Dua Puluh Tiga

1K 58 14
                                    

Kayla dan Alden sedang menikmati makan siang yang terlambat di Restoran Safir ketika salah satu staff bagian banquet mencarinya.

"Maaf, Bu." Gadis itu sedikit membungkuk. "Ada sesuatu di Convention Hall. Saya nggak bisa menemukan Pak Adrian atau Pak Jonas, jadi terpaksa saya mencari Ibu."

Kayla mengangguk. "Sebentar saya ke sana."

Gadis itu berlalu.

Kayla menggeser piringnya yang kosong, lalu berdiri dari kursinya. "Aku ke Convention Hall dulu, ya."

"Sebentar nanti aku nyusul ke sana," kata Alden.

Kayla bergegas berjalan ke gedung pertemuan. Gadis itu mengingat-ingat apakah ada acara pernikahan atau ulang tahun di sana. Tapi dia tidak mengingat satu pun.

Ketika masuk ke gedung dari pintu depan yang terbuka lebar, Kayla melihat seorang gadis mengenakan gaun pengantin berdiri di tengah ruangan. Gadis itu membelakangi dirinya, menatap ke arah pelaminan. Melihatnya, Kayla ingat akan ada acara pesta pernikahan nanti malam. Jonas yang memberitahunya tadi pagi, sebelum dia berangkat untuk bertemu salah satu supplier.

Dari belakang pun Kayla bisa merasakan ketegangan yang sedang menyelimuti ruangan. Hanya ada Kayla, si gadis-entah-siapa, dua orang staff yang mengurus banquet dan dua petugas keamanan di sana.

Kayla berbisik pada salah satu staff di dekatnya, "Apa dia pengantin malam ini?"

Staff itu menggeleng dan berbisik pula, "Bukan, Bu."

"Jadi, dia siapa?"

Staff itu menggeleng lagi.

Kayla berjalan pelan-pelan mendekati si gadis. Setelah dekat, dia bisa melihat raut wajah gadis itu. Wajahnya tirus dengan mata besar, hidung lancip, dan bibir tipis. Kayla bisa melihat gadis itu sebetulnya cantik, tapi sepertinya dia sedang tidak sehat. Wajahnya pucat pasi, dan bibirnya terlihat pecah-pecah, seperti dehidrasi.

"Mbak?" Dengan hati-hati Kayla menyentuh bahu gadis itu.

Gadis itu tak menjawab. Matanya menatap kosong pada pelaminan.

Sekali lagi Kayla menyentuh bahu si gadis. "Mbak? Ada yang bisa saya bantu?"

Gadis itu berpaling, menatap nanar pada Kayla. "Kamu siapa?" tanyanya dengan nada kasar.

Kayla tersenyum. "Kami karyawan di sini, Mbak."

"Karyawan? Bohong!" Gadis itu melangkah mundur. Tangannya menunjuk Kayla. "Kamu bohong! Kamu pasti Ivon! Kamu yang merebut tunangan saya!"

Semua orang yang ada di sana menahan napas karena tegang.

"Bukan, Mbak. Saya bukan Ivon." Kayla berkata dengan lembut.

"Bohong!" Gadis itu berteriak. "Kalian semua bohong!"

Dengan cepat gadis itu berbalik, meraih salah satu vas bunga yang terbuat dari kaca dan melemparnya kuat-kuat ke arah Kayla.

Prang!

Kayla berhasil menyingkir hingga vas kaca itu tidak mengenainya. Tapi melihat lemparannya gagal, gadis itu bertambah kalap. Tangannya mulai meraih apa saja yang bisa diraihnya dan melemparnya ke arah Kayla.

Semua orang menjerit.

Alden baru saja menyelesaikan makan siangnya dan sedang berjalan santai menuju Convention Hall ketika mendengar bunyi barang-barang pecah dan jeritan orang-orang. Dia segera berlari dan masuk ke dalam gedung.

UNFORGETTABLE THINGSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang