season 2 : 5

12.2K 1.5K 185
                                        


“Ayolah, Jeno. Aku harus ke rumah sakit sekarang.." ucap Jaemin ketika Jeno tidak mau melepaskannya dari pelukan.

Jeno masih mempertahankan posisi mereka dengan memeluk Jaemin erat. Enggan kekasih hatinya itu menjalani hari-harinya. Jeno ingin sekali mengurung Jaemin di dalam kamar ini dan melarang pemuda itu untuk bekerja atau melakukan hal lainnya.

“Bisakah kau tetap disini?”

Jaemin yang kesal langsung memukul pelan kepala Jeno, “Aku harus bekerja, aku masih butuh uang asal kau tahu.”

“Aku bisa memberimu uang, tetap disini, ya?" bujuk Jeno.

“Tidak, simpan saja uangmu. Banyak pasien yang menungguku." Kata Jaemin, lalu melepaskan pelukan Jeno di pinggangnya lalu menuju kamar mandi yang ada di kamar itu untuk membersihkan dirinya.

Jeno tidak menahannya dan membiarkan Jaemin lepas dari pelukannya sebentar, toh nanti malam Jaemin akan kembali ke dalam pelukannya. Jeno terkekeh dan mulai membayangkan hal-hal menarik yang bisa dia lakukan bersama Jaemin nanti malam.

Ketika Jaemin keluar dari kamar mandi dengan cadangan pakaian yang selalu dia bawa kemanapun, ternyata Jeno sudah tidak ada di tempat tidur. Baru setelah Jaemin keluar dari kamar, dia dapat melihat Jeno tengah menyiapkan sarapan untuknya, sedangkan pria itu masih mengenakan pakaian tidurnya.

Jaemin menghampirinya dan tersenyum manis, “Kau membuatkanku sarapan? Apakah ini salah satu bentuk cintamu?”

“Tentu saja, kenapa kau tanyakan itu? Aku belajar banyak selama di Amerika." Jawab Jeno.

“Hanya untuk memasak?”

“Ralat, untuk jadi pendamping hidupmu.”

Jaemin terkekeh, lalu mengambil sepotong roti yang telah Jeno olesi dengan selai coklat. Tidak buruk pikir Jaemin.

“Aku akan berada di rumah sakit hingga sore hari nanti, aku harap kau tidak melakukan hal-hal yang merugikan dirimu.” ucap Jaemin sambil mengunyah rotinya.

“Tenang saja, aku akan berada di sini sepanjang hari.” ucap Jeno dan duduk didepan Jaemin, lalu menyesap kopi paginya.

“Apa kau mau kujemput?”

Jaemin menggeleng, “Aku semalam tidak pulang ke rumah, hari ini aku pulang ke rumah.”

“Lalu bagaimana denganku?” tanya Jeno.

“Kau kenapa?”

“Aku merindukanmu.” ucap Jeno dengan nada yang dibuat-buat sedih.

Jaemin merotasikan matanya, “Baiklah kita akan makan malam bersama nanti.”

Jeno tersenyum puas dengan keputusan Jaemin, keduanya melanjutkan sarapan itu dengan tenang lalu Jaemin berpamitan untuk bekerja hingga sore nanti.

//

Jeno berkata dia tidak akan bertemu ayahnya, namun yang dia lakukan saat ini menunggu di basemen gedung tempat ayahnya bekerja setelah menelpon laki-laki itu. Sebenarnya, hubungan Jeno dan ayahnya tidak benar-benar buruk seperti yang selama ini Jaemin pikirkan.

Dua puluh menit menanti, seorang lelaki memakai jas berwarna setelah jas datang menghampiri mobil Jeno. Jeno tersenyum dan menghampiri ayahnya, lalu memeluk pria paruh baya itu dengan erat. Sudah sangat lama sejak terakhir kali keduanya berjumpa.

“Bagaimana kabarmu?” tanya

Donghae menepuk nepuk punggung Jeno, anaknya tumbuh menjadi pria dewasa yang tampak gagah. Tetapi di mata pria paruh baya ini, Jeno tetaplah seorang anak kecil yang menangis ketika berebut mainan dengan Jaemin saat kecil dahulu. Cinta seorang ayah kepada anak laki-lakinya tidak bisa dijabarkan dalam bentuk apapun.

brother | nomin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang