Vertrauen

208 53 4
                                    

Jihyo berjalan di lobi apartemen dengan mengangkat satu dus berukuran cukub besar pada kedua tangannya, membuat penglihatan Jihyo terhalang dan otomatis memiringkan kepalanya ke samping kanan untuk melihat jalan.

''Mau kubantu?'' Sapa suara baritone didepannya, dan detik kemudian beban di tangan Jihyo menghilang berpindah pada pria jangkung yang sudah berjalan didepannya. Jihyo terlonjat saat presensi Jungkook telah dilihat sempurna, diapun sedikit berlari untuk menyamai langkah lembar Jungkook.

''Ka-kau tak perlu repot. Biar aku saja'' Seru Jihyo merasa tak enak, tangannya berusaha mengambil alih kotak dus namun dengan cepat Jungkook mengelak.

''Kau tak perlu sungkan, lagipula waktuku sedang luang'' sanggah Jungkook yang membuat Jihyo terdiam, diapun memilih menerima bantuan Jungkook lagipula dirinya cukup kewalahan menagngkat kotak dus berisi bahan makanan yang ibunya kirimkan itu.



Jihyo sedikit berlari saat pintu apartemennya berjarak 2 meter, kemudian menekan digit pin dan mempersilahkan Jungkook untuk masuk.







Jungkook telah duduk di sofa ruang tengah apartemen Jihyo, tubuhnya tegap sempurna dengan kedua tangan diletak sejajar pada lutut sembari sesekali mengelusnya. Jungkook terkikuk, maniknya terus mengedar menelusuri suasana ruag tamu Jihyo yang menurutnya nyaman. Niatannya setelah meletakkan barang sang gadis dia akan langsung pulang namun ajakan Jihyo untuk mencicipi masakan ibunya membuat Jungkook tak bisa menolak.

Sesekali Jungkook berdeham, untuk mengurangi rasa gugupnya karena memasuki rumah Jihyo dan tinggal berdua saja dengan si pemilik rumah. Entahlah Jungkook tak mengerti kenapa dia bisa segugup ini.

''Silahkan dimakan. Maaf masakan ibuku hanya makanan sederhana'' Ujar Jihyo dengan membawa makanan berisi semangkuk kalguksu hangat, bibimbap, sepiring kimchi dan dua mangkuk nasi. Kemudian meletakannya pada meja tepat di hadapan Jungkook.

Jungkook kembali berdeham, dirinya sedikit terlonjat atas kedatangan Jihyo yang tiba-tiba. Dan seulas senyum kikukpun tercipta, membalas lengkungan indah gadis yang duduk lesehan bersiap memakan hidangan yang tadi disusunnya.

''Makanan rumahan adalah yang terbaik'' Jawab Jungkook kemudian mengambil posisi sama dengan Jihyo. Merekapun mulai menyantap makanan masing-masing.


''Masakan ibumu enak'' Ujar Jungkook memecah keheningan.

''Benarkah? Menurutku kuah kalguksunya sedikit keasinan''

Uhuk! Jungkook tersedak makanannya, dirinya tak menyangka Jihyo akan berkata jujur, awalnya dia hanya ingin meleburkan suasana yang dianggap canggung.

''Minumlah'' ujar Jihyo memberikan segelas air putih pada Jungkook. Jungkook menurut, sedikit nyaman mendengar suara Jihyo yang melantun indah.







''Sudah kubilang biar aku saja'' Ujar Jihyo merasa tak enak karena membiarkan Jungkook membersihkan bekas makan mereka.

''Tenanglah, aku sering melakukan ini di dorm dulu'' Santai Jungkook, tangannya terus membasuh piring dan mangkuk setelah sebelumnya dia bersihakn dengan sabun. Dan Jihyo menyusun piring dan mangkuk basah pada rak kecil.

''Bukan itu maksudku'' cuap Jihyo dengan raut melas, membuat Jungkook sedikit menyunggingkan senyum samar merasa gemas dengan raut gadis di sampingnya.

''Ibumu sering mengirimkan makanan?'' tanya Jungkook mengalihkan pembicaraan.

''em. Beliau sering mengirimkan makanan setiap bulan, lihatlah makanan sebanyak itu!. bagaimanan aku menghabiskannya seorang diri sekarang?''

Jungkook kembali tersenyum samar, bibirnya seolah tak lelah menyunggingkan lengkungan indah setiap bersama Jihyo. Sedangkan tangannya masih membilas piring meski sisa sabun sudah tak terlihat disana.

Roter Faden : Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang