Rabu siang di asrama ternyata tetap tidak terasa damai, selalu saja ada keributan entah dua atau tiga makhluk huninya. Bungi masih sibuk mengatur catatan materi selepas kuliah online hari ini bersama Pak Khrisna-sesekali menyuap pop mie rasa ayam bawang favoritnya.
"Teh~" suara Bian terdengar dari lantai bawah, memanggil Bungi. Namun karena stereotype anak Sosiologi adalah kaum rebahan, maka Bungi akan mendalami perannya dengan setia diatas ranjang, dan hanya membalas, oi, sekilas.
Duk duk duk!!
Bian menaiki tangga tergesa-gesa. Tangga kayu yang malang, sudah rapuh masih saja diinjak-injak, ckck. Beruntung, hari ini setengah dari warga asrama sedang pergi kencan dengan skripsi masing-masing, sehingga suara bising itu tidak menggangu orang lain. Menyisakan Bungi dan Bian-sebenarnya masih ada duo samba alias Samuel Sabda tapi entah kemana.
Kamar Bungi terletak paling ujung, sengaja dipilihnya, beralasan lebih tenang karena dekat dengan balkon. Bian butuh beberapa langkah sebelum mendobrak pintu kamar Bungi dengan mata terbuka lebar.
"Udah ngga salam, mata melotot gitu. Anak gederuwo lo ?" sindir Bungi setengah darah tinggi. Namun hanya dianggap angin lalu oleh perempuan dua puluh dua tahun bernama Abian Gangga Sijabat.
"Stok mie kita habis!! Geloo, gancang pisan. Baru juga dua minggu yang lalu gue beli sekardus, udah habis aja?" seru Bian di depan muka Bungi, tak lupa dengan tatapan tidak percaya, berjalan mondar-mandir di kamar Bungi.
"Hah?! Seriusan lo? Kok bisa sih!? Tadi pagi gue bikin masih ada perasaan, apa ada maling?" Bungi bergegas menuju dapur dengan tergesa-gesa. Mengecek semua loker lemari dapur, berfirasat barangkali ada ruang tersembunyi.
"Aduh, gimana dong ini," Bungi menggigit kuku, panik.
"Aya naon sih, ah." sosok Sabda muncul dari ruang makan, disusul Samuel membopong kardus mie yang masih fresh.
"Mie kita-" Bungi memiringkan kepalanya, menatap Samuel lekat-lekat.
Nada suaranya kini lebih cemas dari sebelumnya. "Sam lo ngga nyolongkan?! Kok lo bisa beli mie? Katanya duit lo abis buat praktikum."
"Tong suudzon kuring teh, ya emang duit gue abis. Mie yang kemaren Bian beli itu udah expired, makanya gue ajak Sabda buat nuker ke indoapril depan," terang Samuel panjang lebar yang membuat dua wanita didepannya kebingungan. J-jadi, gue tadi makan mie expired? batin Bungi.
Saat itu, Bungi merasa kehilangan masa
depan. Semuanya gelap. Dan ia hanya bisa meratapi mie yang sudah berjalan di usus dua belas jari. Mulai berhalusinasi, kenapa gue harus makan mie itu? Betapa bodohnya elo Bungi. Mati konyol macam apa ini, Esmeralda....
KAMU SEDANG MEMBACA
Another (Side Of) B
FanfictionBukan apa-apa, ini cuma dokumentasi Bungi selama jadi mahasiswi sosiologi. Jangan banyak berekspektasi, memang gini aslinya mahasiswa. was #1 on ocrp was #3 on ngampus Copyright © freakids, 2020