"Choukawai," guman Cerry menatap layar laptopnya tanpa berkedip. Seolah-olah hal yang tengah ditontonnya tak patut ditinggalkan sedikitpun.
Digigitnya guling yang tengah dipeluknya."Pingiiin," ucapnya meniru gaya bicara disuatu iklan ditelevisi.
Berguling ke kanan dan kekiri sambil menikmati cerita anime didepannya. Tanpa ia sadari ada seseorang yang mengendap ngendap masuk ke kamarnya.
Mendekati sang gadis bersiap siap untuk melancarkan aksinya.
Satu ... Dua ... Tiga ..."KUTU KUPRET, LO NGAPAIN DIKAMAR GUE!" seru Cerry melempar guling yang dipeluknya ke Azka.
"Aduh, Cer. Gue yang mau ngagetin lo. Malah jadi gue yang kaget," runtuk Azka menangkap guling berwarna merah jambu itu.
Diamatinya lekat lekat gambar tokoh yang ada dalamnya. Dia ingat sekali, itu guling yang diberikannya setahun yang lalu sebagai hadiah ulang tahun Cerry.
Namun seingatnya guling itu berwana merah muda cerah dengan gambar tokoh Sakura. Bukan pink kumal dan terdapat lukisan pulau abstrak di beberapa tempat. Tanpa sadar Azka mendekatkan guling itu ke hidungnya yang mancung.
"Hihh, Lo, berapa tahun nggak cuci nih guling, Cer?" teriak Azka menjauhkan aroma guling yang mengganggu indra penciumannya.
"Hehe, semenjak lo kasih belum pernah gue cuci. Tapi sering gue jemur kok," jawab gadis itu menyengir tanpa dosa.
Azka hanya melotot dan melempar kembali guling asal. "Lo gila? Jorok banget seh lo, Cer!" ucapnya mengibas ibaskan tangannya.Cerry hanya meringis mendengarnya tidak perduli dengan ucapan Azka.
"Lo ngapain kesini, Ka?" tanya Cerry memunggut guling kesayangannya.
"Mau ajak lo main. Nggak bosen lo nonton suami buronan itu?" sindir Azka. Dia tidak terlalu menyukai anime, tapi tahu sedikit tau karena cerita Cerry yang berputar itu itu saja .
"Enggak, dari kecil aku juga nonton Naruto nggak bakal bosen bosen tahu," jawabnya tanpa menoleh kearah Azka yang tengah mengintari kamarnya.
"Dih, gue lupa. Seorang Cerryanna nggak mungkin bisa lepas dari anime kesayangannya."
"Ya begitulah," respon Cerry.
Azka mengamati lemari kaca dikamar itu. Koleksi action figur animenya masih ada. Bahkan bertambah banyak sejak terahir kali dia disini. Dan yang lebih menabjukan adalah lukisan Tim Tujuh, yang dibuat oleh Cerry dua tahun yang lalu masih tersimpan di dinding lengkap dengan pigura berukuran 10R.
Pandangan Azka beralih ke meja belajar disudut ruangan. Sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman tatkala dia melihat fotonya bersama cerry masih tersimpan rapi di pigura kecil. Foto tahun demi tahun yang telah mereka lewati bersama.
Dibukanya sketchbook berukuran A4 yang berada diatas meja. Goresan goresan itu tegas membentuk suatu lukisan yang istimewa. Beberapa berisi doodle, fotonya sendiri dan wajah tokoh anime. Namun lebih banyak lukisan wajah seorang anak laki laki yang entah siapa, Pemilik gambar pun tidak tahu siapa identitas orang tersebut. Azka tak begitu heran dengan lukisan itu. Karena yang dia tahu, anak laki laki itu adalah malaikat berhati dingin yang menyelamatkan Cerry sebelum Azka mengenal gadis itu.
"Kamar lo nggak berubah ya, Cer. Masih sama kaya yang terahir kali gue kesini. Serba pink dan banyak action figur serta poster anime."
"Hmmm," jawab Cerry singkat. Merasa di abaikan Azka menoleh dan mendapati Cerry tengah tersenyum kearah Laptop merah jambunya lagi.
"Ini bocahh," lirih Azka. Ditutupnya Sketchbook. Diam merenung memikirkan bagaimana gadis itu menikmati liburannya dan meninggalkan zona nyamannya saat ini.
Azka duduk di bangku belajar Cerry. Ditatapnya meja belajar Cerry sekali lagi. Senyum tipis terpatri diwajah sawo matangnya.
