Story by Afyantiii
Namanya Ameliza Putri. Meli terlahir dari keluarga yang serba berkecukupan. Tak jarang jika dia menjadi gadis yang selalu dimanja, bahkan di usianya yang sudah genap 18 tahun ini. Apalagi dengan situasinya sekarang tidak memiliki saudara kandung, maka besar kemungkinan semua kasih sayang terlimpah kepadanya.
Walaupun hidup dengan keluarga yang serba ada, dia tetap memilih untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat yang lebih tinggi. Dia berpikiran bahwasanya dia tak mungkin mengandalkan harta orangtuanya yang berlimpah. Memang benar semua harta mereka pasti akan jatuh ke tangannya. Lalu apakah dengan ijazah SMA saja? Tentu tidak semudah itu.
"Nak, coba kamu pikirkan baik-baik! Padang itu jauh banget dari Lampung. Di sini kan ada Universitas yang dekat. Ngapain kamu harus kuliah jauh-jauh?" ujar Mila, Mama Meli.
"Ma, aku ingin mandiri juga. Selama ini aku selalu dimanja. Semua keinginan aku terpenuhi. Aku ingin merasakan gimana sih hidup tanpa bantuan dari orangtua? Semua harus kita lakukan sendiri. Aku ingin gitu, Ma"
"Iya, tapi kan-"
"Sttt... udah, Ma. Keputusanku udah bulat. Emang Mama nggak mau liat aku mandiri? Kalo aku dimanjain terus, gimana nanti aku ngurus perusahaan? Nanti kalo perusahaan bangkrut gimana? Jadi orang miskin, jadi gembel. Mama mau?"
"Hush, mulutnya. Doa itu yang baik-baik. Jangan kek gitu. Kamu itu kalo dibilangin-"
"Udah ya, Ma. Pokoknya aku mau kuliah di Padang. TITIK." Lagi-lagi Meli menyela pembicaraan Mamanya. Maafkan aku, Ma. Aku nggak bermaksud. Hihi...
Setelah perdebatan itu Meli menangkan dengan keputusan sepihak, dia berlari menuju kamar tidurnya. Dia yakin, mau tidak mau, suka tidak suka, Mama akan mengizinkannya untuk kuliah di Kota Padang.
Beberapa minggu kemudian, Meli berangkat ke Kota Padang untuk melanjutkan pendidikan. Semua fasilitas di sana sudah diurus oleh orang kepercayaan Papanya. Jadi dia tinggal menerima hasil, tak perlu bersusah payah pulang pergi untuk mencari kost yang menurutnya cocok.
Mimpi yang telah lama Meli impikan sekarang telah di depan mata. Pilihan yang dia tentukan sendiri harus dijalani walaupun pahit yang dia dapati. Sekarang dia telah menghirup udara Kota Padang, walaupun suasananya tak beda jauh dari Kota Lampung. Namun, Meli bahagia menyambutnya. Kota yang akan menjadi bagian dari hidupnya dan akan menjadi saksi pahit manis kehidupannya di bangku perkuliahan.
Hari-hari Meli jalani dengan semangat dan tekad yang kuat. Mencoba hidup sederhana di posisi yang serba ada memanglah susah. Mengendalikan nafsu untuk berbelanja seadanya sangat sulit mengingat perhatian tersita pada barang-barang mewah. Tapi Meli mencoba hidup dengan meniru kehidupan dari temannya yang mempunyai perekonomian rendah yaitu Cika. Bahkan Meli menawarkan Cika untuk tinggal bersamanya agar dia mengetahui bagaimana kehidupan mereka yang berekonomi rendah.
I will always remember
The day you kissed my lips
Light as a feater
"Halo, Ma"
"Halo, Sayang. Gimana kabar kamu?Kamu sehat kan?"
"Iya Ma, aku sehat kok. Gimana sama Mama Papa?"
"Mama sama Papa sehat kok, Sayang. Gimana kuliah kamu? Lancar?"
"Lancar, Ma. Selama ini nggak ada kendala,"
"Udah makan? Oiya, lauknya apa?"
"Udah, Ma. Lauknya telur sama sayur bayam,"
"Aduh sayang, kamu itu nggak perlu terlalu irit. Mama sama Papa masih bisa biayain kamu kok. Seenggaknya kamu makan pake daging ayam atau ikan. Di rumah makan pastinya banyak tuh makanan yang enak-enak. Kenapa harus telur sih? Nanti-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nubar Tahun Baru
Short StoryCerpen karya keluarga besar komunitas CPBS mengenai Tahun Baru. Plan your future and reach your dream. May this new year will be your step to reach it.