season 2 : 1

19.7K 2.2K 335
                                        


Ada sebuah cerita yang pernah tertulis di hidup mereka berdua, lalu kemudian tiba-tiba saja bara api menyulut kertas cerita mereka. Cerita mereka harus diakhiri dengan rasa sakit, terhenti karena tidak ada ruang untuk mereka bercerita. Terpaksa dan dituntut untuk mengakhiri sesuatu yang baru saja mereka mulai. Menjadi begitu jauh dan terpisah lama, sangat lama hingga hampir saja semua orang lupa akan kisah itu.

7 tahun lalu, Jeno pergi ke Amerika untuk melanjutkan studinya karena paksaan dari ayahnya. Bahkan setelah studinya selesai dia masih tidak diperkenankan untuk kembali ke negara asalnya, Jeno telah tahua apa penyebabnya. Orang tuanya takut dia masih memiliki perasaan dengan saudara laki-lakinya. Sekeras apapun Jeno mencoba memakluminya, Jeno tidak bisa. Bukankah sudah menjadi haknya untuk kembali ke rumah tempat dimana dia dibesarkan.

Lee Jeno hidup sendirian di Amerika, tanpa teman dan Jaemin. Ah berutungnya dia menemukan teman baru disini, Jeno menyebutnya seperti informan karena lelaki ini sering bolak-balik Korea-Amerika. Tipikal anak mama yang sama-sama terpaksa belajar di Amerika. Dari dia Jeno mengetahui bahwa kekasihnya —bolehkah Jeno menyebutnya seperti itu?— Jaemin, memiliki seorang kekasih. Seorang perempuan.

Dering telepon terdengar di ruangan putih, ruang kerja milik Jeno. Setelah menyelesaikan studinya tiga tahun lalu, Jeno bekerja di sebuah perusahaan berbasis teknologi di Amerika. Berterima kasih kepada otaknya dan akses orang dalam temannya sehingga dia bisa menjabat sebagai direktur disalah satu divisi kantor ini.

“Ya?” ucap Jeno setelah mengangkat telpon tersebut.

“Kami sudah menyiapkan perjalanan anda ke Korea, pesawat Anda akan terbang besok pagi pukul 6. Saya akan menitipkan tiketnya kepada sektretaris Anda.” ucap seseorang disebrang sana.

Jeno tersenyum puas, “Terima kasih.” ucapnya singkat.

Jeno meregangkan pinggangnya, merapihkan kemejanya lalu mengambil jasnya. Jeno tidak memakai jasnya karena udara New York cukup panas, dia menyampirkan jasnya di lengannya. Jeno keluar, berbincang dengan sekretarisnya sebentar lalu mengambil tiket yang sebelumnya sudah dititipkan.

Well, dia pulang lebih awal untuk merapihkan barang bawaannya. Dia tidak sabar untuk kembali ke rumah. Lagi pula, kelinci kecilnya harus diingatkan kalau dia masih milik Lee Jeno.

“See you, little brother.”

//

“Dokter Jaemin!”

Jaemin selalu senang ketika seseorang memanggilnya dengan panggilan itu. Rasanya seperti ada kebanggaan tertentu dalam dirinya. Tentu saja Jaemin merasa bangga, setelah 6 tahun menjalani pendidikan dokter dari klinik hingga pre-klinik akhirnya dia resmi menjadi dokter tiga bulan lalu.

Jaemin berbalik dan mendekati perawat yang memanggilnya itu, “Ada yang bisa ku bantu?” tanya Jaemin.

Perawat itu mengangguk lalu mengatakan bahwa IGD sangat ramai karena terjadi kecelakaan beruntun dan mereka kekurangan dokter di IGD. Dengan sigap Jaemin berjalan menuju IGD membantu sebisanya untuk menangani kekacauan ini. Hal ini tentu bukanlah hal yang baru bagi dirinya.

Jaemin dengan sigap membantu satu per satu korban kecelakaan itu, darah menetes di lantai IGD, lalu menyebar karena terinjak-injak oleh sepatu perawat dan dokter. Jaemin menyesal menggunakan sepatu berwarna putih, sepatunya kini penuh bekas darah.

Salah satu pasien meraung-raung kesakitan karena ada kaca yang menancap di lengan atasnya, Jaemin berusaha merobek baju pasien itu namun pasien itu justru memakinya karena dia memakai sebuah kemeja dari brand ternama.

brother | nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang