season 2 : 2

16.9K 2.2K 208
                                        

Tangan besar itu mengusap-usap pelan pinggang ramping itu, tanpa kain yang menjadi penghalang, memeluk dari belakang dan mengecupi leher bagian belakang kekasihnya. Tangannya perlahan naik, mengusap-usap setiap jengkal tubuh putih nan indah itu. Bibir tebal itu henti-hentinya memberikan kecupan manis di garis leher kekasihnya. Bibirnya turun kebawah, menelurusi sepanjang bahu sempit itu, digigitnya pelan namun kuat bahu itu berharap seluruh dunia tahu, bahwa lelaki yang berada di dekapannya adalah miliknya.

Jaemin mendesah pelan ketika tangan Jeno berhasil menekan tonjolan di yang ada di dadanya, dapat dia rasakan bibir Jeno yang menempel di bahunya terangkat, tandanya lelaki itu tersenyum. Perih Jaemin rasakan di sekitar bahunya, beberapa gigitan tersebut menimbulkan luka.

Jaemin membalikkan tubuhnya, menangkup wajah Jeno. Lelaki itu sangat tampan, setiap kali Jaemin menatapnya seolah dunianya hanya terpusat pada Jeno. Seakan dia hanya dilahirkan untuk menjadi takdir dari Jeno. Jaemin mendekatkan wajahnya, ingin menyapa bilah bibir Jeno yang memerah, ingin mengecapnya, melumatnya, dan mengingat tiap tetes liur yang menetes.

Drttt... drrt..

Mata Jaemin langsung terbuka, nafasnya tak beraturan. Ponselnya berdering dengan keras, sebuah panggilan dan pesan singkat dari Haechan bahwa rumah sakit mereka bekerja membutuhkan Jaemin sekarang karena keadaan darurat. Jaemin langsung duduk dan menghela nafas berat.

Menatap ke arah jam yang ada di nakas kamarnya, pukul 2 pagi dan Jaemin baru saja bermimpi. Mimpi tentang sebuah malam terakhir yang dia habiskan dengan Jeno beberapa tahun lalu. Tak mau memikirkan lebih jauh, dia segera menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya lalu menuju rumah sakit.

//

Sebuah pesawat mendarat tepat ketika fajar terbit, membuat tidur Jeno terpaksa dihentikan. Jeno meregangkan tubuhnya lalu membawa dirinya keluar dari kendaraan udara itu, setelan mahalnya dan dirinya yang keluar dari first class membuat beberapa orang terkagum-kagum dengan dirinya.

Seseorang dengan snelli di tangannya menyambut kedatangan Jeno. Mark Lee, kawan lamanya. Mark sempat mengunjungi Jeno beberapa kali, dan mereka tetap menjaga hubungan mereka intens seperti ini. Mereka berdua berpelukan sambil menanyakan kabar.

“Bagaimana penerbanganmu?” tanya Mark.

“Tidak buruk, aku bisa tertidur dengan nyenyak.” balas Jeno.

Mark tersenyum lalu menepuk pundak sahabatnya itu, kawan lamanya tampak sangat menawan dengan setelan mahal itu. “Baiklah, aku sudah memesankan hotel untukmu, tidak mungkin kau kembali ke rumahmu, kan?" tebak Mark.

Jeno terkekeh dan mengangguk, “Ah, tapi bisakah kita ke rumah sakit kau bekerja?” sela Jeno.

Mark mengangkat alisnya, lalu memindah tubuh Jeno, “Apa kau sakit?”

Jeno tidak menjawab justru tersenyum lebar.

Ah, Mark tahu. Ternyata Jeno sakit rindu, dan dia hanya akan menemukan obatnya di rumah sakit tempat Mark Lee bekerja. Seorang dokter tampan yang sering menjadi perbincangan baik oleh pasien atau dokter.

Dokter Na Jaemin.


//

Keadaan UGD sangat sepi, hal ini membuat Jaemin mencuri-curi waktu untuk tidur. Dia hanya tidur 3 jam semalam, setelah seluruh jadwalnya yang sangat padat. Jaemin merasa dia sudah bisa menjadi zombie jika dia tak segera tidur. Jaemin memutuskan untuk tidur di salah satu meja registrasi, meminta dibangunkan jika seseorang membutuhkannya.

brother | nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang