Abgelehnt

177 45 1
                                    


Sebelum itu ada yang masih nungguin cerita ini gak sih?

Lama banget gak update ceritaku yang ini karena terlalu fokus dengan FF "Life"

Mungkin udah banyak yang lupa sama alir ceritanya, oleh karena itu disarankan baca lagi dari chapter 1 🤓

Fiksi ini jauh dari kata baik, jadi mohon koreksinya ya kalo ada kata rancu, atau alur yang gk kalian mengerti, dsb.

Happy reading~




∞∞∞∞∞Roter Faden∞∞∞∞∞
.
.
.
.
.
.


Dalam melakukan permainan Jihyo adalah yang terbaik dari semua member Twice lainnya. mulai dari jengga, baduk, wishper game, mafia game semua yang dia dan member lain lakukan kebanyakan Jihyo yang selalu keluar sebagai pemenang, saat sebuah permainan akan dilakukan Jihyo akan menjadi yang paling bersemangat di antara member lain, kemenangan yang acap kali diraihnya membuat Jihyo menyukai semua jenis permainan.

Namun kini jiwa kompetitif Park Jihyo menghantarkannya duduk sopan pada sofa ruangan sang 'Nation Choding'

Jemarinya bergerak gelisah, hembusan nafas dalam acap kali keluar dari mulutnya sebagai usaha untuk menenangkan diri.

Bibir matanya kembali melirik tajam presensi sang adam yang malah menyungging senyum lebar penuh kemenangan.

''Hwang Minhyun sialan!''

Jihyo menyesal harusnya dia memilih jengga agar dia dapat memanipulasi dengan mudah, toh secara fisik yang benar-benar bermain hanya dirinya.
Sial Jihyo tertipu dengan egonya sendiri hingga menyetujui tantang Hwang untuk tanding baduk.

Suara langkah kaki terlapis sandal selop membuat Jihyo kembali bersidekap, menatap sang tuan rumah dengan wibawanya menghidangkan teh hangat di meja, kemudian mendudukan tubuh tepat di hadapan Jihyo.

''Jadi ada urusan apa kemari?'' Tanya Daniel dengan punggung bersender nyaman pada sofa mewahnya.

Jihyo menelan ludah, bibirnya terlipat kedalam, berusaha merancang kembali kalimat yang sudah dia siapkan.

''emm.. Sebelumnya ma'af karena mengujungi rumahmu secara mendadak seperti ini-''

''-Dan, mengacaukan schedule mu''

Daniel mengangguk kecil.

''Tak apa, aku memang cukup sibuk''

Minhyun menggulir kepala dengan cepat, menatap tak percaya pada sahabat yang tak mampu melihatnya.

Jihyo tertawa kecil, tangannya menggaruk asal, jawaban si lawan bicara membuatnya tertohok.

''Aku sungguh minta maaf untuk itu''

Jihyo menarik sudut bibir terpaksa, mencoba mengabaikan aliran darah yang mulai menghangat.

''Jadi...''

Jihyo bergumam panjang, klausa yang sudah terancang sempurna sedari kemarin telah tersapu bersih, membuatnya tak tahu kalimat apa yang seharusnya terucap pada pemuda yang masih menunggu maksud kedatangannya ke rumah mewah ini.

Terpampang dengan jelas raut jenuh Daniel membuat Jihyo kian tak berkutik.

Minhyun yang mengamati sedari tadi mulai mendengus kesal, dia tak menyangka jika sahabatnya memiliki sisi menyebalkan seperti ini.

''Itu....''

''Maksud kedatanganku kemari....''

''Cepatlah Jihyo, waktuku tak hanya untuk menjamu mu saja''

Minhyun mendengus kesal, melihat sang gadis direndahkan samar seperti ini membuat hatinya bebal.

''Ah. Ma-maafkan aku, sebenarnya---''

''Ayo pulang!''

Jihyo segera memutar kepala menatap heran sang adam yang membersamainya.

Tanpa berucap lebih Minhyun segera pergi dan
menghilang, membuat Jihyo semakin kebingungan dengan situasi ini.

∞∞∞∞∞Roter Faden∞∞∞∞∞
.
.
.
.
.
.

Jihyo mengendarai mobilnya dengan pelan, setelah pamit dari rumah Daniel dengan awkward otaknya kosong melompong, dia bahkan tak mengucapkan sepatah katapun sedari tadi.

''Kenapa Daniel bersikap seperti itu padamu?''

Suara Minhyun membuyarkan lamunannya, membuat Jihyo menggulirkan kepala menatap Minhyun singkat.

Jihyo terdiam, otaknya kembali berputar, mencari kalimat tercocok yang sekiranya pas dengan pertanyaan roh disampingnya.

''Aku... menolaknya, bulan kemarin.''

Terlihat lebih seperti gumaman, jawaban itu berhasil membuat Minhyun membelalak tak percaya.

''Dia menyatakan cinta padamu?!''

Untuk sesaat telinga Jihyo berdenging akibat suara nyaring yang hanya mampu didengarnya itu.

Tengkoraknya kemudian bergerak naik turun, menjawab pertanyaan berintonasi tinggi yang membuat bulu kuduknya sedikit berdiri.

''Heol''

Sebelah lengan Minhyun tanpa sadar bergerak menutup bibir yang sedikit menganga, fakta baru ini tak pernah Minhyun sangka.

Jihyo mendesisi pahit, raut Minhyun terlihat mengoloknya.

Minhyun kembali meluruskan tubuh obsediannya menerawang melihat lalu lalang mobil yang melaju ke singgahan masing-masing , pantas Daniel bersikap seperti itu pada Jihyo, pemuda itu merasa direndahkan karena perasaannya tak terbalas, Minhyun cukup tahu seberapa tinggi harga diri seorang Kang Daniel.

Hatinya terasa mengganjal, mengingat betapa kukuhnya dia menyarankan ide gila membuat Jihyo harus terkena imbas dari keras kepalanya. Minhyun merasa amat bersalah, tanpa sengaja dirinya menuntun Jihyo pada situasi buruk seperti tadi.

''Ma'af''

Suara lirih itu membuat Jihyo tersenyum kecil.

''Tak ada yang perlu meminta ma'af''












668 words

Roter Faden : Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang