03 : Ternyata dia

45 3 24
                                    

"Tunggu." sanggah seseorang dibelakangnya.

Langkahnya terhenti lalu menoleh kebelakang, Ia mendapati ketua osis tengah berjalan mendekatinya.

"Manggil gue?" tanya nya sambil menunjuk dirinya.

"Setelah jam pertama, datang keruangan osis." tegas Devanno melewati Reyna.

Buset songong bet, untung ganteng..

Ia pun melanjutkan menarik langkah dengan berlari.

Kalau tau gak ada guru, gue gak bakal mau ngeluarin keringat. fikir gadis itu mendengus kesal.

Reyna hanya terduduk menatap ruangan yang gaduh ulah teman kelasnya sebab tidak ada guru disana.

....

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 10 waktunya istirahat—semua siswa dikelas lekas berpencar keseluruh penjuru sekolah. Begitu juga dengan Reyna ia memilih ke kantin berniat mengisi perutnya yang sedari tadi mengaung minta di isi.

"It's time to eating!" seru Reyna yang siap menyantap baksonya.

Plurp..

"Silahkan makan, anggap aja sebagai hukuman buat lo." ucap seseorang yang menambah banyak lombok kemakanan gadis itu.

Reyna mendongakkan kepala kearah seseorang yang berdiri disampingnya. "Lo punya masalah sama gue?"

"Woo punya dong!" seru siswa lain yang baru saja datang.

"Diem lo Dev." cetusnya menyuruh temannya diam. "Kayaknya kita punya dua masalah."

"Kasih tau dia Dev!" teriaknya lagi dan mendapat tabokan dari pria itu.

"Lo mau tau?" tanya pria itu pada Reyna

Reyna mengangguk menandakan iya.

"Pertama!"

Flashback on

"lo yakin dev pertahanin tu cewe?" tanya Devian pada Devanno.

"selam..." jawabnya terputus karena tiba-tiba seseorang menyambar tubuhnya.

"dimana lo cewe gila?!" teriak pria asing tadi mencari keberadaan Reyna.

"disini!" sahut Reyna dengan tersenyum sumringah.
.
"pria sejati gak bakal tega liat perempuan dipukul bukan?" ucapnya pada Devanno dan Devian dengan wajah yang memelas.

Flashback off

"Dan yang kedua tadi lo lambat 15 menit masuk kelas." sambung Devanno setelah menceritakan kejadian sebulan yang lalu.

"Lo balas dendam?" tanya Reyna menatap mata pria itu dalam-dalam.

"Apa yang gue buat tadi termasuk pembalasan dendam?" tanya balik dan tersenyum menunduk.
.
"Ikut gu..." sambung Devanno namun terhenti.

"Sebat dulu lah." potong siswa lain mengkode Reyna untuk segera pergi, tanpa berfikir panjang ia pun meninggalkan kantin.

"Kantin diciptakan buat makan dan bersantai, bukan untuk bahas masalah kalian." kias pria itu membakar rokok yang terhimpit dibibirnya dan kembali ketempat duduknya.

Sementara itu Reyna berjalan santai menuju kelasnya dan mencoba mengingat sesuatu yang janggal difikirannya.

Flashback on

"Kayaknya kita pernah ketemu sebelumnya, tapi bukan itu yang bakal gue bahas." ucap pria itu, "ikut gue." tuturnya meninggalkan Reyna diruangan osis.

Ketemu sebelumnya? ganteng-ganteng kok ngawur. fikir Reyna dan berlari mensejajarkan tubuhnya dengan pria itu.

Through the skyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang