Jaemin mengelap air matanya kasar, dia berjalan cepat menuju taman yang ada di sekolahnya, taman itu biasanya cukup sepi sehingga dia bisa menangis dengan leluasanya. Tenggorokannya sangat sakit karena Jeno tadi benar-benar mendorong kejantanannya hingga masuk ke dalam tenggorokannya, Jaemin bahkan hampir pingsan tapi Jeno tetap seperti orang kesetanan ketika menggerakkan pinggulnya untuk melecehkan mulut Jaemin.
Jaemin meludah ketika merasakan di dalam mulutnya masih tersisa sperma Jeno. “Sialan!” Jaemin mengusap bibirnya kasar, air matanya kembali menetes.
“Jaemin!” itu suara Jeno, dia mengejar Jaemin.
Jaemin bangkit dan segera pergi, tetapi Jeno telah berhasil meraih tangannya dan menariknya ke dalam pelukan lelaki itu.
“Maafkan aku, aku benar-benar minta maaf.”
“Lepaskan! Memangnya aku jalangmu yang bisa kau gunakan sesukamu?” tanya Jaemin dengan nada tangisnya.
“Tidak, jangan berkata seperti itu, aku yang salah, aku minta maaf.” Jeno mendekap Jaemin erat, tak membiarkan Jaemin lepas dari pelukannya.
Jaemin memukul badan Jeno dengan brutal, Jaemin sangat kesal! “Aku sudah bilang jangan melesakkannya terlalu dalam! Kau membuat tenggorokanku sakit! Hiks.. hiks..”
Jeno mengangguk, dia mengusap punggung Jaemin dengan lembut. ”Maafkah aku, aku terlalu kasar tadi, duduk lah aku telah membelikanmu air minum. Sekarang minumlah..”
Jaemin meneguk botol yang diberikan Jeno, dia meneguknya hingga habis lalu meremas botol itu hingga remuk untuk mengekspresikan rasa kesalnya pada Jeno. Kakak tirinya itu seperti iblis ketika sedang melakukan hal seperti itu.
Tadi Jeno membawa Jaemin ke toilet, lalu meminta Jaemin memberikan blowjob untuknya, awalnya si manis hanya ingin mempermainkan saudaranya itu, namun Jeno bermain sangat kasar hingga tenggorokannya sangat sakit. Jaemin benci itu, sial rasa sperma Jeno masih terasa jelas di mulutnya.
“Nana, aku benar-benar minta maaf..” Jeno sangat menyesal, dia menggenggam tangan Jaemin.
Jaemin mengalihkan pandangannya tak mau menatap Jeno yang menyebalkan, dia juga menarik tangannya dari genggaman Jeno. Sang dominan menghela nafas, ini memang salahnya.
“Maafkan aku Nana, katakan kau mau apa? Apapun akan ku turuti asal kau jangan marah padaku lagi.” Bujuk Jeno.
Tampaknya hal itu mampu membuat Jaemin sedikit mempertimbangkan bujukan Jeno. “Apapun?” tanya Jaemin.
Jeno tersenyum merekah, lalu mengangguk melihat ada kesempatan besar untuk Jaemin memaafkannya. Akhirnya Jaemin mengangguk dan meminta Jeno untuk mengikutinya.
//
Seharusnya Jeno sudah bisa menebak bahwa Jaemin tidak pernah berbaik hati padanya, lihat saja sekarang lelaki dengan wajah yang manis itu sedang memakan es krim didepan Jeno dengan bermacam-macam rasa yang bahkan Jeno sendiri ragu Jaemin bisa menghabiskan semua es krim tersebut. melirik ke sebelah si manis, tumpukan paperbag belanjaan Jaemin memenuhi bangku disamping Jaemin.
Jeno menghela nafasnya berat, menatap kartu atm-nya yang mungkin saldonya hanya tersisa sedikit. Tidak papa Jeno, yang penting Jaeminmu bahagia. Jeno memaksakan senyumnya lalu kembali menatap Jaemin.
“Kau suka?” tanya Jeno.
Jaemin memandangnya sinis, “Jangan bertanya, aku masih kesal padamu!” kecam Jaemin lalu kembali memakan es krimnya.
Jeno terkekeh, baiknya kelincinya itu memang sangat galak. Tak lama setelahnya, setelah membayar tagihan es krim mereka kembali memutari pusat perbelanjaan itu. Jeno membawa paperbag Jaemin, sedangkan sianis berjalan didepan sambil memakan arumanis.

KAMU SEDANG MEMBACA
brother | nomin [END]
Fanfictionkalau boleh memilih, Jaemin tidak ingin bertemu Jeno seumur hidupnya. saudaranya yang paling menyebalkan itu selalu saja memiliki cara untuk mengganggunya. termasuk menggaggu malam malam tenangnya. "Lee Jeno! Biarkan aku tidur dengan tenang satu mal...