"Cerr... ," Cuek tak ada jawaban.
"Cerriaa ... ," panggilnya sekali lagi."Ra? Sakura?" panggilnya dengan julukan kesayangan Cerry.
Namun gadis itu tidak bergeming. Matanya masih menatap pertarungan beberapa tokoh dengan sengitnya .
"Adista Cerryanna Hermawan," geram Azka menahan emosinya.
"Iya ada, gue denger kok," jawab Cerry tanpa menoleh kearahnya."Ka, Azka lo harus sabar, ngadepin nih bocil," gumanya pada diri sendiri.
"Temenin gue ke mall, yuk?" pinta Azka.
"Ngapain, mau cuci mata? Disini aja, lihat gue emangnya nggak cukup?" tanya Cerry mengelingkan matanya.
"Dih maunya lo itu mah. Ayo temenin gue cari buku. Sekalian lo beli sketchbook dan alat gambar lainnya. Kayaknya mau habis tuh," tunjuk Azka dengan dagunya.
Seketika Cerry memiringkan kepalanya seoalah berfikir . "Iya seh, tapi ntar aja deh. Masih ada beberapa halaman kok," jawabnya.
"Hmm, susah ya ngomong sama orang yang keras kelapa," guman Azka.
Sedetik kemudian Cerry berfikir. Kayaknya ada salah. "Kepala kali ahh, Jangan suka buat kosa kata sendiri deh," ucapnya menyadari kesalahan sahabatnya itu.
"Nah, iya kaya lo," jawab Azka ambigu.
Tak ada respon dari sang gadis. Azka beranjak dari kursi panas itu. "Ya udah deh. Gue sendiri aja. Ntar aku mau beli Eskrim di Mbak Dinda lah. Lama banget nggak makan eskrim racikan,Mbak Dinda," jurus terahir Azka.
Fokus Cerry langsung terpecah ketika mendengar kata eskrim. Otaknya langsung merespon dengan cepat ucapan Azka.
"Azka tunggu! Gue ikut, Tapi traktir eskrim ya?" cegah Cerry sebelum Azka benar benar beranjak pergi.
"Traktir mulu nih anak," sewot Azka "Iya iya, ya udah sono buruan mandi. Gue tunggu didepan ya!" lanjutnya melangkah keluar kamar.
"Ha'i. Wakata," jawab Cerry dengan semangat empat lima. Dengan segera Cerry mematikan laptopnya dan segera merampas handuk dibelakang pintu lalu berlari menuju kamar mandi didalam kamarnya.
Azka yang belum sepenuhnya beranjak tersenyum tipis mendengar suara langkah kaki Cerry dalam kamar. Rayuannya tidak pernah gagal sekalipun.
Dan sepertinya lo juga harus berterima kasih terhadap Mbak Dinda, Azka. Ingat dia yang membuat Cerry keluar dari nyamanya .
"Ehh iya . lo bener juga, Thor " ucapnya pada sendiri.
"Gue ngomong sama siapa seh. Hihhh serem pasti ketularan halunya Sakura kw nih," ucapnya bergidik ngeri. Melanjutkan langkahnya keruang depan.
"Lho Azka, kok udah keluar? Cerry ngusir kamu lagi ya?" sapa Bunda Rita dari dapur.
"Ehh, enggak Bun. Cerry lagi mandi jadinya aku keluar aja, Bun," jawab Azka.
"Ehh, tumben tuh bocil mau mandi jam segini?" tanya Bunda Rita melirik kearah jam dinding yang baru menunjukan pukul setengah sembilan pagi.
"Iya, Bun. Azka mau ajak Cerry ke mall boleh kan, Bun ? Biar Cerry nggak nonton anime terus," jelas Azka dengan santun.
"Nggak boleh!"
Terimakasih telah mampir :)
Udah di masukin ke tong sampah? :( Kuy sekarang ambil lagi, jangan lupa bawa pulang ya, wkwk.Salam, laos, kecur, kepal
Dandiadinda
KAMU SEDANG MEMBACA
S A K U R A
Teen FictionWarning!!! Harap follow sebelum membaca. "Heyy, nama lo siapa?" tanya seseorang kepada Cerry. Gadis itu menoleh dan mendapati seorang pemuda yang tampan. "Ohayou. Watashi wa no namae SAKURA desu," ucap gadis itu ceria dengan senyum khas pasta gigi i...