8. Tentang Brigenzz: Cikal Bakal Luka
♠♠♠
Ragistra yang sejak tahun 2019 berganti nama jadi Brigenzz atau Brigadir Generasi Z disepakati sebagai nama komunitas resmi, tetapi ilegal di SMA Dharma pada tahun 1995.
Di tahun 1995 sampai 1998, anggota komunitas hanyalah bagi mereka yang mau bergabung tanpa paksaan sedikit pun. Namun, karena banyak peminat di tahun setelahnya, ketua di angkatan itu mengusulkan bahwa seluruh murid SMA Dharma ialah anggota Ragistra alias Brigenzz. Usulan tersebut disepakati, mendapat sambutan baik, dan berlaku hingga kini.
"Sialan. Fire mana?" tanya Alden, mengingat ia kini duduk di lesehan angkringan langganan Brigenzz karena permintaan dari sang ketua umum. "Tau gini gak dateng gue, Anjir."
Sistem kepemimpinan Brigenzz. Dimulai semenjak awal tahun 2000-an, pemimpin yang dulunya hanya satu orang dibantu sang wakil berganti menjadi adanya ketua utas, ketua aud, dan ketua agit atau ketua umum beserta wakil.
Agar lebih terorganisir, alasannya. Untuk pemilihan ketua utas serta aud, ketua dan wakil agit-lah yang berperan mencari potensi si anggota—memungkinkankah untuk bisa berada di garda terdepan saat tawuran.
"Sabar kali ah, masih jam segini juga," ujar Langit, lelaki yang gemar mengenakan headband merah di dahi. "Jangan kabur, mau bahas ketua utas."
Sekadar informasi, utas ialah sebutan untuk anggota kelas sepuluh, anggota kelas sebelas dijuluki aud, dan agit bagi yang duduk di tahun terakhir masa putih abu-abu. Julukan tersebut didapat dari kata satu, dua, dan tiga yang dibalik.
Alden mendecak kesal. "Itu 'kan tanggung jawab lo sama Fire. Gue gak ikutan," katanya.
"Ya mana gue tau, Anjing. Tanya ke si Bara."
"Lagian lo napa buru-buru dah, tumbenan."
Tak memberi jawaban, Alden menyeruput minuman hangat, mengeraskan rahang karena merasakan nyeri begitu sangat di perut. Berusaha berekspresi biasa saja, dia mengetukkan jemari di meja sembari melepas jaket khaki bertuliskan Invictus.
Setiap angkatan di komunitas Brigenzz memiliki nama dan warna sendiri. Contohnya angkatan dua lima—kini kelas sebelas—bernama Invictus dan warna khasnya yaitu khaki.
"Wihhh, cantik banget, Bro."
"Anjay, si cantik ngelirik gue. Aduh, mau meninggoy rasanya!" seru Nevan, lebay.
"Duduk di deket kita, Oy! Alhamdulillah, bisa cuci mata malem-malem!"
Mata Alden yang tadinya terpejam mulai membuka, tertarik mengikuti arah pandang tiga belas temannya.
Tatkala gadis yang dimaksud duduk tidak tenang di tempat, ia mengulas senyuman kecil. Gadis yang mengenakan setelan oversized itu cantik memang, dia tak kuasa mengingkari.
"Anak Dalasnaga dia. Cantiknya gak ngotak, Anjing!"
"Modelan gitu pasti utas-nya Dalasnaga."
"Pepet, lah, Anjir. Cakep gitu masa dianggurin?"
"Dateng sama cowok. Posthink, kakaknya!"
Alden menggeleng mendengar seruan dari para teman. Dia tidak ikut mengomentari, biarkan mata yang berbicara.
"Kalau cakepnya unreal gitu mana mau sama gue?" tanya Nevan. Menyenggol lengan Langit, dia berujar, "Lo aja gih deketin, lumayan buat bawa ke markas. Cuci mata kita!"Langit mendecak keras. Ini teman-temannya yang kurang pengetahuan atau apa? "Sembarangan! Incerannya si Fire itu!"
Cyan berarti? Satu alis Alden menukik tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLLOW
Teen Fiction"Ada Cia, Al. Perhatiin dia." "Abis merhatiin lo, gue perhatiin dia. Janji." ♠♠♠ Persoalan sederhana yang harusnya menjadi kisah manis khas remaja malah berujung rumit, sebab; Adelicia Abraham berusaha keras mendapat cinta dari Alden. Alden Nare...