06 : Batu

19 3 41
                                    

Matahari mulai memamerkan keindahan yang ia miliki diakhir senja—bulan pun turut perlahan memunculkan sinarnya disudut sana, membuat siapapun yang menyaksikan akan merasakan bagaimana semesta menjalankan shift dengan sepatuhnya dan bagaimana Tuhan begitu hebat menciptakan keindahan yang tak ada tandingannya selain Surga!

Hal itu, dirasakan oleh dua wanita yang sedang bersantai dipinggir pantai—sesekali menyeruput air kelapa muda dihadapan mereka.

"Walaupun ini bukan bagian dari rencana gue, tapi gue bener-bener nikmati ini." gumam Reyna tersenyum, bola mata dan senyum tipisnya tak lepas memandang pemandangan indah dihadapannya membuat perkataannya dipercaya oleh sahabatnya.

"Emang rencana lo apaan?" tanya Clarissa menyeruput air kelapa.

"Nanti juga lo bakalan tau. Gue mau nanya." balas Reyna menatap Clarissa.

"Apaan..." ucap Clarissa menatap pemandangan dihadapannya, tak menggubris tatapan Reyna.

"Devanno udah berapa lama pacaran sama Hana?" tanya Reyna penasaran.

"Siapa bilang mereka pacaran?" tanya balik Clarissa.

"Lah, lo sendiri bilang kalau Devanno udah ada Hana?!" desis Reyna tak mengerti.

Clarissa menarik dan menghembuskan nafas saat itu, "tapi gue gak bilang kalau mereka pacaran kan."
.
Tersimpul senyum manis dibibir Clarissa membuat Reyna mengangguk mengerti. Mereka kemudian berdiri dan meninggalkan pantai karena langit jingga makin redup menandakan malam akan segera tiba.

....

"Kemana lo?" tanya Devanno memainkan stick game digenggamannya.

"Mau liat keadaan di IRA, ntar gue balik." jawab Davenno mengambil kunci mobil dan hoodie lalu bergegas pergi.

"Anak-anak kayaknya lagi disana kabarin gue kalau lagi rame, lo bisa nginap disana." jelas Devanno membuat Davenno mengangkat jarinya berbentuk o pertanda oke.

Davenno berjalan cepat menuruni anak tangga yang lumayan panjang, hingga sampai keruang keluarga.

"Mau kemana nih rapi banget." ujar Ayuna melihat si bungsu berjalan melaluinya.

"Biasa ma mau liat keadaan di IRA." ucap Davenno.

Bagai surga dihadapannya Davenno tersenyum sumringah melihat senyuman bangga tersimpul dibibir orangtuanya.

"Tak salah ayah mempercayaimu, walau kini IRA sudah jauh berkembang pesat kau masih saja mengkhawatirkannya." gelak tawa Ajisaka disusul senyuman Ayuna disampingnya.

"Menit selanjutnya tidak ada yang tau ayah. Jadi, selain berjaga-jaga ada kerusuhan lagi Veno mau cari hiburan disana." ucap Davenno tersenyum.

"Hati-hati dijalan nak, menit selanjutnya memang tidak ada yang tau." balas Ayuna berdiri dan merapikan penampilan Davenno.

"Hahah Oke silahkan pergi." balas Ajisaka tersenyum.

Davenno berjalan meninggalkan orangtuanya diruang keluarga, Ajisaka masih menatap bahu pria itu sampai benar-benar menghilang. Itulah tatapan bangga Ajisaka Aldebaran pada bungsunya.

Dia, Davenno Aldebaran...

Dia, Davenno Aldebaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Through the skyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang