Senyum Nana nampak mengembang, sesekali bersorak menyemangati sang kakak—samuel yang sedang latihan bola basket di Gor dekat sekolah.
Nana suka bola basket, bahkan ia suka dengan segala jenis olahraga. Tapi sayang, semua nya hanya bisa menjadi harap tanpa bisa di wujudkan. Nana tau diri, tubuhnya tak sesehat kakaknya.
Tak terasa waktu latihan kakaknya sudah selesai, Sam berjalan menuju tempat Nana duduk dengan keringat mengucur.
Nana menyerahkan handuk dan air mineral untuk Sam, kakaknya itu meneguk setengahnya kemudian sisanya ia guyurkan ke atas kepala nya. Seketika suara pekikan para gadis terdengar, dasar Sam selalu saja membuat anak gadis orang baper.
"Kak, lap dulu itu keringet" kata Nana.
Sam tersenyum, mengacak rambut Nana—setelahnya ia melap keringat dan sisa air yang ia guyur di atas kepala nya tadi.
"Emm, kak" panggil Nana pada Sam.
Sam menaikkan alisnya, seolah bertanya 'ada apa', Nana nampak ragu mengutarakan keinginan nya.
"Ada apa Na?" Karena tak kunjung mendapat jawaban dari Nana, berakhirlah tiga kata itu meluncur.
"Eung, Nana boleh main basket sebentar kak?" Tanya nya dengan wajah menunduk, sedikit ragu dan pasti tak akan mendapat izin dari kakaknya itu.
Sam nampak sekali berpikir, sejujurnya ia juga tak ingin menolak keinginan Nana itu. Tapi setelahnya, Sam mengangguk "boleh, asal bareng kakak"
Nana mendongakkan kepalanya yg tadi menunduk, bola matanya membola tak percaya mendapat izin dari kakaknya. Senyum Nana merekah, ia berdiri dan memeluk Sam.
Sam mengacak rambut Nana, dan mereka berdua memulai bermain 'dengan nana'. Suatu hal yang jarang ia lakukan.
Nana mendribel bola basket itu, dengan senyuman yang tak pernah luntur sedikitpun. Sam merebut bola dari Nana, aksi saling drible dan rebut itu berakhir setelah Nana mengeluh lelah.
Berakhirlah mereka duduk di tengah lapangan outdoor gor yang lumayan panas itu.
"Capek ya, Na?" Tanya Sam, bisa di lihat baju mereka berdua sudah basah dengan keringat.
Nana mengangguk, masih mengatur nafasnya.
"Kak, pulang yuk" ajak Nana, tubuhnya lengket. Bahkan dada nya terasa nyeri sedikit padahal cuma di ajak main sebentar, tubuhnya keseringan di manja.
"Yaudah, ayok" Sam bangkit, menepuk pantat berdebu nya dan mengulurkan tangannya untuk membantu Nana bangun.
"Gendong, Nana capek" cicit Nana, bahkan tangan sudah ia rentangkan.
Sam kembali berjongkok, agar memudahkan Nana untuk naik. Mereka berdua berjalan menuju parkiran gor—tempat Samuel menaruh mobilnya.
"Capek banget Na?"
Nana mengeratkan tangan nya di leher sam, meletakkan kepalanya di pundak sang kakaknya.
"Heum, capek kak. Ngantuk juga" jawabnya
"Yaudah tidur aja, nanti kakak bangunin kalo sampe rumah"
Nana tak menjawab lagi, ia malah sibuk menyamankan posisi di gendongan kakaknya.
......
Setelah sampai dirumah Sam memarkirkan mobilnya, ia beralih pada kursi penumpang—Nana masih tertidur. Sam menggendong tubuh kurus Nana ke dalam rumah.
"Nana kenapa kak?" Mama buru-buru mendekat, setelah melihat anak bungsu nya di gendongan Sam.
"Tidur dia Ma" Jesicca nampak bernafas lega, mendengar jawaban Sam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Brother: Gamaliel
Novela Juvenil"Mama, adek gak mau ya satu sekolah sama kakak!" -Nafindra rein Gamaliel "Lebay Lo dek, kaya yang bisa jauh aja dari kakak" -Samuel daniend Gamaliel "Yah, telat dek. Mama udah daftarin adek di sekolahan kakak" kata Jesicca "Pfft, mampus" ejek Sam ...