Story by shiins_
"Pinka! Buruan ke sini! Awas ya kalau cuman numpang makan doang!"
Suara itu berasal dari benda persegi panjang yang berada di genggaman setelah aku menekan tombol berwarna hijau.
"Iya, iya! Tau, kok! Aku udah turun dari angkot," jawabku sembari terus berjalan. Telepon berakhir. Di ujung jalan, tempat kos Ley yang kutuju.
Kami bertiga—Aku, Ley dan Hani—akan merayakan tahun baru bersama. Keluarga Hani bukan keluarga yang sering merayakan tahun baru seperti ini. Kalau Ley, tinggal di kos yang jauh dari keluarga. Sedangkan Aku ... anak tunggal. Untunglah Mama yang biasanya overprotektif, mengizinkan pergi.
"Dateng juga ni orang!" seru Hani.
"Ye~~ rumah aku lebih jauh dari kamu, harus naik angkot dua kali! Makanya lama." Aku menjawab sembari masuk ke kamar Ley dan menyimpan barang bawaan.
"Iyain! Biar puas!" sembur Ley.
"Bagian kamu, Ka." Ley memberikan setumpuk jagung disusul Hani memberikan tusuk lidi.
"Shiap!" Aku tau apa yang harus dilakukan. Sedangkan Hani memotong sosis dan baso, Ley menusuk sosis dan baso yang sudah dipotong seperti sate. Tangan kami lanjut bekerja, kadang diselingi canda tawa. Ini akan jadi perayaan Tahun Baru yang meriah!
Malamnya, selepas sholat maghrib kami mulai mengoles sosis, bakso dan jagung dengan mentega dan saus. Bakar-bakar dimulai setelah sholat isya.
"Parah, sih! Ini banyak banget!" Aku sedikit terkejut, tidak menyangka makanannya akan sebanyak ini. "Jadi ragu bakal habis."
"Ka, kamu lupa? Ada Hani, semua habis!!" sahut Ley tak berdosa.
"Enak aja! Tapi bener, sih!" Tawa kembali menghiasi langit malam.
Karpet di gelar di halaman kos, makanan sudah di bakar semua. Meskipun sedikit berkurang karena dicomot duluan. Maklum, perut gak bisa menunggu lebih lama. Untunglah penghuni kos lain pulang ke rumah masing-masing dan pemilik kos berbaik hati membiarkan kami membuat keributan. Empat jam lagi, tepat tanggal 1 Januari, genap sudah umur persahabatan kami, empat tahun. Sejak SMP kelas satu, kami selalu bertiga. Aku selalu bersyukur bertemu mereka juga bersyukur persahabatan kami tidak renggang meski sudah berbeda sekolah. Memang kelakuan mereka kadang malu-maluin, gak masuk ke otak. Namun, mereka juga yang memberikan warna-warna baru dalam kanvas kehidupanku. Mungkin, orang lain menghabiskan tahun baru dengan pacar tapi percayalah bersama sahabat jauh lebih menyenangkan. Baik, itu 30% hanya alasan karena kami bertiga ... oke, tak perlu dijelaskan.
"Tahun ini cepet banget, ya. Besok kita gak bisa main-main lagi," ucap Hani lalu mengunyah sosis.
"Hem." Ley mengangguk. "Kelas 12 semakin deket."
"Apa yang mau kalian capai di tahun 2021? atau harapan? atau target?" tanyaku setelah beberapa detik hening.
"Kesibukan ... tidak membuat kita lost contact." Ley menjawab duluan, "Masih melihat, bertemu dan melakukan banyak hal menyenangkan bersama kalian. Belajar bersama, menggapai mimpi bersama."
"Ranking satu." Ah, ya, Hani memang sedikit ambisius, cita-citanya mengharuskan menjadi terbaik dalam akademik. "Tapi, yang paling kuharapkan adalah bisa melakukan hal seperti ini lagi bersama kalian."
"Licik," sahutku. "Semua harapan aku disebutin sama kalian."
Hening beberapa saat.
"Waw, beneran keren, Han. Habis dong!" Aku menunjuk piring-piring yang kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nubar Tahun Baru
Short StoryCerpen karya keluarga besar komunitas CPBS mengenai Tahun Baru. Plan your future and reach your dream. May this new year will be your step to reach it.