10.

2.4K 202 12
                                    


"Perut siapa yang seperti cilok heum?"

Sepasang kakak beradik itu menoleh, bisa mereka lihat sang papa melangkah menuju tempat mereka.

Masih dengan setelan kantor minus jas yang sudah ia lepas dan tanggalkan di sofa ruang keluarga. Damian mengedarkan pandangan nya mencari kedua anaknya, namun telinga nya samar-samar mendengar suara ribut di arah ruang makan. Seketika senyum nya terbit, meninggalkan lubang di pipi. Kedua anaknya sedang berdebat, tapi tidak serius dan jatuhnya lucu.

"Jadi siapa yang seperti cilok?" Tanya ulang sang papa

"Tuh perut Nana bulat seperti cilok" celetuk Sam, yang membuat Damian tertawa

Si bungsu merengut, tidak terima di bilang seperti cilok. "Nggak ya!" Kesalnya

Semua tergelak, terutama Sam. Dia suka sekali kalau urusan menjahili sang adik.
Papa mendekat, mengambil tempat di samping si bungsu yang sedang kesal sembari menggiti potongan wortel yang tersisa di piringnya.
Tangan papa, seketika menangkup pipi bulat Nana dengan ekspresi yang—ah, mirip om-om pedofil membuat Nana seketika bergidik ngeri.

"Iya bener kaya cilok kok" ujar papa sekena nya.

"IH PWAPAAAA!" teriaknya, pas di depan muka sang papa dengan hujan badai sebagai pelengkap, u know kan bestie?

"NANA SELESAI" Lanjutnya, kemudian berjalan dengan kaki di hentakkan menunjukkan kekesalan nya.

Mama mendelik di tempat, menyorot tajam si sulung dan suami nya. Gak bisa banget apa liat anak makan anteng, jadi pundung kan.

"Papa nanti malem tidur di luar" ujar mama, muka nya gak bersahabat banget kalo kata Samuel. Serem

"Sam—

Seketika Samuel melotot, menyesali perbuatan menjahili sang adik.

"Mama sita motor kamu" bahu nya meluruh, dan menghela nafas pasrah.

"Ma, jangan gi—"

"Papa protes, mama pastiin gak akan ada malam Jum'at" potongnya.

Bukan apa, mama memang sudah berniat melarang Samuel membawa motor dan mungkin dengan kejadian si bungsu ngambek dia jadi punya alasan yang masuk akal. Sebenernya, Jessica merupakan seorang ibu dengan tingkat kekhawatiran yang tinggi.
Ia hanya ingin yang terbaik untuk anak, dan keluarga nya. Terutama si bungsu yang memang harus di perhatikan ekstra. Tapi tidak menutup mata pada si sulung, Jesicca selalu was-was setiap kali Samuel berkegiatan sampai pulang larut mengendarai motor.

Perasaan takut selalu membayangi nya, maka disaat malam dimana Samuel belum juga pulang, Jessica dengan perasaan gelisah berdiri mondar-mandir dengan tangan saling meremas. Mata nya melirik pintu, yang sekira nya terbuka dan menampakan putra sulung nya pulang dengan keadaan baik.

Lalu mendesah lega, ketika Samuel pulang dengan senyuman yang menyipit kala melihat Jessica menunggu nya pulang.

Sesayang itu mama pada kedua anak lelaki nya.


...

Setelah drama tadi, agak nya mama di buat cemas. Karena si bungsu hingga kini belum menampakan batang hidungnya. Jadi mama, menghampiri kamar Nana dan mengetuk nya pelan.

Namun, setelah mengetuk lama tidak ada tanda-tanda pintu akan segera di buka. Dengan panik mama bergegas pergi ke kamar nya, mencari sang suami atau setidaknya mengambil kunci cadangan kamar si bungsu.

Papa yang sedang menyelesaikan berkas kantor seketika terhenti, melihat sang istri bergerak panik membuka setiap laci yang ada. Maka dari itu papa memegang bahu mama, dan membalikan badan nya hingga bertatapan "calm down, babe. What's wrong?" Tanya papa, melihat manik kembar sang istri yang berkaca.

"Kunci pa, kamar Nana di kunci. Mama takut" jawabnya tersenggal, menahan gejolak cemas dan ingin menangis

Dan setelah nya papa terkejut, kemudian mengambil kunci cadangan di laci yang belum istinya buka—disana kunci cadangan kamar putera nya berada.
Maka dengan langkah lebar, dan wajah cemas ia bergegas ke kamar si bungsu.
Memasukkan setiap kunci yang sekira nya cocok, dan mendesah lega ketika pintu terbuka.

Nyata nya si bungsu sedang menyelami dunia mimpi, dengan selimut hangat melilit tubuh kurusnya. Dan jangan lupakan, earphone yang berada di telinga nya.
Wajah mama yang tadi panik, seketika tenang. Membawa langkah nya mendekat ke ranjang si bungsu, kemudian ikut berbaring disana mendekap nya yang mana membuat sang anak menggeliat.

Nana yang merasa terganggu, menyipitkan matanya, "eung, mama? Kok disini" tanya nya polos.

Dengan pelan mama mencubit pipi berisi anaknya, "Nana nakal, lain kali jangan kunci pintu"

Nana masih diam di tempat, emang tadi ngunci pintu ya? Perasaan enggak deh. "Emang siapa yang ngunci ma?" Tanya nya, mama yang gemas semakin mengeratkan pelukan nya. Dan papa yang sedari tadi melihat pun ikut bergabung, menjadikan Nana berada di tengah mereka.

"Kakak juga butuh cuddle" ketiga nya melirik sumber suara, disana ada si sulung berdiri di depan pintu dengan wajah bantal meringsek masuk di antara mereka.

Semoga masih ada banyak lagi malam-malam hangat seperti ini.






The day does not pass quickly, there is still a story that must be continued.

The Brother: GamalielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang