencoba tidur kembali.

1 menit..

2 menit...

Hingga 20 menit berlalu...

Tiba-tiba wanita itu bangun dan terduduk di ranjang dan mencari jam alarmnya. Menoleh ke meja samping ranjang, tapi dia tidak melihat jam itu.

Saat pandangannya tertuju ke sisi sudut kamarnya, disana dia melihat jam alarm yang malang sudah hancur hingga tidak berbentuk.

"Fuck! Again?!" Teriak wanita itu.

Lalu dari arah luar kamar terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa mendekat ke kamarnya.

"Quenna! Kamu tidak ke kuliah?! Bangun!" Teriak Thomas dari luar kamar sambil menggedor-gedor pintu.

"Pukul berapa sekarang?" Tanyanya.

"8.20. Bukannya kamu punya jam alarm? Kenapa masih telat bangun?!" Kesal Thomas.

Mendengar itu, Quenna bergegas bangun dari tempat tidur dan pergi kemar mandi.

"Hey! Jawab aku! Jangan bilang kamu tidur lagi." Ujar Thomas.

"Shut the fuck up! Kamu semakin memperlambat waktuku bersiap-siap." Teriak Quenna di sela-sela kegiatan menyikat gigi. Hal itu membuat busa dari pasta gigi meloncat-loncat ria kesana dan kesini.

Setelah itu tidak terdengar lagi suara Thomas. Membuat Quenna bisa melanjutkan bersiap-siapnya lebih cepat.

Mengganti bajunya dengan tanktop hitam dan kemeja kebesaran lalu memakai celana jeansnya. Memilih sembarang sneakers yang dia lihat dan memakainya.

Menyambar ponsel dan tasnya lalu keluar dari kamarnya menuju ke lantai 1. Sambil berjalan dia mengambil parfum dari tasnya dan menyemprotkannya ke seluruh tubuh.

"Ewwh.. tidak mandi lagi?" Ujar Thomas saat berpapasan dengannya di ruang tamu. Di tangan lelaki itu terdapat sandwich yang mau dia makan.

Namun sebelum sampai di mulutnya, Quenna merebut sandwitch itu dan mengigitnya.

"Dasar! Aku do'akan kamu tersedak nanti." Teriak Thomas dengan kesal.

Tanpa peduli, Quenna lanjut berjalan dan menghilang di balik pintu.

The Beautiful Thief (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang