Peri Tahun Baru by Idoh Munawaroh

26 12 0
                                    

Story by TwelveGrey

Langit malam di desa terlihat cerah dengan kembang api yang warga nyalakan untuk merayakan pergantian tahun. Aku bersama keluarga berlibur ke rumah kakek nenekku di desa. Nggak hanya ada keluargaku saja, ada keluarga pamanku juga. Saat tengah tidur dan melamun di kursi santai di halaman belakang, Ali --anak kedua pamanku yang berumur 8 tahun-- berlari dari dalam rumah.

"Bang Vino!" panggilnya dengan wajah riang dan suara khasnya yang cempreng "nyalain petasan yu!"

"Kata Bang Ando, kalau mau main petasan sama Bang Vino aja," katanya. Ando adalah kakaknya Ali, dia berumur 16 tahun, selisih 2 tahun denganku. Berarti usiaku 18 tahun sekarang dan aku kelas 3 SMA. Hah, hidup itu singkat.

Aku pun mengambil keresek hitam di bawah kursi. Mengambil petasan yang ujungnya dari besi dan ujung satunya jika dinyalakan akan mengeluarkan spark atau percikan api kecil. Petasan itu emang aku siapkan buat Ali. Dengan memanasi ujung petasan dengan korek, petasan di tangan Ali pun memercikan api kecil. Ali berteriak kegirangan melihatnya.

"Lagi!" pintanya.

Wajahnya bahagia banget, bakal tambah bahagia kalau main sama teman sebaya dengannya, bayangku. Jadi kanget sama temen-temen di kota. Mereka lagi apa ya? Apa mereka lagi seneng-seneng? Mereka baik-baik aja kan? Kalau bisa, aku ingin banget punya pintu ke mana saja milik doraemon. Biar kangen sama orang tuh tidak perlu lewat ponsel atau capek-capek pake kendaraan, tinggal buka pintu bayangin mau ke mana cklek kita pun sampe. Tetapi kalau dipikir-pikir, di dunia ini tidak ada sesuatu yang bisa kita dapetin dengan mudah, semua butuh perjuangan. Setelah menyiapkan petasan kembang api yang sebelumnya dibawa Ali buat dinyalain, Ando keluar dari rumah dengan headphone terpasang.

"Udah selesai karantinanya, Do?" sindirku dengan sengaja. Nih anak beda banget sama adeknya. Sifat mereka itu bertolak belakangan pokoknya.

"Udah dong. Gimana kabar kamu, Bang? Udah tidak ... sakit lagi kan ...," ujarnya dengan mata memicing dan senyum sinis. "... Sakit jiwanya?" lanjutnya. Satu yang sama di antara Ando sama Ali, mereka itu selalu bikin aku sebel. Gimana ngggak, si kakak dengan mulut pedasnya dan si adik dengan tingkah lakunya.

"Kurang asem," umpatku mencoba halus.

Langit terlihat semangat dengan gemuruh kembang api yang meledah di angkasa, tandanya waktu telah menunjukan pukul 12.00. Aku pun mulai menyulutkan api pada petasan.

Ngiiikkk

Duarrrr

Ledakan di langit memperlihatkan percikan api kecil berbentuk bunga lalu menghilang. Tetapi, ada percikannya yang tidak menghilang dan mulai jatuh. Tunggu, itu ....

Jatuh tepat di dahiku. Rasanya tidak panas seperti percikan api yang langsung hilang.

"Selamat tahun baru, dunia," lirih sebuah suara.

"Kenapa, Bang? Dingin?" tanya Ando yang kayaknya lihat aku yang lagi gosok-gosok tangan bagian atas.

"Ah, iya kali," ucapku tersadarkan. "Udah ya, Abang bobok ganteng dulu. Bay," ucapku dengan dua tangan menangkup di samping kepala miring sambil berlalu.

Lalu ada sebuah cahaya kecil terbang di depanku, seperti cahaya kunang-kunang yang sering aku lihat di film kartun. Aku pun berhenti untuk melihatnya.

"Hello." Sebuah suara menyapa entah dari mana. Cahaya kunang-kunang --menurutku-- mulai berubah bentuk lebih besar dan menjadi manusia kecil, dengan telinga runcing, rambut warna-warni pelangi, baju kecil selutut, dan tak lupa sepasang sayap transparan kecil di punggung.

Nubar Tahun BaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang