09.

2.6K 254 21
                                    

Apa yang di takutkan Nana pada akhirnya terjadi, mama nya yang biasa lemah lembut kini seketika berubah garang di mata nya.

"Nana, dengerin mama.. kalo sekali lagi Nana pegang benda atau apa yang menurut Nana bahaya dan bakal ngelukain Nana, jangan di sentuh heum" ujar mama, dengan kalimat akhir lembut seperti biasa.

"Eh? Mama tidak marah, i-tu vas mama sudah tidak utuh lagi" cicitnya, sungguh dia merasa bersalah.

"Marah. Marah sekali jika melihat tangan Nana sampai luka begini karena vas itu. Mama tidak masalah vas itu pecah, karena mama bisa membeli banyak sekarang juga kalo mama mau. Tapi, lihat tangan Nana berdarah, mama sedih. Ini pasti sakit kan, emm?" Katanya dengan menahan bulir-bulir yang hampir turun, sungguh dia tidak bisa melihat luka sekecil apapun pada bungsu nya. Ia mengusap embun di matanya kemudian tangan nya dengan telaten meniup dan mengobati luka di jari Nana.

Bukan tanpa alasan Jesicca murka. Bagaimana bisa ketika ia pulang langsung di hadapkan dengan anak bungsu nya berjongkok memunguti pecahan vas di sekeliling nya. Lalu, dengan tergesa dia berjalan menuju anaknya dan menarik tangan sang anak yang mana membuat Nana memekik. Disana, terdapat goresan dan darah yang menetes membasahi lantai marmer.

Jesicca di buat geram, dimana semua maid?

"Maaf mama, janji tidak mengulangi. Mama, don't cry, Nana tidak suka melihatnya. Ini tidak sakit, sungguh"

"Janji jangan di ulangi ya sayang, kalo ada apa-apa panggil maid jangan di lakukan sendiri"

Nana mengangguk, kemudian memeluk sang mama.

🦢🦢🦢

"Mama, maafin Luna ya. Dia ngga sengaja pecahin vas nya. Jangan di jual Luna nya, nanti Nana kesepian lagi" Nana sudah menceritakan semua perihal vas mahal kesayangan mama yang pecah dan berakhir membuat tangan si bungsu terluka. Jesicca menahan emosi pada anak anjing itu, lihatlah hanya karna membela anak anjing bungsu nya sampai berkaca-kaca dengan bibir mengerucut.


Lucu, tapi tetap saja Jesicca emosi. Dan, emosi nya lenyap seketika ketika anaknya malah terisak sembari memohon maaf 'untuk Luna'.


Posisi mama tergeser sepertinya.

Jadi, dengan sedikit drama. Mama kembali menampakan raut sedih "jadi Nana, lebih sayang Luna anak anjing itu daripada mama.. hiks"


"No! Tidak seperti itu. Nana sayang, sayang mama sekali, tapi mama jangan marah sama Luna. Jangan jual juga hiks...


Nanti Nana, kesepian hiks... Huwaaaaa"


Hayoloh mama, anaknya malah nangis kejer kan. Jail sih si mama.


"Eh, eh sudah dong sayang, jangan nangis. Mama gak bakal jual Luna. Udah ya, mending sekarang Nana tidur yuk"


Tangis nya berhenti, hanya tinggal isakan nya saja. Mata bulatnya basah, pipi putih nya memerah akibat menangis. Ugh, mama jadi gemas sekali sama anak bujang nya.


💮💮💮

Esoknya, Nana kembali sekolah setelah satu minggu ia bedrest total. Padahal tiga hari sudah sehat, sudah bisa mengomel dan bermain dengan Luna. Tapi karena papa, mama, dan kakaknya kelewat berlebihan Nana bisa apa selain menurut. 3:1= kalah brou.

The Brother: GamalielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang