05. Nana (2)

3.8K 307 11
                                    



Flashback On

Jesicca tengah menyiapkan makan siang untuk anaknya di bantu para maid, ia memasak sembari menunggu anaknya pulang sekolah. Kebetulan tadi ia juga sudah berpesan pada Sam, agar langsung pulang.

Namun kegiatan masaknya terhenti ketika sang suami datang dengan langkah lebarnya.

"Ma, sekarang kita harus bersiap" kata Damien pada Jesicca

"Tunggu dulu, papa ini gimana sih dateng-dateng main suruh bersiap. Emang ada apa?"

"Malam ini, ada meeting dengan klien di luar kota. Dan mama juga harus ikut, ini mendadak. Salahkan saja pada sekretarisku yang bodoh itu!" Dengus Damien ketika mengingat kekesalan nya pada sang sekretaris yang salah memberi jadwal.

"Ah yasudah, sebentar mama siap-siap dulu" Jesicca beranjak untuk menyiapkan keperluan nya di luar kota, tak banyak sih. Lagian besok sudah balik lagi.

Jesicca dan Damien tengah berada di dalam mobil, Jesicca dari tadi uring-uringan. Entahlah seperti ada yang mengganjal, tapi apa?——oh iya ampuun, dia lupa mengabari anaknya.

Damien yang sedari tadi memperhatikan istrinya gelisah, akhirnya angkat bicara "Kenapa sih ma?"

"Aku lupa ngasih tau anak-anak mas" katanya.

"Ah yasudah sekarang kabari mereka"

Jesicca mengetikkan sesuatu pada anak sulungnya Sam.

Kakak muel

Kak, udah pulang?
Maaf mama sama papa malam ini gak pulang, kemungkinan besok siang mama pulang, jaga Nana ya muel.
Oh iya... Kebetulan mama baru tadi berangkat, salahin papa bilangnya dadakan.
Udah ya pokoknya kakak sama Nana jangan lupa makan, see u anak mama❤️

Samuel yang saat itu masih mengantar adiknya—Nana ke toko buku, langsung membuka notif pesan sang mama.
Seketika terkekeh denga pesan panjang mamanya itu, lalu kemudian ia mengetikkan balasan untuk sang mama.

Mama Jess🖤

Iya ma, mama tenang aja aku jagain Nana.
Mama sama papa hati-hati di jalan.
See u too mom🖤

Setelah selesai membalas pesan sang mama, pandangan Sam beralih ketika melihat adiknya terjatuh. Ia langsung berlari menghampiri Nana.

Flashback Off.

Malam nya Nana demam, badan nya panas dingin. Dengan terpaksa Sam harus memanggil Damar lagi, ia tak mau terjadi apa-apa dengan adiknya itu.

Setelah 30 menit menunggu damar akhirnya datang lengkap dengan sneli dan tas kedokteran nya.

"Masih belum turun panasnya Sam?" Tanya damar sambil tungkai nya melangkah ke arah kamar Nana.

"Belum om, tadi juga bangun di suruh makan dia gak mau"

"Kebiasaan Nana kalo sakit kan emang susah makan Sam, pasti rewel banget ya Nana tadi?" Tanya damar yang di angguki Sam, "yaudah om ke dalam dulu ya, mo periksa pasien nakal om" katanya ketika sampai di depan kamar Nana.

"Yaudah om, aku ke kamar dulu. Belum ngabarin mama kalo Nana sakit"

Sam mengambil hp nya yang tadi ia letakkan di meja belajar, kemudian menghubungi mama nya namun tak kunjung di angkat. Sam beralih ke nomer papanya, dan sama tak di angkat juga.

Sam mengerang frustasi, apa acaranya belum selesai? Ah entahlah, Sam tak perduli. Lebih baik dia kembali ke kamar Nana.

"Gimana om?" Tanya Sam ketika sudah di dalam kamar Nana.

"Kamu tenang ya Sam, Nana bentar lagi demam nya pasti turun. Om udah infus dan kasih obat penurun demam juga" Sam mengangguk dengan penjelasan damar, "Kalo gitu om pulang ya, besok pagi om kesini lagi"

"Iya om, makasih banyak. Hati-hati maaf Samuel gak bisa antar ke depan"

Damar memaklumi, "gapapa Sam, kamu jaga aja kelinci nakal itu" kata nya sambil terkekeh.

Setelah perginya dokter damar, Samuel memposisikan dirinya di sebelah Nana. Ia menyeka pelipis Nana yang penuh peluh itu, kemudian mengelus rambut Nana yang lepek. Panas nya lumayan turun tapi Sam belum juga tenang, ia turun dari tempat tidur kemudian beralih pada laci-laci yang biasa menjadi tempat obat-obat Nana. Sam menemukan plester demam, di ambilnya satu lalu—sam tempelkan di kening Nana.

Setelah selesai kegiatan menempeli kening Nana dengan plester demam, hp di sakunya bergetar dapat di lihat nama sang mama terpampang jelas.

Tak tunggu lama, Sam menggeser tombol hijau disana—

"Hallo Sam, ada apa nak?" Bisa di dengar nada suara sang mama terdengar khawatir.
Bagaimana tak khawatir setelah pertemuan dengan klien yang lumayan lama tadi selesai—dan ia membuka hp langsung terdapat banyak spam telpon dari anaknya ini.

"Nana sakit ma, tadi aku takut. Demam Nana tinggi, dan tadi siang juga sempet kambuh" ujar Samuel, jujur tadi ia takut sangat takut.

"Yaampun maaf... Maafin mama Sam, mama baru selesai.... Ja-di Nana gimana Sam? Nana gapapa kan.... Hiks"  Jesicca khawatir sekali—ah rasanya ingin segera pulang menemui Nana nya.

"Nana udah gapapa ma, demamnya udah lumayan turun sekarang. Tadi om damar udah kesini. Mama jangan khawatir ya, Sam disini jagain Nana"

"Kalo ada apa-apa sama Nana langsung bilang mama ya nak. Mama khawatir banget, besok mama langsung pulang"

"Iya ma, jangan khawatir. Besok kalo pulang hati-hati ya ma. Salam buat papa"

"Iya sayang, see u. Good night"

"Good night too mom"

Setelah panggilan berakhir, Sam merebahkan diri di samping Nana. Memeluk tubuh hangat Nana—ah rasanya, Sam tak ingin Nana merasakan sakitnya sendirian jadi dia siap di bagi kapan pun dengan rasa sakit Nana.

Sementara Jesicca gelisah, ia tak bisa menyembunyikan rasa khawatirnya. Apalagi ini soal Nana nya.
Damien yang melihat Jesicca gelisah—dengan langkah lebar menghampiri istrinya.

"Ada apa Ma?" Tanya Damien.

"Tadi Sam telpon mama, bilang kalo Nana tadi siang kambuh dan sekarang juga demam.... Pa, mama takut hiks... Kita pulang mas, kasian Nana"

Damien pun sama khawatirnya, tapi ia harus menenangkan istrinya dulu saat ini. Damien memeluk Jesicca, "sstt udah ma, Nana pasti baik-baik aja, Nana kita itu anak yang kuat"

"Mas aku mau pulang" lirih Jesicca, dia sungguh cemas dengan Nana.

"Yaudah kita pulang sekarang"
















——to be continued——


The Brother: GamalielTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang