3

40.2K 4.7K 1.4K
                                    

Jaemin merengut tidak suka ketika mendengar ayah dan ibunya akan pergi untuk beberapa minggu, yang artinya hanya ada dia dan juga Jeno di rumah. Itu menyebalkan, Jaemin tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya beberapa minggu kedepan. Pasti Jeno akan memperlakukannya seenaknya.

Jaemin menghela nafas kesal, menggerutu tidak mau tinggal berdua dengan Jeno, dan ingin ikut pergi saja bersama ayah dan ibunya. Jeno merotasikan matanya, melihat sikap Jaemin yang kekanakan seperti ini, tapi anak itu selalu saja tak mau menganggap Jeno sebagai kakaknya.

“Yak, Jaemin, tenang saja, kita bisa melakukan banyak hal selagi ayah dan ibu tidak di rumah.” kata Jeno.

Jaemin mendelik awas ke Jeno, ”Melakukan apa?” tanya Jaemin.

“Bercinta, mungkin?”

Setelahnya batal sofa mendarat dengan sempurna di kepala Lee Jeno, bisa bisanya Jeno mengatakan hal itu padahal ayah dan ibu ada di dapur tak jauh dari mereka. Jeno terkekeh melihat wajah kesal Jaemin, pasti saudaranya itu sangat kesal.

“Sepertinya kau harus membeli otak baru, kau benar benar mesum!” desis Jaemin.

“Benarkah, tapi kau tahu, selain mesum aku juga tampan.”

Jaemin merotasikan matanya, “tampan pantatmu.” Jaemin mencibir Jeno, tidak ada tampan tampannya sama sekali, hng hanya sedikit tapi itu jelas lebih tampan Jaemin.

Jaemin memutuskan untuk meninggalkan Jeno di ruang keluarga, bisa gila dia lama lama berdekatan dengan Jeno. Lelaki itu selalu punya banyak cara untuk menaikan tensi darahnya dan membuat dirinya emosi.

//


Jaemin menatap sendu pada ayah dan ibunya yang melambaikan tangan karena mereka akan segera terbang beberapa saat lagi. Jaemin mengerucutkan bibirnya sambil melambaikan tangannya dan berkata meminta oleh oleh yang banyak. Ketika orang tua mereka sudah tidak terlihat bahu Jaemin menyusut kehilangan semangatnya, wajar saja dia sangat menyayanginya ayah dan ibunya itu.

Jeno menghela nafas, jengah melihat Jaemin yang over dramatis, padahal ayah dan ibu hanya pergi beberapa minggu saja. “Jaemin, ayo pulang.”

Jaemin hanya mengangguk dan berjalan sambil menunduk, tidak memperhatikan jalannya padahal airport sedang sangat ramai, hampir saja Jaemin tertubruk oleh tumpukan barang jika Jeno tidak menarik tudung Hoodie Jaemin.

Jaemin menubruk dada Jeno, “Yak kenapa kau menarikku?!” kata Jaemin tidak terima, dia meraih tudung hoodienya memastikan hoodie kesayangannya itu tidak sobek, karena sepertinya Jeno menariknya dengan kencang.

“Kau hampir tertabrak, bodoh. Lihatlah jalan saat kau berjalan.”

Jaemin hanya mencibir dan berjalan didepan Jeno, lalu Jeno menyusul dan mengalungkan tangannya di leher Jaemin.

“Ayo makan ramen.” ajak Jeno.

“Kau menyogokku hanya dengan ramen?” tanya Jaemin

Jeno menatap Jaemin, lalu melepaskannya rangkulannya, dan menaikkan bahunya, “Kau tidak mau? Ya sudah.”

“Yak, siapa bilang tidak mau? Kau bercanda, haha.” Jaemin tersenyum sumbang, dia suka ramen hanya saja tak mau dianggap gampangan oleh Jeno.

J

eno menyetir mobil dengan satu tangannya, sedangkan tangan yang lain dia gunakan untuk mengetuk ngetuk dashboard mobil seirama dengan musik yang sedang Jaemin putar.

brother | nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang