Chapter 29 : Loop 11

1.5K 141 38
                                    

"Tadi malam aku bertanya kepada temanku anak teknik melalui LINE, dia baru saja menjawab pagi ini. Heart adalah mantan mahasiswa teknik. Dia berkencan dengan Mai sejak dia di tahun keempat. Sekarang dia seorang insinyur di perusahaan ayahnya." Tol menjelaskan dengan ekspresi serius saat aku mengantarnya ke gedung akademik. “Dia pasti sangat kaya. Dan dia sepertinya memiliki seorang paman yang memiliki posisi tinggi di kepolisian. Fakultas itu memiliki geng anak teknik dan sebagian dari fakultas kedokteran, dan ada fakultas lain yang juga menjadi anggota."

"Bajingan itu. Kenapa dia tidak bisa berhenti terlibat dengan para siswa?" Setelah selesai mengatakan itu, aku meminum es kopi di tanganku dengan murung.

"Bulan lalu Mai putus dengan Heart karena dia selingkuh. Tapi dia menolak untuk melepaskan Mai. Dia mungkin kehilangan muka karena menjadi orang yang dicampakkan. Jadi dia terus mengikuti Mai dan semua orang yang terlibat dengan Mai. Mai mencoba untuk menemukan seseorang yang dapat membantu melindunginya. Dia diam-diam mengobrol dengan banyak pria, tetapi masih belum menemukan orang yang tepat. Dia mengatakan bahwa orang-orang mendekatinya karena penampilannya. Tidak ada orang yang memandangnya seperti yang dia inginkan." Tol mendesah. "Itulah alasan kenapa aku ingin membantunya. Aku kasihan pada temanku. Sebenarnya Mai adalah gadis yang baik na Phi. Tapi dia kurang beruntung mendapatkan Heart."

"Um, lalu apa yang harus kita lakukan?" Aku melihat ke lantai dasar bangunan yang sekarang sunyi. Momen ini seharusnya menjadi saat Tol meminta Mai menjadi pacarnya. Tetapi itu tidak akan terjadi lagi dalam loop ini.

"Sesungguhnya..." Tol menoleh untuk melihatku. "Kita memiliki keuntungan. Kita sudah tahu siapa dia."

"Ya. Phi akan berusaha mencari bantuan untuk Mai. Yang terpikir olehku saat ini adalah mencari pacar untuk Mai. Pacar itu juga harus punya kekuatan." Aku coba berpikir mungkin ada teman yang masih lajang dan punya hubungan dengan polisi.

"Um ..." Tol membuat wajah seolah dia punya pemikiran. "Phi, tunggu." Kemudian Tol berjalan sangat cepat ke kanan. Aku mengikutinya dengan curiga. Hal berikutnya yang kulihat adalah Tol berjalan lurus ke arah seorang bocah berkulit putih yang sedang duduk dan belajar di sana. Tol berjalan mendekat dan mengambil sekantong permen yang dipegang Art lalu berjalan kembali ke arahku, mengunyah permen dengan nikmat.

Aku tertawa terbahak-bahak. "Kali ini kamu berpura-pura merebut permen temanmu, Nong?"

"Terakhir kali aku membuangnya, Phi mengatakan itu tidak mulus." Tol mengambil permen dan memasukkannya ke dalam mulutnya dan menawarkannya padaku. "Kamu mau?"

Aku mengambil sepotong kacang yang dilapisi tepung dan mengunyahnya. Untuk pertama kalinya, aku bisa makan makanan manis yang membuat Nong Art tersedak di banyak loop. "Makan pelan-pelan na. Nanti tersangkut di tenggorokanmu seperti Ai'Art."

"Tidak apa-apa." Tol tertawa. "Apa yang harus kita makan untuk makan siang? Khao man gai?"

"Itu bagus juga. Lalu kamu sudah mendengarkan lagu khao man gai belum?"

Tol menatapku dari sudut matanya. "Aku sudah mendengarkannya. Sangat tua, cocok untuk orang tua."

Di sana, Tol mulai menggodaku. Aku merangkul bahu Tol dan tertawa riang. "Jangan beri contoh apapun na." (T/N : maksudnya mengatakan siapa orang yang sudah tua itu)
 
------------------------------------------------------------------
 
"Kapan kamu mengubah selera?!" Suara teriakan Fakfaeng berasal dari pintu ruang istirahat residen yang belum dibuka. "Ai'Tihn! Jawab aku!"

Aku menoleh ke arah dokter wanita itu. Fakfaeng masuk ke ruang istirahat residen dengan agresif. "Apa yang sedang kamu bicarakan?" Aku pura-pura bertanya meski aku tahu apa yang dibicarakan Fakfaeng.

"Kamu!" Fakfaeng menyeret kursi kantor lainnya dan duduk di sampingku. "Rumor yang mereka bicarakan, apakah itu benar?"

TRIAGE (Terjemahan Indonesia) - [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang