Jeno menghela nafas berat, melihat kelakuan saudaranya itu. Jaemin mengenakan kaos putih oversize and juga celana super pendek yang membuat pahanya terekspos jelas. Sekarang Jaemin juga duduk dengan cara yang membuat pahanya semakin tersingkap, entah Jeno yang sensitif atau Jaemin yang memang sengaja menggodanya.
Jeno menggelengkan kepalanya, mencoba fokus ke hal lain. Tapi matanya sama sekali tidak mau diajak berkerja sama untuk berhenti menatap Jaemin. Karena demi tuhan, Jeno sudah sering berfantasi dengan Jaemin, melihat Jaemin yang memakai pakaian seperti itu justru membuat adiknya itu semakin terlihat seksi.
Jeno berdehem pelan, lalu mencoba fokus pada bacaannya. Sepertinya Jaemin menyadarinya, lelaki itu melirik ke arah Jeno lalu terkekeh.
“Apa yang kau tertawakan?” tanya Jeno yang merasa sedikit tersinggung.
“Kau.” kata Jaemin sambil menunjuk Jeno dengan sendok yang dia gunakan untuk memakan Nuttela lalu Jaemin menjilati sendok itu.
“Lihatlah, kau memperhatikanku seperti orang mesum.” cibir Jaemin.
Jeno merotasikan bola matanya, “Jadi kau sengaja huh?”
“apa?”
“Berpakaian seperti itu.”
”Tidak, aku memang selalu memakai pakian seperti ini di rumah. Ada apa denganmu?” sangkal Jaemin, tapi sebenernya didalam hatinya dia menertawakan kebodohan Jeno.
Jaemin berdiri, ingin pergi ke dapur, tapi Jeno menarik tangannya sehingga Jaemin jatuh dalam pangkuan Jeno. Sang kakak merengkuh pinggang Jaemin, melingkarkan satu tangannya di pinggang Jaemin, sedangkan tangan lainya dia gunakan untuk menahan dagu Jaemin agar menatapnya.
“Ternyata kau memang sengaja huh?”
Jaemin memberanikan dirinya menatap Jeno, “Kenapa, kau takut huh? Kau sudah sering membayangkanku bukan? Cih, aku bahkan mendengarmu mendesahkan namaku.”
Jeno terkekeh dia memajukan wajahnya, membuat jarak antara wajahnya dengan wajah Jaemin. “Bagus jika kita sudah tahu satu sama lain, aku juga tahu kalau selama ini kau selalu melakukannya sambil mendengarkan desahanku, bukan begitu Jaemin?” kata Jeno setengah berbisik, lalu meremas pantat Jaemin.
Jaemin mendesis, dia menatap Jeno tajam, “Kita lihat, siapa yang akan kalah lebih dulu, kau atau aku.” kata Jaemin, dia menunjukkan hidung mancung Jeno.
Jaemin mendorong tubuh Jeno, lalu dia berdiri dan menjauh dari Jeno menuju kamarnya. Hawa diantara dirinya dan Jeno membuatnya sesak, pipinya memanas dan juga jantungnya berpacu dengan cepat.
//
Ini sudah botol air mineral kelima yang Jaemin teguk, tapi rasa panas yang ada di leher dan pipinya masih belum reda. Nafasnya naik turun ketika kembali membayangkan apa yang terjadi antara dirinya dan Jeno tadi.
Jaemin menarik nafasnya, mencoba tenang. “Ck, kau payah sekali Na Jaemin, jika hanya seperti ini kau sudah kepayahan bagaimana nanti. Kau harus kuat, jangan sampai kalah dari si sipit sialan itu.”
Jaemin harus menyiapkan strategi agar tidak kalah dalam perang ini, mungkin berlebihan tapi serius, dimana harga dirinya jika nanti dia yang kalah.
Jaemin menjelajah internet, tiba tiba saja video seseorang yang menggunakan seragam maid terputar di ponsel Jaemin, melihat komentar disana, Jaemin jadi berpikir haruskah dia membeli seragam maid itu?
Jaemin segera mencarinya di aplikasi belanja online, ternyata tidak begitu mahal. Haruskah Jaemin membelinya? Ah, tidak ada salahnya mencoba kan? Jaemin segera membeli satu setel pakaian itu, kini dia punya satu senjata apik.
Disisi lain Jeno masih asik membaca buku, tapi dia terkekeh sesekali mengingat apa yang Jaemin katakan padanya. Bukankah itu sangat konyol? Kenapa juga Jaemin menggodanya seperti itu. Padahal selama ini Jeno membayangkan Jaemin secara tidak sengaja, dan Jaemin juga membayangkan dirinya di mimpi basah pertama anak itu, bukankah itu cukup adil?
Tapi sepertinya bermain dengan kelinci nakal seperti Jaemin akan menjadi permainan yang menarik. Haruskan Jeno juga menyiapkan cara untuk menggoda Jaemin? Ah, dia tidak perlu bersusah payah untuk itu, suatu saat nanti Jaemin yang akan bertekuk lutut di hadapannya, Jeno tidak sabar menunggu waktu itu tiba.
“Ini gila, tapi sepertinya aku semakin terobsesi padamu, Jaemin.” Jeno terkekeh pelan, dia menerawang ke langit langit ruang keluarga.
“Apakah ibu tahu kalau putranya ini sangat nakal?” tanya Jeno pada foto ibu Jaemin yang terpajang di dinding ruang keluarga itu.
Jeno tidak membenci ibu Jaemin, wanita itu tidak pernah pilih kasih antara dirinya atau Jaemin, tapi jika Jeno tertarik pada Jaemin, haruskan Jeno meminta maaf jika nanti dia melakukan hal lebih pada Jaemin.
“ibu, jika terjadi sesuatu antara aku dan Jaemin, percayalah Jaemin yang memulainya duluan.” kata Jeno lagi, lalu terkekeh seperti orang gila.
//Jaemin menatap Jeno yang sedang makan dengan tenang di hadapannya, Jaemin menggunakan pakaian yang biasa saja, menurutnya, tidak tahu menurut Jeno. Ketika makan malam sudah selesai. Jaemin langsung membereskan peralatan makan yang dia gunakan, membawanya ke westafel dan mencucinya.
Jeno dengan usil berdiri di belakangnya, melingkarkan tangannya di pinggang Jaemin, menggesekkan miliknya pada pantat Jaemin dan juga menghembuskan nafasnya di leher Jaemin.
Jaemin menggenggam gelas yang sedang dia cuci dengan erat, mengigit bibir bawahnya, “Yak, Lee Jeno, lepaskan bodoh!”
“Kau takut hm?”
Jaemin menyikut perut Jeno, membuat Jeno mundur ke belakang sambil memegangi perutnya yang nyeri akibat ulah Jaemin.
“Aku sedang mencuci sialan, bisakah kau diam saja jika tidak mau membantu?” kata Jaemin kesal, jika ada yang pecah, tamat riyawatnya, apa yang akan dia katakan pada ibunya. Bahkan ibunya lebih sayang pada peralatan makan dari pada dirinya
Jeno terkekeh, “Baiklah lanjutkan kegiatanmu, setelah ini kita bermain, okay Jaemin?”
Jaemin mengangkat gelas tinggi tinggi, mengancam akan melemparkan gelas itu ke kepala Jeno jika lelaki itu terus saja berisik, “Jika kau berisik lagi, gelas ini akan mendarat di kepalamu!”
Jeno terkekeh, dia sama sekali tidak takut dengan ancaman Jaemin, dia maju kedepan, lalu mengkungkung Jaemin di tepi westafel, Jaemin memundurkan tubuhnya.
Jeno mengecup bibir Jaemin singkat, Jaemin membulatkan matanya, sialan, Jeno mencuri ciuman dari bibirnya. Si pencuri hanya terkekeh, lalu mengusak gemas surai Jaemin.
“Kau sangat manis.”
Jeno terkekeh, lalu kabur ke kamarnya sebelum Jaemin mengamuk.
Jaemin membulatkan mulutnya kesal, “Arghh, Lee Jeno sialan!”
Tunggu saja sampai seragam maid Jaemin datang, akan dia balas semua perlakuan Jeno padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
brother | nomin [END]
Fanfictionkalau boleh memilih, Jaemin tidak ingin bertemu Jeno seumur hidupnya. saudaranya yang paling menyebalkan itu selalu saja memiliki cara untuk mengganggunya. termasuk menggaggu malam malam tenangnya. "Lee Jeno! Biarkan aku tidur dengan tenang satu mal...