—Happy readings—
Hari ini kondisi Nana sudah membaik, meskipun mukanya masih pucat tapi senyum anak itu terus mengembang pagi ini.
"Dek, makan dulu" jesicca mendaratkan bokongnya di samping tempat duduk Nana sembari memegang semangkuk bubur dengan ayam suwir dan topping sayur brokoli untuk Nana.
Nana menggeleng, menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan nya.
"Makan dulu sayang, ayo buka mulutnya aaa"
"Nana gamau mama" tolaknya sembari mencebikkan bibirnya
Jesicca menghela nafas pelan, anaknya ini susah sekali di suruh makan.
"Sedikit aja nak, biar nanti ada isi buat minum obatnya""Nana makan yang lain aja, gamau itu"
Untuk kesekian kalinya Jesicca menghela nafas, "yaudah Nana mau makan apa? Nanti mama buatkan"
"Mie goreng" serunya dengan mata yang berbinar.
"Enggak enggak! Itu gak sehat"
Binar anak itu meredup seusai mendengar penolakan dari sang mama, bahu yang tadi tegap meluruh kesandaran sofa, bibir nya mengerucut dengan tangan dilipat di depan dada. Kenapa mau makan mie sekali aja gak pernah kesampaian, padahal dia tak setiap hari memintanya.
Tak tega rasanya Jesicca melihat wajah anaknya lesu seperti itu, tapi bagaimana lagi itu semua demi kebaikan nya.
Dari kecil makanan Nana itu harus ekstra di jaga, Nana tak pernah sekalipun makan mie atau apapun yang bersifat instan. Itu tidak diperbolehkan.
"Yang lain aja ya na, jangan mie itu gabaik sayang" ujar Jesicca memberi pengertian pada bungsunya ini.
Nana diam, selera makan yang memang tak ada semakin hilang entah kemana. Ia malah menidurkan kepalanya di paha mamanya kemudian memeluknya menyembunyikan wajahnya.
Nana rasanya ingin menangis saja saat ini itu tak di perbolehkan, bukannya ia tak sadar akan kondisi badannya hanya saja——ia ingin, dan merasakan enaknya bumbu dalam mie instan itu.
Salahkan saja iklan mi yang tadi lewat, Nana semakin menduselkan kepalanya di perut sang mama, air mata nya keluar begitu saja saat mengingat kembali iklan mi, mungkin Nana ditakdirkan hanya boleh mencicipi makanan itu melalui virtual saja.
Jesicca mengelus surai Nana dengan lembut, terkadang ia ingin egois pada Tuhan agar sakit Nana di pindahkan padanya saja. Saat seperti inilah yang menjadi tantangan baginya, Nana merajuk dan itu akan susah sekali membalikan mood anaknya itu.
"Na"
Nana sama sekali tak menghiraukan panggilan mamanya. Ia masih meratapi keinginannya memakan makanan panjang itu.
"Yaudah Nana boleh makan mi kali ini— Nana mendongak, kemudian mendudukkan dirinya —tapi bagi dua sama mama dan selanjutnya jangan minta lagi oke? Nana gak boleh banyak-banyak makan mi"
Nana mengangguk antusias, "eum, oke ma" tak apalah bagi dua dengan sang mama asal ia bisa mencicipi rasa mi itu.
"Yaudah Nana tunggu disini, mama buatkan dulu ya"
"Eum, jangan lama ya ma"
"Iya sayang"
Jesicca beranjak menuju dapur, membuat mi dengan toping sayur dan sosis mungkin akan lebih menyehatkan menurutnya.
Nana kembali fokus dengan tv nya. Akhirnya misi merajuknya berhasil juga.
Senyum nya mengembang, dengan gigi depan yang sedikit nampak. Ah kiyowo"Syalalalalalala shung dunk druruururrtutuututung tung tung hehe" senandung nya sembari terus memamerkan senyum manisnya. Ah mood nya naik.
Nana itu memang ajaib, dia dan tingkah absurd nya tak bisa di pisahkan. Tawa dan senyuman nya bisa menjadi moodboster untuk orang-orang di sekitarnya.
Hingga menit berganti menit, akhirnya mi goreng dengan bau harum itu sudah tersedia di hadapan nya. Setengah porsi dari satu bungkus, tak masalah selagi ia bisa mencicipi nya.
Nana menyuapkan mie nya, mengecap nya sesekali. Seketika matanya membulat lucu merasakan gurih bumbu bercampur kecap itu.
Ini enak sungguh, tapi sayang Nana tak bisa memakan nya sesering mungkin."Ma, mau lagi" katanya setelah mi dipiring itu telah habis.
"Nggak, mama kan udah bilang sekali ini aja makan mi. Sekarang Nana istirahat ya"
"Gak mau ma, nana mau nunggu papa sama kakak pulang dulu"
Memang hari ini Nana tidak di perbolehkan sekolah, Karena demam nya baru mendingan tadi pagi. Jadilah Sam berangkat sekolah tanpa si adiknya itu.
"Papa pulang telat dek, kakak juga katanya mau kerja kelompok dulu. Mending sekarang Nana istirahat tidur di kamar, nanti kalo papa sama kakak pulang mama bangunin"
"Aku gak mau di kamar ma, bosen"
"Yaudah disini, bentar mama ambil selimut sekalian obat kamu di atas dulu"
Setelahnya Jesicca kembali dengan selimut dan beberapa tabung obat anaknya, ia meletakkan selimut di pangkuan Nana dan beranjak ke dapur untuk mengambil air untuk Nana menelan obat-obatnya.
.
.
.
Sorenya sang kakak pulang dengan buku menumpuk di tangan nya, ia melihat sang adik yang tertidur di sofa dengan mulut sedikit terbuka. Seketika Sam tersenyum, kaki nya melangkah mendekat mengusap pelan surai Nana.
"Eh udah pulang kak, gimana hari ini heum?" Tanya sang mama yang baru datang dari arah dapur sembari membawa semangkuk potongan buah dan meletakkan nya di meja.
"Iya ma, cukup melelahkan" jawabnya, memang melelahkan. Pasalnya tadi harus nya ia kerja kelompok beragontakan lima orang, namun yang datang hanya dua orang. Pekerjaan yang harusnya di bagi akhirnya sebisa mungkin ia handle sendiri. Dan itu melelahkan.
"Yaudah bersih2 dulu, nanti turun buat makan ya. Nana juga udah nungguin kamu dari siang"
Samuel mengangguk dan bangkit menyampirkan tas dan menhambil tumpukan buku yang tadi sempat ia taruh di meja.
Makan malam sudah selesai tadi, dan sekarang semua orang sedang berkumpul di ruang tengah menikmati acara televisi.
Nana sedari tadi tak mau jauh dari sang kakak. Mama dan papa di di sofa mengulas senyum, kentara bahagia sekali.
Papa mengapit pundak mama, memberi kecupan singkat di keningnya."Terimakasih sudah memberi dua kebagiaan besar di hidupku Jes" ucapnya
Mama tersenyum, ikut mengeratkan diri dipelukan suaminya yang hangat dan begitu candu kemudian papa kembali mengecup singkat bibir tipis mama.
Hingga kemudian suara si sulung mampu mengendurkan aksi pelukan pasutri itu. "Pa, ma. Kalo mau bucin janga depan aku sama Nana"
"Papa kalo mau buat adek di kamar aja, biar aku sama kakak disini bantu doa" ujar si bungsu polos
Seketika mereka bertiga saling pandang, mencerna ucapan si bungsu. Dan disusul tawa Sam pecah menyeruak hingga kemudian membuat kedua pipi papa dan mama nya merona.
"Adek" seru keduanya.
-to be continued-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Brother: Gamaliel
Ficção Adolescente"Mama, adek gak mau ya satu sekolah sama kakak!" -Nafindra rein Gamaliel "Lebay Lo dek, kaya yang bisa jauh aja dari kakak" -Samuel daniend Gamaliel "Yah, telat dek. Mama udah daftarin adek di sekolahan kakak" kata Jesicca "Pfft, mampus" ejek Sam ...