Ni : Resolusi

12 1 2
                                    

Senja berlahan mulai meredup. Rembulan malu malu mengantikan posisi sang fajar. Bintang pun senantiasa setia dengan sang raja malam.

Sebentar lagi, tahun akan berganti. Semua orang berbondong bondong membuat resolusi untuk tahun depan. Entah apakah resolusi akan terpenuhi. Ataukan hanya sebatas exspetasi seperti tahun-tahun sebelumnya. 

Paling tidak, ada satu agenda yang akan terpenuhi. Menunggu detik demi detik tahun baru bersama orang orang yang kalian sayangi. Membakar jagung, makan malam bersama, atau menikmati pesta kembang api . Semua begitu indah jika kalian bersyukur  .

Tapi tahun baru juga akan menjadi malam yang biasa saja atau bahkan menyedihkan untuk orang orang yang kesepian dan tidak bersyukur.

Tahun baru, harapan baru . Itulah yang kebanyakan orang fikirkan . Tapi tidak untuk gadis bersurai pendek sebahu ini. Putri bungsu dari keluarga Hermawan itu  tidak pernah memiliki mimpi yang muluk. Tahun demi tahun, gadis itu hanya memiliki harapan yang sama. Mimpi sederhana bagi pecinta anime negeri sakura.

"Cerry, Bangun bantuin Bunda, Sayang!" teriak wanita paruh baya itu menggedor pintu kamar putri kesayangannya menggunakan centong sayur.

Cerry yang tengah menempel resolusinya di dinding kamarnya terlonjak. Melompat turun dari ranjang dan membuka pintu dengan senyuman lebar khas miliknya.

"Ada apa okaa-san?" ucapnya dengan menampilkan puppy eyes non justsu miliknya.

"Kaa-san  Kaa-san. Sudah Bunda bilang jangan panggil Bunda dengan sebutan itu," omel Bunda Rita menotok dahi Cerry yang lebar dengan centong sayur yang dibawanya.

"Ihh, Bunda sakit tahu. Nanti kalo Adek jadi sangkuriang kan nanti Bunda yang sedih,"  runtuknya memelas.

"Sangkuriang apanya, cuma diketok kepalanya kaya gini,  nggak mungkin jadi sangkuriang, Cerry," ucap Bunda memberi contoh sekali lagi. Cerry hanya mengaduh dan meringis pelan.

"Udah ahh nggak usah drama Kaya sinetron aja. Dah sekarang kamu mandi, terus bantuin Bunda masak di dapur. Nggak baik anak perawan ngurung diri di kamar!" ucapnya tanpa memberi jeda untuk  Cerry membantah.

"Wakatta, Siap laksanakan komandan!" Cerry menggangkat tangan hormat ke arah bundanya serta senyuman ala iklan pepsodent. Bunda Rita yang melihat itu tersenyum tipis dan melenggang kembali ke habitatnya.

Sepuluh menit berlalu. Cerry baru saja selesai dari ritual mandinya. Dengan handuk yang masih tersampir di bahunya. Ditatapnya lukisan Tim 7  berlatar bunga sakura dibelakangnya yang dilukisnya dua tahun yang lalu.

Dengan senyum andalannya. Gadis itu menunjuk ke arah gadis bersurai merah jambu itu. "Suatu saat aku akan menggantikannmu Sakura-chan," ucapnya pada diri sendiri. 

"CERRY, BANGUN! JANGAN TIDUR MULU!"

Gadis itu hanya meringis mendengar suara bundanya yang seperti toa. "IYA, BUNDA, INI BARU SELESAI MANDINYA," balasnya seraya berteriak juga.

Dilepasnya handuk yang dipakainya dan digantungkannya di belakang pintu. Cerry segera keluar dan menutup pintu. Namun sedetik kemudian dia kembali dan menatap lukisan itu kembali.

"Aku akan kembali, ingat janjiku! Jangan harap aku bercanda. Konbanwa Sasuke-kun," ucapnya sambil tersenyum manis. Namun hanya bertahan beberapa detik sebelum dia melihat Sakura dilukisan itu.

S A K U R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang