Enam

399 46 2
                                    

Acara pemberkatan pernikahan Adrian dan Mia diadakan dengan sederhana di gereja. Tamu yang hadir pun tidak banyak, dan sebagian besar adalah penatua dan mereka yang terlibat dalam pelayanan gereja.

Setelah liturgi pemberkatan usai, Adrian dan Mia berdiri di dekat podium untuk menerima ucapan selamat dari para tamu. Harry, Leni, dan Kayla berdiri di sisi Mia, sementara orang tua Mia dan kedua adik laki-lakinya berdiri di sisi Adrian.

"Selamat ya, Adrian. Selamat, Mia."

Suara itu terasa pernah akrab di telinga Kayla, membuatnya langsung menoleh. Tak jauh darinya, sedang menyalami kedua mempelai adalah Vini.

Kayla tak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya. Apalgi setelah melihat tangan Vini menggandeng seorang anak perempuan berumur lima tahunan.

"Hai, Kayla." Vini tiba di hadapan Kayla. Tangan kanannya terulur mengajak bersalaman. "Apa kabar?"

Kayla memaksakan diri untuk membalas senyuman Vini yang terasa palsu di matanya. "Aku baik," jawab Kayla setengah menggumam. Dia berharap gadis dengan riasan tebal itu segera menyingkir dari hadapannya.

Namun, harapannya tak terkabul. Seperti disengaja, Vini justru menunduk ke arah bocah perempuan yang digandengnya sembari berucap, "Amel, kasih salam sama Tante Kayla. Tante Kayla ini teman Mami ... Dulu teman Papi juga."

Gadis kecil itu mengulurkan tangan.

Dengan enggan Kayla berjongkok. Kini dia bisa melihat wajah gadis kecil itu lebih jelas. Dan lagi-lagi hatinya mencelus melihat bocah itu sangat mirip dengan Jonas.

Kayla memaksakan diri menyunggingkan sebuah senyum. "Halo, Amel. Kamu cantik sekali. Sudah sekolah, ya?"

Gadis kecil itu mengangguk dengan wajah berseri-seri. Jelas sekali dia bangga ada seseorang yang memujinya cantik sekali. "Aku kelas TK," katanya dengan suara kecil menggemaskan.

Mulut Kayla membentuk huruf O, kemudian dia kembali berdiri.

"Kamu masih di Jakarta?" tanya Vini.

Kayla mengangguk sebagai jawaban.

"Nggak ada niat pulang kampung?" tanya Vini, kini dengan nada suara dan tatapan mata yang seolah-olah sedang menyelidik. "Nggak ada rencana kerja di hotel seperti Adrian?"

Mata Kayla mengerjap. Dia tahu kemana arah pertanyaan itu.

"Belum tahu," jawabnya pendek. Dia menoleh ke sebelah kanan, melihat beberapa orang sedang menyalami pengantin dan orang tua mereka. Kemudian dia mengalihkan tatapannya pada Amel. "Amel, di aula banyak makanan. Ada kue-kue manis. Ada banyak permen juga. Kamu suka makan kue, nggak?"

Bocah kecil itu mengangguk. "Aku suka makan kue."

"Ayo ajak Mami ke aula. Makan yang banyak, ya?" Kayla mendorong Amel dengan halus.

Amel menarik tangan sang ibu untuk mengikutinya. "Ayo, Mami! Aku mau makan kue!"

"Tapi Mami masih mau ngobrol sama Tante Kayla," tukas Vini.

"Tapi Amel mau makan kue ..." Bocah perempuan itu bersikeras, merengek dan menarik-narik tangan Vini.

Kayla melambaikan tangan sembari tersenyum lebar. Vini terpaksa mengikuti putrinya dengan wajah cemberut.

Ketika semua orang sedang berada di aula, Kayla memilih tinggal di dalam gereja. Ruangan itu sudah sepi, namun suara-suara dari aula masih bisa terdengar. Dia duduk di salah satu bangku sambil memainkan ponselnya.

UNFORGETTABLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang