"Nong Aim." Aku berjalan menuju perawat yang berdiri sambil mengukur penglihatan pasien yang matanya terluka oleh pecahan batu. "Bisakah kau menguji mataku sedikit?"
Nong Aim menoleh ke arahku dengan tatapan kesal karena pasien sedang membaca angka dari atas ke bawah. "Apakah ada yang salah, Dr. Tihn?"
"Aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang, Nong Aim. Ke mana pun aku melihat ... aku hanya melihat warna pink."
Nong Aim menatapku dengan tatapan jijik. "Aim tahu apa yang salah. Kamu gila kha. Silakan pergi, dokter, saya ada pekerjaan yang harus dilakukan."
Aku tertawa. "Ketika Nong Aim punya pacar baru, apa kamu tidak melihat apa yang aku lihat?"
"Aku tidak melihatnya. Pacar Aim seharusnya melihatnya. Tapi yang dilihatnya adalah merah, bukan pink karena matanya ditinju." Aim cantik tetapi kejam seperti biasanya dan tidak pernah berubah. Ia mengalihkan penutup mata ke mata lainnya sehingga pasien dapat membaca angka dengan mata lainnya.
"Uyy, oke aku pergi. Aku takut melihat warna merah." Aku mundur menjauh dari Nong Aim dan pergi, menyenandungkan lagu saat mengunjungi pasien yang sedang berbaring menunggu pemeriksaan sinar-X. Saat ini aku seperti telah mengkonsumsi *yaba. Aku terpesona sepanjang waktu sampai-sampai sering disebut gila. Bahkan ketika pasien menumpahkan darah ke seluruh tubuhku, aku tidak merasa ngeri sama sekali. Aku ingat bahwa kejadian seperti ini akan terjadi tetapi aku lupa melindungi diri sendiri. Di loop terakhir, aku mengingatnya sebagai mimpi dan bukan kenyataan yang kutemui sebelumnya, membuat gambaran di kepalaku menjadi kabur, atau lebih buruk, aku tidak dapat mengingat detailnya. Aku samar-samar ingat bahwa aku akan menguping argumen Sing dan Gap di ruang ganti. Adapun penyebab pertengkaran tersebut, aku tidak yakin apakah ini tentang Nong Pin atau yang lainnya. Nanti aku akan menyelinap masuk dan menguping lagi.
(* yaba = pil gila, obat perangsang yang membuat orang memiliki energi berlebih, juga digunakan untuk menggantikan ekstasi)--catatan translator bahasa inggris
Setelah IGD mulai sepi, sekarang saatnya aku makan malam. Pastinya sebelum makan, aku harus tanya pacarku dulu apakah dia sudah makan atau belum. Aku mengangkat teleponku dan menelepon Tol sambil berjalan ke ruang istirahat untuk memasak mie Mama.
"Halo." Tol menjawab panggilan itu. Aku tersenyum lebar. Biasanya Tol akan menjawab panggilanku dengan satu kata 'krub' saja.
"Apakah kamu sudah makan?" Aku bertanya.
"Sudah. Dan Phi?"
"Belum. Baru selesai merawat pasien." Aku melihat ke jam yang menunjukkan bahwa sekarang sudah lewat jam 9 malam.
"Sekarang sudah jam 9 malam na." Tol menaikkan suaranya sedikit. "Apa yang ingin kamu makan? Nanti aku akan membawakannya untukmu."
"Hei, tidak perlu. Aku akan memasak Mama saja, cepat dan enak." Aku tertawa. "Kamu ada di kamarku kan?"
"Iya." Tol menjawab. "Kucingmu menakutkan."
"Sibra sangat imut. Sebaiknya kalian berkenalan, karena kalian mungkin akan sering bertemu. Dia tidak menggigit, kamu santai saja." Aku berjalan menuju pintu kamar residen, mengulurkan tangan untuk memegang kenop pintu dan membukanya untuk masuk ke kamar.
"Oke. Phi, tentang Heart mantan pacar Mai, aku menemukan Facebook-nya. Jangan lupa kita harus membahas tentang ini."
"Baiklah. Tunggu phi kembali dulu. Tapi akan benar-benar larut. Nong bisa tidur dulu. Besok kita bicara pelan-pelan."
"Kalau begitu aku akan tidur di ranjang Phi na."
Aku mencengkeram ponselku dengan bahu sambil membungkuk untuk mengambil satu cup Mama dari lemari. "Tidurlah, Nong."
KAMU SEDANG MEMBACA
TRIAGE (Terjemahan Indonesia) - [END]
FantasyTriage adalah tindakan mengklasifikasikan pasien menurut tingkat prioritas (kegawatannya). Dr. Tihn mendapat kesempatan untuk menyelamatkan nyawa seorang mahasiswa (Tol) berkali-kali. Akankah Tol dapat diselamatkan pada akhirnya? ...