Magisch

224 44 9
                                    

∞∞∞∞∞Roter Faden∞∞∞∞∞
.
.
.
.
.
.

Sepanjang hidupnya hingga titik ini Jungkook menganggap semua hal yang dia terima adalah timbal balik dari kerja kerasnya, tak pernah sekalipun dia menganggap semua karena kebetulan atau keajaiban semata, karena perjuangannya maka dia mendapatkan hasil dari usahanya itu sendiri, begitu fikirnya.

Namun kali ini keajaiban seakan terus diterimanya, membuat pria Jeon bingung apakah ini sebuah kenyataan atau hanya seonggok fatamorgana, namun berlebihan jika dia menganggap ini tak nyata karena sesungguhnya semua yang Jungkook alami diatas alam sadarnya.

Tak pernah dia bayangkan hubungannya dengan sang gadis akan berlangsung sedekat ini, semua yang terjadi di antara mereka berawal dari kebetulan, kebetulan mereka bertetangga, kebetulan Jungkook menemukannya di bilik toilet, kebetulan dia terpeleset dan...

Jungkook menggeleng cepat, apa yang baru saja dia fikirkan?

Yang pasti Jungkook sangat berterimakasih pada Tuhan karena sudah menciptakan kebetulan itu hingga dirinya dapat duduk bercanda ria bersama sang gadis dan teman-teman mereka.

Menikmati potongan barbeqyu bersama sebotol cola penyempurna suasana, melihat tawa riang Jihyo sedekat ini membuat hatinya menghangat, banyak hal yang telah Jungkook ketahui mengenai sang gadis, misalnya, Jungkook tahu jika Jihyo pernah memarahi guru vocalnya sendiri karena tak hadir seminggu penuh, Jihyo pernah membolos sekolah demi menginguti pameran buku karya Edgar Allan Poe di Lotte mall saat musim gugur 5 tahun lalu, sedikit tak menyangka jika sang gadis ternyata penikmat novel misteri, dan lagi fakta yang baru ini berhasil membuatnya terdiam.

''Kau ingat itu, Jihyo?'' Ucap Nayeon di sela gelak tawanya.

Jihyo menghela nafas kasar, biarlah mereka membuka semua masa lalunya yang memalukan di perayaan kepindahannya ini.

''Aku bahkan tak pernah melupakannya hingga saat ini. Kau tiba-tiba memegang tangan Jinyoung saat keluar dari ruang latihan dance lalu tanpa basa-basi bilang 'Jinyoung oppa, aku mencintaimu menikahlah denganku'. ''

Tawa di ruangan itu kian nyaring, saat dengan lucunya Jeongyeon menggambarkan pengakuan cinta Jihyo.

''Dan kau tahu bagian terlucunya? Kau mengatakan itu saat usiamu 11 tahun Jihyo!'' timpal Nayeon.

Semuanya tergelak, bahkan Taehyung yang ikut bergabungpun sudah memegang perutnya yang mulai sakit karena terlalu banyak tertawa.

Berbeda dengan rekan satu grup yang diam tak berekspresi, memilih menegak habis cola digenggaman, percakapan yang ini tak membuatnya ingin tertawa sedikitpun.

''Kau juga bilang 'Oppa pekerjaan kita kedepannya mungkin akan memudahkan oppa bertemu dengan gadis lain yang jauh lebih cantik dariku, aku tak keberatan oppa berpacaran dengan salah – satu diantara mereka, tapi ibuku pernah bilang pada bibi Jiwon kalau pacaran memang boleh dengan siapa saja tapi untuk menikah kita harus memilih dengan bijaksana, jadi oppa harus berfikir pintar untuk memutuskan itu, dan pilihan terbaik adalah dengan menikahiku'. ''

Jungkook meletakkan gelas kasar, menuangkan kembali minuman pada gelas dan kembali meminumnya sekali teguk, seolah air mineral tanpa rasa.

Bisakah mereka berhenti membahas ini? Sungguh kupingnya sudah terbakar sedari tadi.

''Kau benar – benar mengatakan itu Jihyo?'' Tanya Taehyung di iringi tawa khasnya, magamnya bahkan sudah mulai berari karena terus tergelak.

Jihyo berdeham malas sebagai jawaban.

Roter Faden : Benang MerahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang