Go : Penjaga Genit

3 1 0
                                    

Cerry berlari dengan penuh semangat menuju pusat action figur anime di salah satu mall faforitnya, setelah sebelumnya menyerahkan barang belanjaannya kepada Azka seluruhnya.

Azka yang tiba-tiba menerima tas belanjaan Cerry terhuyung kebelakang. Menatap Cerry dengan kesal.

"Ceriaa!" panggil Azka dengan kesal. Cerry hanya menampikan puppy eyes non jutsu miliknya dan segera memasuki toko tanpa perduli dengan Azka yang tengah menjadi bahan tontonan karena kuwalahan membawa tas belanjaan Cerry.

"Ishhh, anak itu, untung aja gue baik. Kalo gue jadi tokoh antagonis udah gue sikat tuh bocil," guman Azka tak berhenti.

Azka yang dudah terlanjur menjadi pusat perhatian. Membuatnya tidak malu menggantungkan tas belanjaannnya di leher dan lengan kekarnya. "Bodo amat deh, jadi bahan tertawaan," ucapnya pada diri sendiri. Melangkah tenang mengikuti Cerry yang sudah meninggalkanya dari tadi.

Azka yang tidak mau menemani Cerry, memilih untuk pergi ke cafe sebelah toko setelah meminjam troly untuk menaruh seluruh belanjaan Cerry.  Di pesannya sebuah cappucino ukuran jumbo untuk menemani siangnya.

Sedangkan Cerry yang berada dalam toko sangat antusias melihat lihat action figur dengan model baru. Hampir satu jam Cerry hanya memilih action figur yang mau dibelinya. Tanpa gadis itu sadari, ada seseorang yang mendekati Cerry dengan hati hati.

"Neng mau beli apa?" tanya seorang pemuda dengan sragam toko yang sedari tadi sudah mengamati Cerry.

"Mau beli action figur," jawab Cerry sekenanya.

"Buat siapa?" tanya petugas itu tersenyum ramah. Karena jarang sekali anak perempuan pergi ke toko yang berisi action figur dan pernak pernik anime.

"Buat aku lah, masa ya buat Bunda,"

"Bundanya siapa?" tanyanya lagi setelah sebelumnya menyerit heran dengan ucapan gadis itu.

"Aku," jawab Cerry to do point.

"Bundanya aku juga bukan?" Merasa aneh, Cerry melirik  petugas itu dengan tatapan menyelidik.

"Enggak." Mendengar jawaban singkat dari Cerry, membuat pemuda itu berpura pura membenarkan posisi action figur Naruto.

"Emm, ya kirain bunda aku juga," godanya lagi.

"Enggak," jawab Cerry tanpa menoleh sedikitpun. Matanya masih terfokus dengan beberapa detail action figur yang di pegangnya.

"Emm, eneng kayaknya udah sering kesini ya?"

"Iya."

"Boleh minta tolong nggak ?"

"Apa?" tanya Cerry dengan polosnya.

"Jadiin Bunda kamu jadi Bundaku juga dong," pintanya tanpa dosa.

"Enggak mau," jawab Cerry cuek.
"Kan, Mas-nya, dah ada yang punya," lanjutnya.

"Tau dari mana?" tanya pemuda itu kepo tingkat dewa.

"Tuh cincin masih melingkar dijari," ucap Cerry menunjuk tangan pemuda itu dengan dagunya.

"Baru satu. Mau nambahin nggak?" tanyanya tanpa dosa.

"Enggak!" tegas Cerry.

"Kenapa?" tanyannya lagi.

"Idih masih nanya lagi, masa aku jadi yang kedua."

"Buat eneng mah selalu utama," gombalnya.

"Dihh ogahh," guman Cerry.

"Eneng emang udah punya ya?"

"Punya dong," jawabnya cuek.

"Siapa namanya?"

S A K U R ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang