Sesampainya di Kampus, Quenna segera berlari ke Gedung tempat Mata Kuliah Sejarah akan dimulai.
Namun saat ini dia baru memasuki gerbang kampus yang berjarak 40 meter dari gedung itu. Quenna merutuki dalam hati siapapun yang merancang Kampus ini begitu luas dengan jalan setapak yang terlalu berputar-putar seperti ular tangga.
"Sialan!" Umpat Quenna di tengah acara berlarinya.
Dengan kecepatan penuh, Quenna berlari melewati 4 gedung yang berada di kanan dan kirinya.
Saat akan berbelok ke arah gedung yang dia tuju, tiba-tiba dia bertabrakan dengan seseorang.
Buuggh.
"Asshh.. Apa-apaan …." Quenna tidak melanjutkan ucapannya ketika matanya menangkap bercak darah di lengan seseorang yang dia tabrak tadi.
Bercak darah dari luka yang terbuka. Hal itu biasanya terjadi jika luka terkena tekanan yang cukup kuat sehingga membuat darah keluar lagi.
Kenapa aku seperti tidak asing dengan luka itu?
Seseorang itu mengulurkan tangannya untuk membantu Quenna berdiri dari posisinya yang masih terduduk.
Tanpa mengambil uluran tangan itu, dia segera berdiri dan menatap seseorang itu yang mana adalah seorang lelaki yang lebih tinggi darinya.
Dari cara dia berpakaian yang terlihat kasual, mungkin dia salah satu mahasiswa disini. Pikir Quenna.
"Eee.. Itu.. Lengan kamu berdarah." Ujar Quenna dengan hati-hati.
Entah kenapa dia merasa perlu berwaspada dengan lelaki itu.
Tersadar dengan tujuan awalnya, Quenna segera berlari dan meninggalkan lelaki itu.
Setelah berlari cukup jauh, Quenna menoleh kebelakang karena tiba-tiba dia merasa penasaran.
Tanpa dia duga hal mengejutkan terjadi. Lelaki itu masih berdiri ditempat semula dan menatap dirinya yang sedang berlari. Bukan itu saja, lelaki itu juga tersenyum.
Quenna seketika berbalik dan melanjutkan larinya. Jantungnya berdegup kencang. Namun bukan hanya karena saat ini dia sedang berlari, tapi karena dia merasakan bahwa senyuman lelaki itu bukan senyuman ramah.
Melainkan senyuman yang membuatmu merasakan gugup dan ingin menjauh seketika.
•••
Walau dia datang terlambat ke kelas, dirinya tetap bisa mengikuti kelas asalkan berhasil menjawab soal yang diberikan dosen.
Dalam waktu 5 menit, Quenna berhasil menjawab 20 soal yang memiliki tingkat kesulitan tinggi bagi mahasiswa lain.
Mau tidak mau, dosen pun menepati janji dan membiarkan Quenna mengikuti kelas.
Tidak terasa beberapa jam berlalu, kelas demi kelas wanita itu ikuti hingga waktunya untuk dirinya pulang dari kegiatan belajar yang cukup membosankan.
Yah, dia lebih menyukai kegiatan 'lainnya'.
"Quenn!" Teriak suara lelaki yang begitu memekakkan telinganya.
"Yang benar saja, Evan. Kamu ingin membuatku tuli, huh?!" Quenna memarahi Evan sambil menendang kakinya.
"Hey! Cukup. Oke aku minta maaf. Aku kesal karena tidak berada di kelas yang sama denganmu. Hari ini kamu harus menemaniku mencoba kafe baru." Ujar Evan dengan wajah penuh harap.
"Tidak! Aku ingin bertemu dengan ranjang empukku di rumah. Jadi, pergi sana!"
Quenna berjalan menjauh, namun belum sempat 5 langkah. Evan merangkul pundaknya dan menggiringnya ke mobil antik miliknya.
"Aku akan mentraktir minuman kesukaanmu." Bisik Evan lalu membukakan pintu mobil untuk Quenna.
"Dan makanan kesukaanku. Deal?" Quenna sedang mencoba menyelamatkan dompetnya untuk hari ini.
"Deal. Sudah masuk sana." Ujar Evan dengan tidak sabar.
Mendengar itu, Quenna menyunggingkan senyuman lebar yang memperlihatkan sepasang gigi kelincinya.
Tanpa mereka sadari, seorang lelaki mengamati percakapan mereka dari dalam mobil yang terparkir di belakang mobil Evan.
"Dia pergi ke kafe bersama seorang lelaki." Ujar lelaki itu kepada penelfon yang entah siapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Beautiful Thief (Slow Update)
RomanceQuenna Locke, seorang mahasiswa yang menempuh pendidikan Historical of Art di suatu universitas. Dia gadis yang pintar dan mandiri. Karena pesona kecantikannya, dia disukai banyak lelaki. Namun, dibalik kehidupannya yang normal dia memiliki rahasia...