season 2 : 3

14.7K 1.8K 193
                                    

Sebuah mobil berwarna putih dengan kaca gelap terparkir di depan sebuah rumah sakit besar di kota Seoul, area parkir tampak lenggang tak seperti biasanya. Hal ini membuat suasan hening di mobil itu begitu terasa. Na Jaemin baru saja selesai menangis beberapa menit lalu, di tangannya ada sebuah botol air mineral karena dia tampaknya butuh sesuatu untuk mengembalikan semua cairan yang dia keluarkan dari mata.

Jeno menatap ke arah Jaemin, sedangkan yang ditatap hanya menunduk saja. Belum ada yang memulai pembicaraan diantara mereka, Jaemin tampaknya lelah atau tidak tahu atau mungkin masih terkejut. Sehingga, Jeno memutuskan untuk mengambil inisiatif dengan bertanya lebih dahulu. Mereka tidak akan canggung kan?

“Bagaimana kabarmu?" Jeno bertanya, sedangkan Jaemin yang mendengarnya sedikit terkejut oleh itu.

Jaemin menatap Jeno, dan mengangguk. “Seperti yang kau lihat, aku baik.” jawab Jaemin singkat.

Jeno hanya mengangguk, “Mau berjalan-jalan?” tanya Jeno pada Jaemin.

Lalu Jaemin menimbang sebentar tentang shiftnya, harusnya tidak apa jika dia pergi sebentar. Dan Jaemin pun menyetujui usulan itu dengan senang hati. Dia masih tidak percaya, kesempatan yang dulu hanya angan-angannya saja datang pada dirinya secara tidak terduga. Jaemin meremas botol air mineral yang digenggamnya agar meminimalisir rasa gugup yang ada di hatinya.

“Apa ayah dan ibu tahu?” tanya Jaemin.

Jeno menggeleng, “Aku disini untukmu, Jaemin. Aku pulang untukmu, bukan untuk mereka.” ucap Jeno sambil menatap Jaemin dan tersenyum, tangannya terulur untuk menguak rambut Jaemin.

Mobil itu terus bergerak menuju taman yang cukup sepi agar mereka berdua memiliki banyak ruang untuk bercerita satu sama lain. Jaemin menatap jalanan, karena sungguh dia masih belum siap untuk menatap Jeno.

Jeno sebenarnya merasakan kecangguntan dan atmosfer aneh diantara mereka, namun lelaki itu memilih diam dan akan menanyakannya nanti. Saat ini, yang terpenting adalah membawa Jaemin untuk pergi ke tempat dimana mereka berdua bisa berbicara.

//

Mobil Jeno berhenti di parkiran sebuah taman yang dipenuhi oleh bunga-bunga bermekaran. Jaemin menghembuskan nafasnya, otaknya penuh dengan skenario atau pertanyaan apa yang harus dia ajukan pertama kali untuk Jeno.

“Maafkan aku karena tidak pernah menghubungimu dan tiba-tiba muncul seperti ini. Aku sangat merindukanmu bertahun-tahun dan hanya bisa mengamatimu dari jauh. Aku sangat bangga ketika kau berhasil menjadi seorang dokter, aku tidak menyangka adik kecilku akan menjadi seorang dokter.” ucap Jeno, entah sebagai kakak atau kekasih.

Jaemin mengangguk, dia bingung harus bagaimana. Jaemin takut, takut kejadian yang sama akan terulang. Takut kembali mengecewakan Yoona, terlebih ada Minju yang menjadi kekasihnya. Semuanya sangat rumit untuk Jaemin, jika Jaemin bisa dia ingin duduk di pangkuan Jeno dan membawa lelaki itu ke dalam ciuman yang dalam.

“Jaemin?”

Jaemin tersadar dari lamunannya, dan menatap Jeno. Tatapan yang sulit diartikan, namun Jeno yakin ini bukan pertanda baik. Jeno tersenyum getir.

“Apa hanya aku yang menyimpan rindu untukmu? Apa kau tidak lagi merindukanku?” tanya Jeno pada Jaemin.

Tenggorokan Jaemin menjadi sangat kering, seluruh kata-kata tercekat di tenggorokannya. “Aku merindukanmu, Jeno-yaa. Aku senang ketika kau kembali ke sini, menepati janji yang pernah kita buat. Tapi semuanya begitu rumit sekarang. Aku tidak tahu harus bagaimana." Ucap Jaemin.

Jeno merasa sedikit kecewa, dia dengan segala kenekatannya kembali ke Korea dengan harapan Jaemin akan memeluknya dengan erat dan mengatakan mereka bisa memulai dari awal, bukan sebuah keraguan dan ketakutan dari Jaemin yang dia harapkan. Namun, Jeno mengerti posisi Jaemin saat ini, dia mengetahui betapa sulitnya posisi Jaemin.

Jeno menggenggam tangan Jaemin, meletakkannya di dadanya. Membuat sang dokter mampu merasakan detak jantung Jeno yang bisa Jaemin rasakan dari telapak tangannya. Jaemin menatap Jeno dengan pandangan yang sendu.

“Katakan padaku, masihkah kau mencintaiku, Jaemin? Masihkah kau memiliki perasaan untukku? Pernahkah kau merindukanku?” tanya Jeno pada Jaemin.

Jaemin ingin berteriak dan mengatakan betapa dia merindukan sosok yang ada di depannya ini. Namun yang Jaemin lakukan adalah menarik tangannya, lalu memandang ke arah jendela. Dia menghembuskan nafas.

“Aku, merindukanmu.” ucap Jaemin, lalu menunduk, tak sanggup melihat wajah Jeno yang tampak sangat kecewa.

Jeno tersenyum getir, “Entah kenapa, aku merasakan keraguan pada jawabanmu. Apa karena kau telah memiliki kekasih? Minju, Kim Minju." Ucap Jeno.

Jaemin langsung tersentak mendengar nama perempuan yang dijodohkan dengannya keluar dari mulut Jeno. “Bagaimana kau tahu?”

“Kau benar-benar mencintainya?" Tanya Jeno.

Jaemin tidak menjawab, tapi tentu saja jawabannya tidak.

Lima menit Jeno menunggu jawaban dari Jaemin, namun lagi-lagi yang dia dapatkan hanyalah Jaemin yang memalingkan wajahnya. Jeno merasa, hatinya tertusuk sesuatu yang tajam dan membuatnya begitu sesak. Jeno berharap Jaemin hanya masih terkejut sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan yang dia ajukan dengan cepat.

“Ah, sepertinya aku menanyakan banyak hal padamu, hingga kau tidak bisa menjawabnya." Ucap Jeno.

“Sepertinya aku harus kembali ke rumah sakit, Haechan mengirimiku pesan." Kata Jaemin.

Tentu Jeno tahu bahwa Jaemin tengah berbohong, namun dia tak ingin memperkeruh keadaan diantara mereka sehingga Jeno mengantarkan Jaemin kembali ke rumah sakitnya. Setelah mengucapkan kata terimakasih, Jaemin pergi begitu saja, seolah dia baru saja keluar dari mobil orang asing.

Jeno memukul kemudi mobilnya, dia mengacak rambutnya frustasi. Salahkah langkah yang dia ambil kali ini? Benarkan Jaemin berhenti mencintainya atau karena kekasihnya itu masih bingung dengan keadaan yang dia alami?

//



Haechan terkejut ketika dia masuk ruangan istirahatnya, dia melihat Jaemin tengah menangis di pojok ruangan. Haechan tahu, ini pasti tentang Jeno. Haechan dengan hati-hati menghampiri Jaemin dan membawa sahabatnya itu ke dalam pelukannya, Jaemin menerimanya dengan senang hati dan memeluk Haechan sambil menangis dan mengoceh, beruntungnya Haechan paham.

“Apa yang harus aku lakukan?” Tanya Jaemin.

“Jujurlah pada dirimu sendiri, Jaemin. Masihkah kau mencintainya? Benarkah rindumu itu? Bahagiakah kau selama ini dengan Minju. Aku tahu tidak akan mudah bagimu ketika bersama atau tidak bersama Jeno. Tapi, aku hanya ingin kau bahagia, Jaemin. Kau sangat berbeda dengan seseorang yang aku kenal ketika SMA dahulu.” ucap Haechan.

“Jangan khawatirkan orang lain, satu-satunya yang harus kau jaga adalah dirimu sendiri. Kau berhak bahagia dan kembali memperjuangkan cintamu dengan Jeno. Dia kembali dengan segala persiapannya, dia serius padamu jaemin.” sambung Haechan

“Minju bukan tanggungjawabmu Jaemin, kau tidak pernah menyetujui perjodohan ini, bukan? Mereka yang selalu memaksamu untuk melakukan banyak hal. Saat ini, kau memiliki dua pilihan. Bersama Jeno atau bersama seseorang yang tidak akan bisa kau cintai.

“Jadi, apa jawabanmu Jaemin?”

Jaemin terdiam.


//



hai maaf ya semakin jarang up hehe, semoga kalian suka part ini, pelan-pelan aja pasti nomin bisa kembali bersatu 😉

brother | nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang